Luluskan Para Penghafal Al-Qur'an, Ini Fakta Menarik Ponpes Raudlotul Qur'an di Kota Semarang
Di ponpes ini, para santrinya digembleng untuk bisa menjadi seorang hafiz
Di ponpes ini, para santrinya digembleng untuk bisa menjadi seorang hafiz
Luluskan Para Penghafal Al-Qur'an, Ini Fakta Menarik Ponpes Raudlotul Qur'an di Kota Semarang
Di pusat Kota Semarang, terdapat sebuah pondok pesantren tua yang berdiri sejak tahun 1952. Namanya Pondok Pesantren Raudlotul Qur’an.
Dilansir dari Masjidagungsemarang.com, prioritas utama kurikulum di pondok pesantren ini adalah menghafalkan Al Qur’an.
Sebagai pondok pesantren tradisional, santri yang menetap di asrama tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan rutin selain mengaji Al Qur’an dan kitab-kitab klasik.
-
Siapa yang pernah belajar di pondok pesantren? Anak sulungnya, Laura Meizani Nasseru Asry, memilih untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren setelah menyelesaikan Sekolah Dasar.
-
Apa yang diajarkan Abdul Hafidz di pondok pesantren? Ia sendiri biasa mengajarkan Kitab Fathul Qorib tentang fikih cara beribadah dan Kitab Taklim Muta’alim tentang akhlak kehidupan sehari-hari.
-
Siapa yang mendapat manfaat dari pondok pesantren? Maidi mengatakan, pondok pesantren itu diperuntukkan bagi anak-anak yatim di Kota Madiun.
-
Apa yang dipelajari santri di Pondok Pesantren Al Fatah Temboro? Secara umum, Pondok Pesantren Al Fatah tidak terlalu berbeda dengan pondok pesantren NU dalam tradisi keagamaan. Pondok Pesantren Temboro mengikuti Syafi'iyah dalam fikih, Asy'ariyah dalam akidah, serta Naqsyabandiyah dalam tarekat.Pembeda utama Al Fatah dengan pondok pesantren lain yakni pada ikatan kuatnya dengan Jemaah Tabligh. Kitab-kitab karangan Maulana Muhammad Zakaria al-Kandhlawi dan Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi menjadi bahan ajar selain kitab-kitab kuning yang umum dipelajari di pondok.
-
Dimana Syekh Basyaruddin mendirikan pesantren? Maka dari itu Syekh Basyaruddin mendirikan pesantren di Gunung Munggut yang berada di utara desa.
-
Siapa yang wisuda di pesantren Maskanul Huffadz? Yunifah Lismawati ibunda Ria Ricis, Oki Setiana Dewi, hingga Shindy Kurnia kondisinya kini tampak lebih baik. Setelah sempat mengalami koma dan dilarikan ke rumah sakit tanah suci, Yuni banyak mengalami kemajuan. Terbaru, dirinya diketahui baru saja mengikuti wisuda penghafal Al-Quran di pesantren Maskanul Huffadz.
Oleh karena itu, santri yang menuntut ilmu di tempat ini tidak diperbolehkan bersekolah, kuliah, maupun bekerja.
Meski demikian, pesantren itu menyediakan pendidikan keterampilan yang bermanfaat sebagai bekal hidup seperti menjahit, beternak, dan sejumlah keterampilan lain.
Suasana santri belajar Al-Qur'an di Ponpes Raudlotul Quran.
Di sana para santri harus menyetor hafalan Al-Qur’an kepada ustaz tiga kali sehari. Waktu yang diberikan pada para santri untuk menghafal Al-Qur’an hanya 3-4 tahun. Setelah lulus, mereka biasanya melanjutkan pendidikan formal atau mengamalkan ilmunya di kampung halamannya.
Namun standar pendidikan di pesantren itu terbilang ketat. Hanya santri-santri yang bagus bacaannya yang bisa mendapat ijazah dan menyandang gelar Al-Hafidz.
Saat awal-awal dibangun, pondok pesantren itu tidak memiliki asrama. Para santrinya tinggal di tanah-tanah wakaf yang berada di beberapa lokasi terpisah yaitu Asrama Raudhatul Quran di Kampung Glondong, Asrama H Abdullah dan Asrama At Tudmudzi di Kampung Getekan, Asrama As Safinah dan Asrama Kastamah di Kampung Kabupaten, Asrama Ar Rhodhiyah-Aminah di Kampung Buk, Asrama Muhyidin di Kampung Kauman Barat, dan Asrama As’ad Farida di Kampung Bangunharjo.
Sehari-hari, para ustaz selalu memberikan motivasi dan wejangan untuk mendukung kemampuan santri menghafal Al-Quran dan memerintahkan para santri untuk rajin tadarus. Untuk mendukung kemampuan mereka dalam menghafal Al-Quran, mereka harus tadarus Al-Qur’an minimal 10 juz dalam sehari, melakukan salat malam, dan salat-salat sunah lainnya.
Hambatan dalam Menghafal Al-Quran
Dikutip dari Masjidagungsemarang.com, salah satu hambatan para santri dalam menghafal Al-Quran adalah lingkungan pondok pesantren yang berada di tengah keramaian kota. Namun hingga saat ini, belum ada rencana dari pihak pengelola pondok pesantren untuk memindahkan lokasi yang jauh lebih tenang dan damai. Apalagi keberadaan masjid yang menjadi pusat pembelajaran pesantren itu telah ada puluhan tahun lalu sebelum Kota Semarang menjadi sangat ramai.
Pengasuh Ponpes Radulotul Quran, KH Khammad Maksum Al Hafidz
Pengasuh Ponpes Raudlotul Qur’an, KH Khammad Maksum Al Hafidz mengatakan, untuk bisa menuntut ilmu di pondok pesantren itu, setiap santri hanya dikenakan biaya iuran sebesar Rp70 ribu per bulan. Dengan nominal itu, tiap santri sudah mendapatkan fasilitas seperti beras dan sarana lain.
“Jadi kalau dihitung per harinya nggak sampai Rp2.500. Jadi lebih mahal kalau titip sepeda motor. Padahal santri di sini nggak kepanasan, kalau pergi ya dicari, kalau lapar ada nasi yang disediakan. Tapi di sini memang tidak boleh sampai sekolah,”
kata KH Khammad dikutip dari kanal YouTube Semarang Pemkot.