Lestarikan wayang beber, pelukis wanita ini rela hidup sederhana
Meski hidup serba pas-pasan ibu Ning tak lantas mau menerima uluran tangan sesama.
Nama Hermin Istiariningsih atau akrab disapa Ibu Ning mungkin tak setenar pelukis-pelukis lain di tanah air. Namun karya wanita kelahiran Jombang 55 tahun lalu ini tak kalah moncer. Hasil lukisan wayang beber yang ditekuni sejak tahun 1985 tersebut, banyak menghiasi ruangan hotel tanah air, bahkan hingga sampai ke Prancis, Pakistan, Suriname dan kolektor di Indonesia.
Pilihan Ibu Ning untuk tetap bertahan melukis wayang beber bukan tanpa risiko. Kecintaan terhadap wayang yang sudah hampir punah tersebut menjadi alasan dia tetap bertahan untuk melukis. Meskipun banyak masyarakat era sekarang yang tak mengenal atau bahkan tak menyukai wayang beber. Akibatnya hasil karya yang sebenarnya bernilai tinggi, kurang dihargai oleh masyarakat.
Tak sedikit, hasil lukisan istri Sutrisno (72) ini yang hanya dihargai murah. Bahkan ada beberapa pejabat yang telah memesan lukisannya, namun setelah diambil, pejabat tersebut lupa membayarnya. Padahal untuk mengerjakan satu lukisan, ibu Ning harus meluangkan waktu hingga beberapa hari.
Di rumahnya Kampung Wonosaren Jagalan, Solo perempuan tua ini tetap bertahan melukis wayang beber yang dipelajari secara autodidak untuk menghidupi keluarganya.
Hasil penjualan lukisan wayang beber tak semudah lukisan pada umumnya. Lukisan wayang beber kurang diminati pecinta seni. Kondisi ini membuat perekonomian mereka semakin sulit dan hidup pas-pasan. Meski hidup serba pas-pasan ibu Ning tak lantas mau menerima uluran tangan sesama. Ia bahkan selalu menolak bila mendapat bantuan.
"Saya lebih senang kalau ada membeli lukisan saya, dari pada dibelaskasihani atau diberi sesuatu secara cuma-cuma," ujar Ibu Ning ketika ditemui merdeka.com, Senin (21/4).
Ibu Ning menjual karya lukisan wayang beber, dengan kain kanvas seharga Rp 2,5 juta untuk ukuran dua meter untuk lukisan dengan pewarna yang bagus bisa mencapai Rp 15 juta.
Menurut Ning, seni wayang beber muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam. Seni tersebut saat ini masih berkembang di daerah-daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran-lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh-tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.
"Saya prihatin, meski sudah banyak akademisi, mahasiswa yang belajar ke sini, tidak ada satupun yang mau meneruskan seni lukis wayang beber ini," pungkasnya.
Baca juga:
Kisah seniman di Bandung mencari nafkah lewat melukis
Rubinem nyaris kena bom saat nyinden di zaman Jepang
Kisah pesinden 3 zaman yang terlupakan
Mendobrak pakem, Slamet Gundono dalang kontroversial
Benyamin, sang seniman peka nasib Jakarta
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Siapa Bapak Seni Rupa Modern Indonesia? Beliau ada seorang pelukis legendaris Indonesia yang dijuluki sebagai Bapak Seni Rupa Modern Indonesia.
-
Siapa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo? Kartosoewirjo merupakan tokoh populer di balik pemberontakan DI/TII pada tahun 1948.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Kenapa seni rupa penting? Seni rupa, sebagai salah satu cabang seni yang sangat beragam dan kaya akan ekspresi kreatif, telah memberikan sumbangan berharga dalam menggambarkan kompleksitas dunia visual.