Lebih dekat dengan Bripda Nurysta, sang Polwan Penari
Setelah menjadi polisi bukan berarti bakat yang diasah sejak kecil ditinggalkan begitu saja. Dia mendirikan sanggar tari dan memiliki 25 murid. Semua muridnya tidak dikenakan biaya apapun.
Di balik seragam korps bhayangkara yang selalu dikenakannya, tersimpan bakat terpendam dari diri anggota Polres Kediri Kota, Bripda Nurysta Thamarindus Sugiarto. Dia disebut polisi seniman karena giat mengajar seni tari dan sekaligus menciptakan kreasi seni tari sendiri.
Sehari-hari Bripda Nurysta Thamarindus Sugiart bertugas di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Sat Reskrim Polres Kediri Kota. Perempuan kelahiran Nganjuk, 1 November 1992 dari pasangan Sri Agustina dan
-
Bagaimana polisi tersebut disekap? Saat aksi percobaan pembunuhan itu dilakukan, korban memberontak sehingga pisau badik yang dipegang pelaku N mengenai jari korban dan mengeluarkan darah. "Selanjutnya tersangka N melakban kedua kaki agar korban tidak berontak.
-
Kenapa pangkat polisi penting? Selain itu pangkat juga merupakan syarat mutlak yang perlu dimiliki oleh anggota Polri jika hendak mendapatkan amanat untuk mengemban jabatan tertentu.
-
Apa yang dikawal ketat oleh Polresta Pekanbaru? Personel Polresta Pekanbaru mengawal ketat pendistribusian logistik berupa surat suara Pemilu 2024.
-
Kapan Polri mengatur pangkat polisi? Hal itu sesuai dengan peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2016 tentang Administrasi Kepangkatan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
-
Siapa yang menjadi polisi cepek? Mereka menjalankan peran serupa dengan meminta imbalan finansial dari pengendara sebagai bentuk pengaturan lalu lintas alternatif.
-
Bagaimana cara kerja polisi cepek? Pengguna jalan yang ingin diprioritaskan hendaknya untuk membuka jendela dan memberikan iming-iming uang. Dengan tindakan ini, mereka yang bertugas dengan sukarela akan ‘pasang badan’ untuk menghalangi kendaraan lain dan memberi jalan.
Bambang Sugiharto, ini biasa disapa Tita. Sejak kecil dia sebenarnya bercita-cita menjadi penari. Sejak SD hingga SMA dia terus berlatih menari di sanggar Ayu Sekar Putih di Kertosono Nganjuk.
Selama hampir kurang lebih 12 tahun les menari, Tita mampu menguasai sedikitnya 7 tari dan sekaligus memegang sertifikat tari. Ketujuh tari yang dikuasai antara lain tari jaran pegon, salepok, wareng, merak, bondan, remo pendek dan gambyong. Dari kemahirannya menari inilah akhirnya dia memilih meneruskan kuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prodi Tari.
"Alhamdulillah setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya diterima di Unesa Fakultas Sendratasik ( Seni Drama Tari dan Musik) Prodi Tari. Yang lebih membanggakan di Prodi Tari ini dari hampir kurang lebih 500 peminat, yang diterima hanya 28 dan itu termasuk saya," kata Tita pada merdeka.com, Rabu (15/2).
Kuliah di Unesa dijalani hingga semester VI. Dia pun menguasai puluhan seni tari antara lain remo pendek, remo resnowati, remo bolet, remo jombangan , remo munalifata , gandrung, jejer, topeng bapang , topeng medura , jaranan trenggalek , tari jogja, bali , nusantara , maduraan dan lain sebagainya.
Namun di tengah perjalanan semester VI, terbersit cita-citanya yang lain yakni menjadi anggota polisi.
"Saat itu saya sedang periksa ke puskesmas oleh perawatnya diberitahu kalau ada pendaftaran polisi. Kabar itu langsung saya beritahukan ayah dan direstui, namun sempat ada penolakan dari ibu," ungkap Tita.
Besarnya keinginannya akhirnya membawanya mendaftarkan diri sebagai polisi dan menjadi Diktuk Brigadir Polwan pada 2014. Bangku kuliah ditinggalkan demi menggapai cita-citannya. "Saat proses pendaftaran dan hingga diterima saya tidak lapor kampus, sebab serba salah," jelas Tita.
Optimismenya yang tinggi membawa Tita diterima menjadi anggota polisi dan menjalani pendidikan selama 7 bulan. "Setelah proses selesai saya baru laporan ke kampus dan akhirnya pindah kuliah dan transfer ke kampus di Kediri setelah tahu penempatan di Polres Kediri Kota,” ungkapnya.
Setelah menjadi polisi bukan berarti bakat yang diasah sejak kecil ditinggalkan begitu saja. Dia mendirikan sanggar tari dan memiliki 25 murid. Semua muridnya tidak dikenakan biaya apapun. Dia selalu menciptakan tari kreasi baru dan ditampilkan di berbagai acara. Dua karya tari yang telah ia ciptakan antara lain operet anak metamorfosa, dan yang kedua dunia malam.
"Meski pekerjaan saya saat ini polisi, namun harapan ke depan saya juga akan lebih juga memfokuskan pada dunia tari. Dan mengembangkan sanggar yang telah saya rintis di Jatikalen Nganjuk. Tujuannya generasi muda akan lebih cinta pada seni budaya Indonesia yang adilihung. Tidak ketinggalan pesan kamtibmas selalu saya sampaikan kepada anak didik saya setiap kali ada kesempatan," harapnya.
Baca juga:
Anggota Linmas cantik ini sukses curi perhatian di Pilkada Cilacap
Mengenal Aipda Wartini, Polwan cantik Bhabinkamtibmas di Bali
Rusia adakan kontes kecantikan buat polwan seksi nan tangguh
Polwan cantik jadi andalan Korut untuk atur lalu lintas
Salut, polwan berwajah ayu ini mengajar ngaji di sela tugasnya
Ini cantiknya Bripda Nina saat pernikahan