Korban tanah longsor Purworejo masih buta mitigasi bencana
Warga setempat tidak pernah mendapat sosialisasi terkait potensi longsor.
Sejumlah warga penduduk desa yang mengalami bencana tanah longsor Purworejo mengaku tidak mengetahui kalau daerahnya memiliki potensi bencana alam. selain itu, mereka juga mengaku tidak mengetahui langkah mitigasi bencana jika terjadi hujan deras saat musim hujan.
Suparlan (61) warga dusun Caok, Karangrejo, tidak menyangka hujan lebat yang menguyur desanya akan berakibat tanah longsong menelan nyawa 43 jiwa pada Sabtu (18). Dia menganggap hujan deras itu rutin tiap terjadi sepeti tahun sebelumnya.
-
Mengapa tanah longsor terjadi? Selain itu, waspada juga jika halaman atau lantai pada rumah tiba-tiba ambles, adanya tanah yang runtuh dalam jumlah yang besar, serta munculnya mata air secara tiba-tiba.
-
Kapan tebing tol di Bintaro longsor? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.
-
Dimana lokasi bencana longsornya? Tim elit Basarnas ini salah satunya diterjunkan untuk memaksimalkan upaya pencarian korban bencana longsor pada areal tambang emas rakyat di Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
-
Kapan longsor Tana Toraja terjadi? Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Palangka, Kecamatan Makale, dan Dusun Putu, Lembang Randang Batu, Kecamatan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja pada Sabtu (13/4) malam.
-
Di mana tebing tol di Bintaro itu longsor? Personel Penanganan Prasarana dan Saranan Umum (PPSU) DKI Jakarta dan petugas Jasa Marga melakukan penanganan longsor tebing tol di Jalan Mulia Bhakti, RT 06/01, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan (Jaksel).
-
Kenapa tebing tol di Bintaro longsor? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.
"Sudah Sekitar 30 tahun pasti juga ada hujan deras. Biasanya cuma longsor kecil-kecilan misalkan di pinggir-pinghir jalan," kata Suparlan saat ditemui di dusun Caok, Kamis (23/6).
Suparlan tempat tinggalnya hanya berjarak 7 meter dari lokasi longsor, mengaku sedang duduk-duduk di teras rumah sambil menyaksikan hujan lebat. Dia tidak menyangka bahwa daerah tempat tinggalnya berpotensi bencana longsor.
Lebih jauh Suparlan mengaku bahwa selama ini dirinya tidak pernah mendapat sosialisasi terkait potensi longsor. "Belum pernah ada sosialisasi mitigasi bencana," katanya.
Hal senada juga diungkapkan Ahmad Chrismadhon (17), yang rumahnya berjarak sekitar 50 meter dari lokasi tanah longsor. Saat terjadi hujan deras, Ahmad dan keluarganya sedang bersantai di dalam rumah. Beruntung rumahnya tidak tersambar longsoran tanah.
"Saat hujan deras itu saya dan orang tua melakukan aktifitas biasa saja di rumah," tuturnya.
Ahmad menceritakan, tiba-tiba ada suara gemuruh di tengah kondisi hujan deras. Suara itu membuatnya bertanya-tanya dari mana sumber gemuruh tersebut.
"Saat suara gemuruh pun saya masih di rumah, sama sekali nggak kepikiran kalu terjadi tanah longsor. Kemudian disusul bunyi kentongan," ungkapnya.
Menurutnya, bunyi kontongan itu juga belum menyadarkannya bahwa ada peringatan bahaya. "Kan kami selama ini nggak pernah diberi tahu kalau bunyi kentongan itu tanda bencana alam," sambung Ahmad.
Ahmad dan keluarga baru menyadari bencana itu setelah babarapa tetangganya berteriak-teriak meminta tolong. Kondisi saat itu gelap lantaran listrik padam.
Riza Oktavi Nugraheni (24), salah satu korban tanah longsor selamat setelah tubuhnya tertimbun tanah selama 12 jam mengatakan saat terjadi hujan deras tidak menduga akan terjadi tanah longsor.
Perempuan yang bekerja sebagai guru taman kanak-kanak itu mengaku bahwa selama ini tidak tahu kalau daerahnya merupakan rawan bencana longsor.
"Saya fikir cuma hujan lebat seperti biasanya saja. Selama ini belum pernah mendapatkan sosialisasi pemetaan bencana di lingkungan desa kami," kata Riza saat ditemui di RSUD Dokter Citrowardojo dalam kondisi berbaring.
Menurutnya, bencana longsor ini bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak baik pemerintah dan masyarakat. "Apabila masyarakat itu sudah mengerti bahwa lingkungannya berpotensi longsor, bila terjadi hujan lebat pasti masyarakat mau berkumpul di titik aman bencana," tutupnya.
(mdk/cob)