KPU Sebut Satu Hacker Penyerang Situs Pemilu Diamankan
Saat ini, KPU terus berkoordinasi dengan Mabes Polri menangani para hacker. Bahkan, sudah ada satu hacker asal Indonesia yang ditangkap.
Komisioner KPU RI Viryan Aziz mengakui intensitas serangan hacker pada sistem data KPU makin tinggi menjelang Pemilu 2019. Namun tidak semua hacker melakukan peretasan terhadap situs milik KPU.
"Alhamdulillah teman-teman hacker makin banyak yang bersahabat dengan KPU. Prinsipnya, hacker itu kalau saya lihat ada beberapa kelompok, pertama ada yang ingin tahu saja, kemudian, ada yang kesel. Bisa jadi ada yang kesel, ketiga motif lain," katanya di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (13/3).
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Siapa yang menjadi korban serangan hacker di PDNS 2? Hingga 26 Juni 2024, serangan ini telah berdampak luas pada layanan PDNS 2, mengganggu ratusan instansi pengguna.
-
Apa yang dilakukan para hacker terhadap toko penjara? Para peretas memanipulasi daftar harga di toko penjara, menurunkan harga barang menjadi jauh di bawah nilai normalnya.
Saat ini, KPU terus berkoordinasi dengan Mabes Polri menangani para hacker. Bahkan, sudah ada satu hacker asal Indonesia yang ditangkap.
"Kerjasama jalan terus, dan setiap ada serangan siber kita selalu koordinasi dengan Mabes Polri dalam hal ini cyber crime. Kita harap mereka bisa ungkap dan itu terbukti bisa ditangkap," jelasnya.
Viryan mengungkapkan, motif hacker menyerang KPU bermacam-macam. Namun, Viryan berharap tidak ada warga yang bermaksud kritis dengan KPU dengan cara meretas.
"Kita berharap masyarakat di Indonesia jangan melakukan hal demikian, misalnya mengkritisi tahapan penyelenggara pemilu, silakan bisa komunikasi dengan kita. Kan kita terbuka selama ini, semua pihak kita layani," jelasnya.
Viryan menjelaskan, KPU belum bisa memastikan apakah hacker berasal dari Indonesia atau negara lain. Dia membantah kabar bahwa hacker paling banyak menyerang data base KPU berasal dari Rusia dan China.
"Kita tidak tahu, karena orang seperti itu prinsipnya yang namanya proxy itu kan bisa dilakukan oleh siapa pun. Dan biasanya, misalnya ada orang hack kemudian pakai ip address dari tempat tertentu, biasanya bukan dari situ," tutupnya.
Reporter: Delvira Hutabarat
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Panelis dan Moderator Debat Ketiga Pilpres Tandatangani Pakta Integritas
KPU Diserbu 'Hacker' dari Dalam dan Luar Negeri
Banyak Hacker Dalam dan Luar Negeri Coba Retas Situs Data Pemilih Milik KPU
KPU Kembali Coret 10 WNA di Jawa Tengah Masuk DPT
BPN Prabowo Minta KPU & Bawaslu Segera Tindaklanjuti Temuan 17,5 Juta DPT Janggal
Anggota DPR Minta KPU Maksimalkan Sosialisasi Teknis Pemilu 2019 ke Publik