Komnas KIPI: 2 Lansia di Banyumas Meninggal karena Stroke Bukan Terkait Vaksinasi
Komnas KIPI menyatakan kedua lansia itu telah memenuhi seluruh tahapan skrining kesehatan sebelum disuntik vaksin. Hindra menyebutkan, hasil skrining kedua lansia itu tidak mengidap 5 dari 11 penyakit kronik dan komorbid.
Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Hindra Irawan Satari menegaskan dua warga Banyumas berusia lanjut usia (lansia) yang meninggal bukan karena efek setelah disuntik vaksin Covid-19. Dia memastikan, vaksin Covid-19 yang disuntikkan kepada lansia tersebut tidak menyebabkan keduanya meninggal dunia.
"KIPI dua lansia di Banyumas tidak disebabkan oleh imunisasi, namun menunjukkan gejala stroke," kata Hindra saat dihubungi merdeka.com, Selasa (16/3).
-
Apa itu Vaksin Herpes Zoster? Vaksin Herpes ZosterSangat penting bagi masyarakat untuk melakukan pencegahan dengan mendapatkan vaksin Herpes Zoster. Hal ini agar kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya bisa dicegah. Vaksin Herpes Zoster sendiri perlu didapatkan oleh kelompok usia 50 tahun ke atas.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kenapa vaksin Herpes Zoster penting? Vaksin Herpes ZosterSangat penting bagi masyarakat untuk melakukan pencegahan dengan mendapatkan vaksin Herpes Zoster. Hal ini agar kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya bisa dicegah.
-
Kenapa bentuk kapsid virus berbeda-beda? Bentuk kapsid sangat bergantung pada jenis virusnya. Kapsid virus bisa berbentuk bulat, polihedral, heliks, atau bentuk lain yang lebih kompleks. Kapsid tersusun atas banyak kapsomer atau sub-unit protein.
-
Apa itu vaksin HPV? Vaksin HPV merupakan vaksin untuk mencegah infeksi human papillomavirus (HPV). HPV adalah virus yang dapat menyebabkan kutil kelamin dan berbagai jenis kanker di organ kelamin dan reproduksi, seperti kanker serviks, kanker penis, kanker anus, dan kanker tenggorokan.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Menurut dia, kedua lansia itu telah memenuhi seluruh tahapan skrining kesehatan sebelum disuntik vaksin. Hindra menyebutkan, hasil skrining kedua lansia itu tidak mengidap 5 dari 11 penyakit kronik dan komorbid.
"Tidak (tidak memiliki 5 dari 11 penyakit kronik komorbid). Yang kami audit, lansia tersebut meninggal karena stroke dan tidak terkait vaksinasi," kata Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Lima dari 11 penyakit seperti Hipertensi, diabetes, kanker, penyakit paru kronis, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma, nyeri sendi, stroke dan penyakit ginjal. Hal itu ditanyakan kepada peserta vaksinasi Covid-19 sebelum disuntik.
Hal itu tertuang dalam surat edaran (SE) nomor HK.02.02/I/368/2021 tentang pelaksanaan vaksinasi Covid-19 pada kelompok sasaran lansia, komorbid, penyintas Covid-19, dan sasaran tunda, ada sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh calon peserta vaksinasi. Salah satunya mengenai riwayat penyakit.
"Jika ada 3 atau lebih jawaban 'ya' dari 5 pertanyaan di atas, maka vaksin Covid-19 tidak bisa diberikan," dikutip dari SE tersebut.
Sebelumnya diberitakan, dua lansia asal Kabupaten Banyumas meninggal dunia usai disuntik vaksin Covid-19, Senin (8/3). Dinas Kesehatan Jawa Tengah menyebut keduanya meninggal bukan karena efek Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), tapi adanya serangan jantung.
"Setelah kita cek ternyata almarhum punya penyakit penyerta serangan jantung," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yulianto Prabowo di Semarang, Senin (15/3).
Guru di Garut Lumpuh Setelah Vaksinasi Covid-19
Sementara itu, terkait seorang guru di Garut yang mengalami kelumpuhan setelah ikut vaksin Covid-19, Hindra belum bisa berkomentar banyak. Dia mengatakan masih merampungkan data-data terkait kejadian tersebut.
"Soal lumpuhnya guru di Garut, saya sedang konfirmasi dahulu datanya ya," ujar dia.
Guru honorer di Kabupaten Garut yang mengalami KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) Covid-19 menyebut bahwa dirinya hanya mengalami lemas. Dia mengaku mempunyai penyakit bawaan.
Guru yang mengalami KIPI tersebut diketahui berinisial EK (40). Ia mengatakan bahwa dirinya memang memiliki penyakit bawaan, dan hal tersebut pun sudah disampaikan saat ia hendak divaksinasi Covid-19.
"Saya punya riwayat penyakit saraf kejepit sejak 2008. Tahun 2010 sempat mau dioperasi tetapi tidak jadi karena kondisi membaik," katanya, Selasa (16/3).
Usai disuntik vaksin Covid-19, EK mengaku memang tubuhnya merasa lemas, dan langsung berkonsultasi dengan puskesmas terkait kondisinya itu. Pihak puskesmas pun menurutnya langsung datang ke rumahnya dan langsung berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.
EK menyebut bahwa saat itu dirinya langsung dibawa ke RSUD dr Slamet untuk menjalani pemeriksaan karena kondisinya itu. "Apakah ini karena vaksin atau bukan saya juga tidak tahu," sebutnya.
Terkait kondisinya pascavaksinasi menyebar luas, EK mengaku bahwa banyak pihak yang menghubunginya. Di antara yang menghubungi adalah yang menekan dan mengancam akan melaporkan ke jalur hukum.
"Padahal saya tidak pernah berbicara ke publik. Saat saya sakit, ada rekan kerja menengok ke rumah dan melihat kondisi saya. Mungkin dari situ ada yang menyebarkan sampai ramai seperti ini. Tangan dan kaki kiri saya memang suka susah digerakan. Sekarang kondisinya sudah mulai membaik. Saya tidak menyalahkan siapa-siapa," tutup EK.
(mdk/gil)