Kreatif bikin nama, kafe-kafe ini malah jadi polemik
Pemiliknya mengaku, penamaan itu adalah sebuah usaha kreatif untuk menarik perhatian pengunjung.
Kafe bukanlah hal baru di Indonesia. Ratusan kafe kita bisa temukan di setiap sudut kota-kota besar di Indonesia. Selain menjamur, geliat usaha kafe bisa dikatakan cukup menjanjikan.
Tapi yang tak lazim adalah soal penamaan kafe tersebut. Entahkah maksud agar laku, beberapa nama kafe ini berbau porno dan bersimbolkan nazi. Pemiliknya mengaku, penamaan itu adalah sebuah usaha kreatif untuk menarik perhatian pengunjung. Namun tentu saja, usaha kreatif mereka mendapat reaksi masyarakat yang tak sedikit.
Beberapa nama kafe ini memicu kontroversi dan polemik di masyarakat. Bahkan ada yang mendunia. Apa saja? Berikut rangkumannya:
-
Apa menu andalan di coffee shop Pongki? "Saya buka coffee shop dengan Sophie, dengan istri saya, namanya Pepita & Sons. Menu andalannya adalah donat vegan," kata Pongki saat ditemui di Kemang, Jakarta Selatan, pada Kamis (22/8/2024).
-
Apa yang menjadi menu andalan Nalendro Café di Magelang? Dua menu ini jadi andalan dari kafe tersebut, karena selalu dipesan oleh para pengunjung dari berbagai daerah.
-
Apa yang ditawarkan di warung Abah Unang? Menyesap kopi dan menyantap jajanan di warung Abah Unang menawarkan pengalaman mirip negeri di atas awan.
-
Apa menu andalan yang ditawarkan di kafe Stockholm Syndrome? Menu andalan tersebut di antaranya Swedish Meatball, Meatball Carbonara, hingga Herbed Chicken.
-
Apa yang ditawarkan oleh kafe Piknik Kopi di Lembang? Tempat yang terletak di Jalan Baruajak Desa, nomor 154, RT.04/RW.06, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat ini menawarkan dua keistimewaan sekaligus, yakni menunya dan bangunannya. Berbagai menu lezat dengan latar tempat yang penuh kisah di Piknik Kopi dijamin akan memberi kesan berbeda saat berkunjung ke “lantai dua” Bandung itu.
-
Apa saja yang ditawarkan di warung ini? “Jadi warungnya ini sangat unik ya, yaitu berada di tengah sawah dan di pinggir Sungai Cihonje,” kata seorang kreator video di kanal Youtube Baraya Sumedang, dikutip Merdeka.com, Minggu (21/7) Mak Edah sedang menyiapkan api di pawon hawu untuk menggoreng bala-bala. Menyantap Jajanan di Tengah Sawah dan Pinggir Sungai Daya tarik alam khas pedesaan memang ditawarkan di warung tersebut. Menyantap jajanan akan terasa sangat syahdu, terlebih jika padi di sekitar sawah belum dipanen.Karena tempatnya yang cantik secara visual, tak jarang lokasi ini juga dijadikan sebagai spot untuk berswafoto dengan latar pemandangan hijau.
Kafe bernuansa Nazi di Bandung bikin gempar dunia
Kafe bernuansa Nazi menjadi sorotan beberapa media asing. Kafe bernama Soldatenkaffe yang terletak di Pertokoan Paskal Hypersquare Blok A 45, Kecamatan Andir, Kota Bandung, dianggap menyinggung sebagian orang khususnya masyarakat luar negeri.
Kafe empat lantai itu memang kental nuansa militer Jerman era perang dunia kedua. Beberapa barang yang diduga memang peninggalan Nazi Jerman dipajang sebagai aksesoris kafe. Kafe itu memiliki tagline 'der Kommandantur Gross'.
Pemilik kafe 'Nazi' Soldatenkaffe, Henry Mulyana (35) merasa dirugikan dengan pemberitaan yang menuding kafenya sebagai penganut Nazi. Pemberitaan tersebut jauh dari maksud dan tujuan awal didirikannya kafe bertagline der Kommandantur Gross pada 2011 lalu. Tak ingin terus disudutkan dia memilih menutup bisnis kulinernya itu. Namun pada pertengahan 2014, kafe itu kembali dibuka, masih dengan tema militer namun tidak didominasi Nazi.
Henry berkisah sejak 2006 lalu memang menyukai aksesoris Perang Dunia II dari sisi Jerman. Dari situ dia mengumpulkan satu demi satu aksesori mulai dari baju perang, foto, pernak-pernik tentang militer.
"Saya tidak semata mengumpulkan baju-baju perang dari Jerman, tapi Indonesia, Jepang juga saya punya," kata Henry dalam jumpa pers di Soldatenkaffe Bandung, Sabtu (20/7/2013).
Berangkat dari hobi, Henry berpikir membuka galeri sekaligus lahan bisnis lalu dibukalah Soldatenkaffe dua tahun silam. Pemilihan kata Soldaten sendiri memiliki arti kafe untuk serdadu yang secara lugas mengangkat sejarah militer.
"Saya mendekor ini menggunakan referensi kepada seragam militer dan peralatan yang digunakan pada PD II sesuai nama kafe ini," jelasnya.
Sejak berdiri 2011 lalu, semua bisa masuk ke kafe yang berada di pertokoan Paskal Hypersquare, Bandung itu. Kafe menyajikan makanan beragam mulai dari sajian berat dan ringan. "Tidak ada yang berbeda dengan yang lain," terangnya.
Sejak didirikan, tegas dia, bahwa kafe ini murni mengusung sebuah pop culture atau seni kontemporer yang mengangkat tema perang dunia ke II dari sisi Jerman.
"Perlu digaris bawahi bahwa ini murni seni, bukan ideologi apalagi ekstrimisme dan rasialisme," katanya. Dirinya mengaku sangat dirugikan. Padahal untuk membiayai hidupnya tergantung dari kafe itu.
"Saya sekarang menganggur karena tidak punya kegiatan lain lagi," sesal Henry ketika itu.
Warung Kedai 24 gunakan nama menu porno
Sebuah warung Kedai 24 yang berada di Jalan Damai, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta mendapat protes dari Forum Komunikasi Psikolog Puskesmas Se-Kabupaten Sleman. Hal ini karena nama menu di Kedai 24 berbau pornografi.
Protes tersebut disebarkan melalui pesan broadcast BBM. Dalam pesan tersebut disampaikan keberatan atas penulisan menu yang vulgar.
"Saat ini kami dari forum komunikasi psikolog puskesmas se kabupaten sleman merasa resah dengan usaha Kedai 24 yang menggunakan konsep menu 'vulgar' di setiap nama pada makanan dan minuman yg dijual. Sehingga kami merasa perlu mengkoreksi konsep tsb," bunyi pesan dari warga mengatasnamakan Forum Komunikasi Psikolog Puskesmas Se-Kabupaten Sleman.
Dari pantauan merdeka.com, nama menu-menu yang disajikan dalam daftar menu Kedai 24 merupakan singkatan-singkatan dari masakan seperti Sodomie (Semangkok olahan Indomie), Pelacur (Pemusnah Lapar Cukup Rasional), Gigolo (Gerombolan Nasi Goreng Sesuka Lo), Peniz (Spesial Nasi Soziz) dan lainnya.
Lewat pesan BBM tersebut mereka juga menuntut agar pemilik Kedai 24 mengganti nama menu makanan, konsep warung, dekorasi dan interior.
Pemilik Kedai 24, Arismanto membantah jika nama-nama menu makanan dan minuman pada warungnya berbau porno. Menurutnya nama-nama tersebut justru bernilai seni.
Hal tersebut diungkapkan Arismanto kepada Kanit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Polres Sleman, Aiptu Eko Mei saat mediasi dengan perwakilan Forum Komunikasi Psikolog Puskesmas Kabupaten Sleman Novi Herdalina di Polres Sleman, Senin (30/3).
"Perdebatan panjang tadi, kalau Arismanto bilang itu bernilai seni, kalau backgroundnya dia lulusan UGM kayanya ada terkait seni," kata Eko pada wartawan.
Selain itu, lanjut Eko, pemilihan nama tersebut diduga untuk mencari sensasi supaya warung tersebut laris. "Tujuannya cari sensasi biar laris," tegasnya.
Meski demikian Eko menolak alasan tersebut. Menurutnya nama-nama menu makanan yang berbau porno tersebut akan menimbulkan dampak yang buruk bagi anak-anak.
"Nama-nama itu bisa memicu tidak pidana asusila, perbuatan cabul banyak kasusnya, pemicunya salah satunya seperti ini. Waktu saya ke sana, ada dua anak SMP datang, pakai kerudung. Padahal nama menunya seperti itu," tandasnya.
Buddha Bar
Buddha Bar sempat bikin heboh di Jakarta pada 2008 hingga 2009 lalu. Tempat makan dan hiburan malam itu sempat disegel oleh Pemprov DKI karena tak sesuai dengan izin peruntukan. Buddha Bar akhirnya mengubah konsep menjadi galeri seni. Tempat itu pun berganti nama.
Manajemen Buddha Bar Jakarta mengumumkan penggantian nama restoran mewah di jalan Teuku Umar nomor 1 itu menjadi "Bataviasche Kunstkring". Penggantian nama itu diputuskan setelah keluar pencabutan merk usaha oleh Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual Deparyemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, tanggal 15 April silam.
Bekas Buddha Bar berbentuk galeri seni. Di lobi utama dipajang lukisan-lukisan bersejarah. Sementara di sisi lain ruangan akan dijadikan restoran dan tempat nongkrong.
Buddha Bar sempat disegel telah melanggar izin yang disepakati dengan Disbudpar yaitu izin restoran. Nyatanya, pengelola malah menjadikan Budha Bar sebagai cafe.
Selain itu, nama Buddha Bar sempat diprotes Front Anti Penistaan Agama (FAMA), yang merupakan gabungan organisasi masyarakat, karena dinilai meresahkan kalangan umat agama Buddha.
"Kami sangat prihatin dan memprotes keras segala penyalahgunaan sarana keagamaan umat Buddha di wilayah Republik Indonesia yang bisa diduga terjadi pelecehan, penghinaan, pencemaran, dan penistaan terhadap agama Buddha," kata Ketua Dewan Penasehat FAPA Sunarjo.
Menurut dia, agama Buddha adalah agama resmi yang diakui di Negara Republik Indonesia, sehingga dalam kehidupan toleransi beragama, perlu kiranya menjaga dan memelihara suatu kerukunan beragama, agar tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan segala sesuatu yang berhubungan dengan sarana dan prasarana keagamaan.
"Sungguh sangat menyedihkan, nama, patung, arca dan stupa 'Shang Hyang Buddha Sakyamuni' atau 'Shang Hyang Buddha Amithabha' telah diduga dinistakan, dengan cara ditempatkan pada hiburan malam, semacam Bar atau tempat menyediakan minuman beralkohol atau barang haram," ujarnya.