KPAI ingatkan pemerintah dan DPR segera tuntaskan RUU perbukuan
Kontroversial buku pendidikan untuk anak-anak kembali terjadi setelah buku yang berjudul "Aku Berani Tidur Sendiri" terbitan PT Tiga Serangkai menjadi viral lantaran berisi konten masturbasi terhadap anak-anak.
Kontroversial buku pendidikan untuk anak-anak kembali terjadi setelah buku yang berjudul "Aku Berani Tidur Sendiri" terbitan PT Tiga Serangkai menjadi viral lantaran berisi konten masturbasi terhadap anak-anak. Tidak mau kejadian seperti ini terus berulang, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Ni'am menilai kejadian ini sebagai momentum bagi legislatif dan eksekutif segera membahas rancangan undang-undang tentang sistem perbukuan.
"Ini jadi momentum RUU sistem perbukuan untuk memastikan bahwa buku berkualitaslah yang hanya bisa dikonsumsi," kata Asrorun di kantor KPAI, Jakarta, Jumat (24/2).
Belajar dari kasus-kasus serupa, Asrorun meminta agar nantinya setiap buku di pasaran wajib memiliki label segmentasi pembaca disusul kualitas isi buku tersebut harus dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Oleh sebab itu, disampaikan Asrorun, dalam RUU perbukuan nanti akan diatur sedemikian rupa kriteria buku yang akan dicetak.
"Nanti di dalamnya (RUU Pembukuan) ada ketentuan peruntukan. Jadi insya Allah tidak akan ada lagi (buku) tidak berlabel," katanya.
Sementara itu Kepala Bidang Perbukuan Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Supriyanto mengamini permintaan tentang RUU sistem pembukuan. Menurutnya saat ini RUU tersebut akan ditindaklanjuti dalam rapat paripurna antara pemerintah dengan DPR.
"Nanti pengesahan akan dilaksanakan di rapat Paripurna," ujar Supriyanto saat menghadiri konferensi pers di kantor KPAI bersama dengan perwakilan dari PT Tiga Serangkai selaku induk penerbit dari buku "Aku Berani Tidur Sendiri".
Selain mengatur ketentuan isi dan segmentasi buku, RUU Perbukuan juga mengatur ketentuan harga. Pasalnya sejauh ini harga buku di pasaran seperti sistem rimba. Ketua KPAI Asrorun juga merespon positif akan hal tersebut.
"Sekarang harga buku seperti harga rimba. Misalnya 100 halaman harganya ada yang Rp 100.000 ada yang Rp 50.000 yang 50 lembar ada yang Rp 100.000 ada yang Rp 25.000 bermacam macam lah," tukasnya.
Sementara dari pihak PT Tiga Serangkai menegaskan proses penerbitan sebuah buku butuh beberapa editting, termasuk buku yang saat ini menjadi perbincangan khalayak. Hanya saja, diakui Gatot Wahyudi selaku Direktur Operasional PT Tiga Serangkai pihaknya kurang jeli dalam pemberian label terhadap buku tersebut.
"Dan memang ada satu kekhilafan sederhana namun menjadi vital. Itu seharusnya ada (label) guidance untuk orang tua," kata Gatot saat menyambangi KPAI guna mengklarifikasi atas kejadian tersebut.
Dia mengatakan adanya kejadian seperti ini membuat pihaknya lebih awas lagi dan berhati-hati dalam screening buku yang akan diterbitkan.
Sejauh ini buku "Aku Berani Tidur Sendiri" sudah ditarik sekitar 2.500 per Desember 2016 sejak diterbitkan pada bulan September.