Koalisi Masyarakat Sipil Minta Kapolri Bertanggung Jawab Buntut Polisi Represif ke Demonstran Kawal Putusan MK
Usman menyoroti penggunaan water cannon, gas air mata, atau penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang kepada pengunjuk rasa.
Koalisi Masyarakat Sipil melayangkan protes atas tindakan kepolisian yang dinilai berlebihan saat mengamankan gelombang unjuk rasa penolakan Revisi Undang-Undang Pilkada.
Mereka pun bertandang ke Mabes Porli pada hari ini, Rabu (28/8). Adapun, tujuannya untuk meminta penjelasan langsung ke Kapolri, Jendral Listyo Sigit Prabowo.
- Ricuh! Demonstran Desak Bubarkan Muktamar PKB Dorong Polisi dan Lempar Botol
- Massa Demo Kawal Putusan MK di KPU Bubarkan Diri
- Polisi Bubarkan Paksa Demonstran, Semprotkan Water Cannon Hingga Tembakkan Gas Air Mata ke Arah Massa
- Bukannya Melindungi Masyarakat, Dua Polisi di Garut Malah Jadi Otak Penculikan dan Pencurian
"Kita mempertanyakan kebijakan keamanan kepolisian di dalam menanggapi berbagai protes dan unjuk rasa di seluruh wilayah Indonesia," kata Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Usman Hamid di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Rabu (28/8).
Usman menyoroti penggunaan water cannon, gas air mata, atau penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang kepada pengunjuk rasa. Menurut dia, tindakan represif kepolisian patut dipertanyakan.
"Kami ingin memintai pertanggungjawaban Kapolri atas keseluruhan tindakan kekerasan polisi di dalam menangani unjuk rasa damai di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan di berbagai wilayah lainnya," ucap dia.
Sementara itu, Todung Mulya Lubis menjelaskan, tugas polisi itu jelas sebagai aparat penegak hukum yang menjaga ketertiban, memberikan pengayoman, memberikan perlindungan terhadap warga negara sesuai dengan prinsip HAM. Hal itu sebagaimana yang tertuang di dalam undang-undang kepolisian.
"Kita ini ingin polisi Indonesia yang betul-betul profesional, lebih punya empati, lebih tunduk dan sadar bahwa mereka harus melaksanakan hukum dan hak asasi manusia. Bukan alat untuk menyiksa atau melakukan represi terhadap warga negara," ucap dia.
Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Simon Petrus Lili Tjahjadi menambahkan, tindakan kepolisian terhadap elemen mahasiswa yang demo dinilai berlebihan. Bahkan, dianggap melampaui batas.
"Maka itu tadi kami datang untuk minta pertanggungjawaban minta klarifikasi ada apa ini dan mengapa tindakan seperti itu dibuat," ucap Simon.
- Jokowi: Pekerjaan akan Hilang 85 Juta di Tahun 2025, Muncul Otomasi & AI
- 9 Penyebab Gusi Luka dan Cara Mengatasinya, Tak Boleh Disepelekan
- Aturan Wajib Pakai Helm Pertama Kali di Indonesia, Siapa Kapolrinya?
- Premier League dan Vidio Bersatu untuk Melawan Pembajakan di Indonesia
- Potret Transformasi Dewi Hughes, Sukses Turunkan Berat Badan 91 Kg dengan Tak Makan Nasi
Berita Terpopuler
-
Jokowi: Pekerjaan akan Hilang 85 Juta di Tahun 2025, Muncul Otomasi & AI
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Jokowi Cerita Sempat Dibisiki 'Hati-hati Digulingkan' Saat Ingin Ambil Alih Freeport
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Pramono Anung Mundur dari Seskab, Istana Sebut Reshuffle Kabinet Mungkin Terjadi
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Gus Miftah Bocorkan Rencana Jokowi Usai Purnatugas: Tidur Dua Minggu di Solo
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Gus Miftah: Jokowi Ingin Pengasuh Pesantren Jaga Masa Transisi ke Pemerintahan Prabowo
merdeka.com 19 Sep 2024