Lewat Buku, Hendropriyono Cerita Penangkapan Bung Hatta Hingga Koes Bersaudara
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono akan meluncurkan buku autobiografinya SPY SI secara online, Kamis (7/5). Dalam buku itu, Hendro menceritakan kisah di dunia intelijen.
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono akan meluncurkan buku autobiografinya SPY SI secara online, Kamis (7/5). Dalam buku itu, Hendro menceritakan kisah di dunia intelijen.
"SPY SI itu singkatan dari Sebagian Pengalaman Yang Saya Ingat. Kebetulan. Tapi memang di dalamnya, karena saya besar di intelijen, pendekatannya banyak di intelijen," kata Hendropriyono kepada Liputan6.com, Kamis (7/5).
-
Apa yang diluncurkan oleh Didit Hediprasetyo? Kemeriahan menyelimuti acara peluncuran jersey resmi kontingen Indonesia untuk Olimpiade Paris 2024.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Bagaimana Raden Ario Soerjo meninggal? Lalu mereka disuruh turun kemudian dibawa ke hutan dan dihabisi nyawanya oleh PKI.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Di mana Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Apa keinginan Anang Hermansyah? Saat merayakan ulang tahunnya yang ke-55, Anang Hermansyah mengungkapkan keinginannya untuk memiliki anak lagi. Ia menyampaikan hal ini kepada awak media, mengungkapkan keinginan pribadinya untuk memperluas keluarga.
Buku setebal 300 halaman yang ditulisnya sendiri ini, menyematkan beberapa cerita sejarah. Seperti cerita soal penangkapan Bung Hatta.
"Itu saya rasa belum pernah ada cerita itu, saya Google mana-mana. Saya tahu itu saya ceritain," ungkap Hendropriyono.
Selain itu ada juga cerita penangkapan Koes Plus Bersaudara.
"Itu kenapa itu kejadiannya. Itu saya ceritain. Kan sudah lewat. Saya baca buku mana-mana, referensi buku, pada enggak tahu tuh sebetulnya persoalannya gimana. Jadi saya ceritain yang benarnya gimana supaya tahu. Buat pelajaran aja, buat kita semua pelajaran kita semua, masyarakat, bangsa kita harus belajar dari sejarah," lanjut Hendropriyono.
Buku tersebut diluncurkan secara online melalui akun-akun media sosialnya, pukul 14.00 WIB. Di mana dapat dibaca sebagian isi bukunya sebelum dicetak.
"Kita harus mempelajari sejarah. Ada idiom bilang, satu-satunya yang bisa dipelajari sejarah adalah orang tidak belajar dari sejarah. Itu kan enggak benar. Kita jangan terperosok, seperti keledai terperosok di lubang yang sama," katanya.
Berikut petikan wawancara Liputan6.com dengan Hendropriyono terkait bukunya:
Ini buku pertama kali yang dibuat Pak Hendropriyono?
Ini buku autobiografi pertama dan terakhir. Autobiografi kan hanya cerita saya selama saya lahir sampai 75 tahun umur ini. Saya simpulkan apa-apa yang alami sendiri, dan juga yang saya tahu, dengar, yang dalam panca indera saya pada waktu itu, bukan yang sekarang saya teliti ke belakang, enggak. Jadi, yang saya alami waktu itu dan saya tahu waktu itu. Itu yang saya ceritakan dalam buku autobiografi saya.
Apa motivasi membuat buku ini?
Begini, kalau buku-buku kan macam-macam, ini kan buku autobiografi karena saya anggap umur saya sudah cukup. 75 tahun sudah waktunya, sebelum saya jadi pelupa, pikun, saya akan ceritakan apa saya alami, supaya menjadikan tambahan bagi generasi penerus.
Saya tahu, banyak yang sudah diketahui tentang masa lalu, tapi saya menggunakan pendekatan dari saya sendiri. Karena itu jenisnya autobiografi dan saya tulis sendiri. Dan saya alami waktu saya kecil waktu zaman Bung Karno, sampai dengan zaman Pak Harto, dan sampai dengan zaman Pak Jokowi ini, mudah-mudahan ada beberapa hal yang berulang lagi berulang lagi, kalau kita mempelajari masa lampau kejadian yang sama, kan bermanfaat lebih baik langkah kita untuk sekarang. Misalnya kan zaman dulu ada kebakaran hutan, sekarang ada lagi. Dulu ngatasinnya begitu, sekarang ngatasinnya jangan begitu, harus begini. Misalnya gitu. Ada beberapa hal kejadian yang saya ceritakan disitu. Yang kejadian-kejadian.
Ini kan judulnya Spy kalau diartikan mata-mata, apakah ini kaitan waktu Pak Hendro menjabat sebagai Kepala BIN?
SPY SI itu singkatan dari sebagian pengalaman yang saya ingat. Kebetulan. Tapi memang di dalamnya, karena saya besar di intelijen, pendekatannya banyak di intelijen. Seperti misalnya saya cerita soal penangkapan Bung Hatta pernah ditahan. Itu saya rasa belum pernah ada cerita itu, saya Google mana-mana. Saya tahu itu saya ceritain.
Ada cerita seperti itu pak?
Ada, nanti jam 02.00 WIB saya luncurkan, itu bisa dibaca secara PDF. Itu saya paparkan, tayangkan secara umum nanti jam 2. Nanti bisa langsung dibaca, nanti di WA, di semua akun saya, di Instagram saya di Facebook, Youtube, kita keluarkan semua karena ini lagi PSBB begini kan, tidak bisa secara fisik. Jadi saya luncurkan secara online.
Selain itu ada cerita apa lagi?
Ada cerita penangkapan Koes Plus dulu, Koes Bersaudara. Itu kenapa itu kejadiannya. Itu saya ceritain. Kan sudah lewat. Saya baca-baca buku mana-mana, referensi buku, pada enggak tahu tuh sebetulnya persoalannya gimana. Jadi saya ceritain yang benarnya gimana supaya tahu. Buat pelajaran aja, buat kita semua pelajaran kita semua, masyarakat, bangsa kita harus belajar dari sejarah. Kalau sejarah kita pernah mengalami seperti itu. Kan tidak elok kalau kita mengalami hal yang sama. Kita bisa tahu, oh dulu gitu sebabnya. Jadi bisa memaklumi dan ke depan langkahnya bisa beda.
Saya sudah baca di beberapa di literatur dan juga saya Google, Mudah-mudahan yang saya sampaikan ini banyak yang tidak sama, banyak yang beda. Banyak yang belum ada. Mudah-mudahan ya. Kalau ada yang sama, ya maaf. Apalagi persoalannya sama tapi beda, ya minta maaf. Saya tahunya itu. Saya kan bisa salah juga. Maklum saja, saya dengan panca indera saya sendiri pada waktu itu, yang saya ingat di kepala saya. Lama-lama saya bisa lupa. Makanya saya tulis saja sekarang. Tahun depan mungkin saya udah menurun. Enggak bisa lagi mengingat-ingat. Karena ada beberapa ada yang saksi-saksi jauh lebih tua dari saya sudah enggak ada. Susah, jadi saya tulis sekarang.
Apa yang bisa diambil dan ingin disampaikan untuk generasi sekarang dengan buku ini?
Kita harus mempelajari sejarah. Ada idiom bilang, satu-satunya yang bisa dipelajari sejarah adalah orang tidak belajar dari sejarah. Itu kan enggak benar. Kita jangan terperosok, seperti keledai terperosok di lubang yang sama. Saya harapkan dengan membaca buku saya ini, bisa menjadi tambahan, masukan di teliti lebih dalam, dipelajari, dijadikan study di pelajari begitu, buat langkah-langkah ke depah. Semoga negeri kita makin bagus dipegang oleh generasi penerus, makin aman, makin sejahtera lahir batin. Apa zaman dulu yang enggak bikin kita maju-maju, kita kok ketinggalan sama China, China kan lahir belakangan dari kita. Kita intropeksi, oh banyak kejadian. Saya ceritain itu kejadian-kejadian. Ada kurang lebih 300 halaman kurang lebih bukunya
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber: Liputan6.com