Lempar murid dengan asbak tanpa sebab, guru SD dipolisikan
Di kalangan wali murid, KS terkenal sering melakukan kekerasan terhadap muridnya, baik dengan memukul maupun menendang.
Murid SD Negeri 2 Banyubiru, Kabupaten Jembrana, Bali, mengalami luka serius akibat terkena lemparan asbak. Ironisnya, pelaku pelemparan asbak itu adalah gurunya sendiri berinisial KS.
Haikal Setia Hendriansah (10), yang menjadi korban pelemparan asbak, didampingi Sidik Ardyansah, ayahnya, menyesalkan tindakan gurunya berinisial KS tersebut saat memberikan pelajaran sejarah 17 Agustus 1945, Rabu (13/8) lalu.
Murid kelas IV itu mengungkapkan bahwa sebelum melempar dengan asbak, guru tersebut terlebih dahulu melemparnya dengan sapu ijuk namun tidak kena. "Padahal saya hanya melihat murid di bangku depan saya. Setelah dengan sapu tidak kena, dia melemparkan asbak yang ada di meja guru," kata Haikal Setia seperti dikutip dari Antara, Jumat (15/8).
Asbak dari bambu hasil keterampilan murid tersebut, membentur bangkunya dan mental ke arah matanya. Meskipun menangis saat terkena asbak tersebut, KS terus melanjutkan pelajaran terus melanjutkan pelajaran sampai ada murid lain yang memberitahu, kalau mata Haikal bengkak.
"Pak guru itu menyuruh murid mengambil minyak kayu putih dan mengoleskan ke luka saya. Ia juga sempat minta maaf dengan dalih tidak sengaja," katanya. Sepulang sekolah, KS tidak berkata apa-apa lagi.
Haikal yang sehari-hari tinggal bersama Hawari, neneknya di Dusun Pabuahan, sedangkan orang tuanya di Dusun Air Anakan. Haikal tidak berani melaporkan peristiwa itu dan langsung masuk kamar sesampainya di rumah neneknya.
"Neneknya tahu mata Haikal bengkak saat membangunkannya untuk makan. Setelah itu, dia menghubungi saya," kata Ardyansah.
Tidak terima dengan kekerasan terhadap anaknya itu, Rabu (13/8) sore, dia melapor ke Mapolsek Negara, dan melakukan pengobatan, serta visum ke RSUD Negara.
Di kalangan wali murid, KS terkenal sering melakukan kekerasan terhadap anak didiknya, baik dengan memukul maupun menendang.
"Anak saya sendiri dulu sempat trauma dan tidak mau masuk setiap pelajaran olahraga yang diasuh guru tersebut. Sudah tiga kali, guru tersebut dicari wali murid karena mendidik dengan kekerasan," katanya.
Ia menginginkan guru tersebut diproses secara hukum, meskipun yang bersangkutan sudah datang menemuinya dengan didampingi kepala sekolah serta kepala desa.
"Caranya mendidik murid dengan kekerasan sudah tidak benar. Kata anak saya, saat marah apa saja yang ada di depannya dia lemparkan ke murid. Kalau yang di depannya benda tajam, apa jadinya muridnya?" ujarnya.
Akibat kejadian itu, Haikal tidak mau bersekolah ke SD tersebut dan meminta pindah ke sekolah lain. Saat ditanya mengenai keinginan pindah sekolah, Haikal yang bagian bawah mata kanannya masih membiru ini mengakuinya.
Haikal tampak trauma, apalagi akibat hantaman asbak, mata kanannya belum bisa melihat dengan sempurna dari jarak satu meter. Saat dicek dengan melihat dan menghitung jari dari jarak tersebut dengan menutup mata kirinya, dia salah menyebutkannya, dan baru jelas saat didekatkan ke mata kanannya.
Mujahidin, warga lainnya, membenarkan tindak kekerasan terhadap murid yang kerap dilakukan oleh KS. Ia mengaku, keponakannya pernah mendapatkan perlakukan serupa, dengan cara ditendang kakinya saat pelajaran olahraga.
"Karena marah, saya sempat cari guru itu, dan saya ajak berkelahi. Tapi dia hanya minta maaf," katanya.
Kapolsek Negara, Kompol M Didik Wiratmoko saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan kasus ini. Menurut dia, dari penyelidikan dan pemeriksaan awal, guru tersebut tidak sengaja melemparkan benda yang membuat cidera muridnya.
Ia juga mengatakan, yang dilemparkan KS bukanlah asbak, tapi tempat kapur yang terbuat dari bambu.
"Kami masih akan minta keterangan saksi-saksi lain, termasuk orangtua korban. Memang ada indikasi tindak pidana dalam peristiwa ini, tapi masih kami dalami lebih lanjut," katanya.