Komunitas Pegon, Temukan 5 Naskah Al Quran Versi Tulis Tangan
Sekelompok pemuda yang tergabung dalam Komunitas Pegon, menemukan 5 kitab suci Al-Quran versi tulis tangan dari Pondok-pondok Pesantren di Kabupaten Banyuwangi.
Sekelompok pemuda yang tergabung dalam Komunitas Pegon, menemukan 5 kitab suci Al-Quran versi tulis tangan dari Pondok-pondok Pesantren di Kabupaten Banyuwangi. Naskah Al-Quran yang sudah berwarna kecoklatan dan cukup rapuh bila disentuh, dipamerkan dalam kotak-kota kaca di halaman SMP Unggulan Al-Anwari, Kelurahan Kertosari, Kabupaten Banyuwangi.
Pendiri Komunitas Pegon, Ayung Notonegoro menjelaskan, pameran naskah Al-Quran kuno ini diharapkan bisa menunjukkan kepada generasi muda bahwa sebelum adanya era percetakan naskah Al-Quran yang sudah tertata rapi dan seragam, mulanya ditulis secara manual.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
"Memperkenalkan khasanah kesilaman di Banyuwangi, yang tersambung dengan masa lalu. Dulu ada Al-Qur'an tulis tangan, ada yang dicetak dengan cetak batu," jelasnya, Kamis (23/5).
©2019 Merdeka.com
Dari temuan naskah Al-Quran tulis tangan, Komunitas Pegon kemudian melakukan pentashihan (koreksi) Al-Quran kuno oleh para hafidz (penghafal quran). Hasilnya, Naskah Al-Quran yang ditulis secara manual memiliki beberapa kesalahan yang dinilai wajar, seperti panjang pendek pelafalan, penulisan huruf hijaiyah.
"Selain pameran, kita juga memeriksa Al-Qur'an tulis tangan, karena memiliki peluang untuk salah, dibandingkan dengan Alquran yang dicetak dan disahkan kementrian agama. Kami ingin tahu apakah ada perbedaan penulisan. Dan ada perbedaan, seperti perbedaan harokat, cara penulisan panjang pendek, atau ada huruf yang berbeda," ujarnya.
Naskah Al-Quran yang paling kuno, ditulis dengan kertas berbahan serat pohon, kemudian ditulis yang diproduksi negara-negara Eropa. "Dari lima Al-Quran yang kami koleksi ada perbedaan, mulai dari bahan kertas, bentuk penulisan khot-nya (font)," ujarnya.
Al-Quran versi tulis tangan yang ditemukan di Banyuwangi, diprediksi ditulis pada akhir abad 18 dan awal abad 19. Ayung kemudian menemukan Al-Quran Bombay versi cetak di Banyuwangi yang dicetak di India pada tahun 1860-an.
"Paruh terakhir abad 19, itu mulai menggunakan cetak, persamaan nya tidak pakai nomor ayat," ujarnya.
Komunitas Pegon menemukan naskah Al-Quran versi tulis tangan dari beberapa pondok Pesantren di Banyuwangi, antara lain dari koleksi Kyai Saleh, Lateng, kemudian Hj Musafak, Mojopanggung.
Salah satu yang memiliki identitas lengkap adalah mushaf yang didapat dari koleksi almarhum KH. Saleh Syamsudin Lateng (w. 1951). Dalam naskah tersebut terdapat kolofon yang menyebutkan selesai ditulis pada Jumadil Akhir 1282 H atau sekitar 1860 M. Penulisnya tercatat dengan nama lokal, Mas Ahmad bin Mas Mangun Sastra Banyuwangi.
Dia kemudian membandingkan dengan Al-Quran versi tulis pertama yang ditulis di Banyuwangi, namun naskahnya sekarang disimpan di Malaysia. Naskah tersebut ditulis pada pada 6 Jumadits Tsani 1221 H atau sekitar 1806 M. Dari situ, Ayung menemukan hipotesa sebaran Agama Islam di Banyuwangi mulai merata di tahun 1840-an ke atas, sesuai dengan temuan adanya penulis Al-Quran dari keturunan pribumi.
"Penulisnya adalah Mas Khalifah Ibnu al-Habib al-Masfuh Banyuwangi yang dari namanya terlihat keturunan Arab. Pada awal abad 19, penulis Quran di Banyuwangi masih dari keturunan Arab. Baru 60 tahun kemudian ada penulis Quran lokal, Mas Ahmad bin Mas Mangun Sastra Banyuwangi, dari namanya terlihat jika beliau orang lokal," terang Ayung.
Gagasan tersebut, relevan dengan perkembangan Islam di Banyuwangi dalam catatan Y.W. De Stoppelaar, Blambangansch Adatrech (1926), agama Islam menjadi mayoritas di Banyuwangi baru pada 1840 ke atas.
"Itu jeda 60 tahun baru ditulis orang lokal. Bisa jadi mayoritas Islam dipeluk penduduk lokal Banyuwangi kurang dari 100 tahun," katanya.
(mdk/hrs)