Listrik padam satu bulan, warga Pontianak minta BPK audit PLN
"Kami menduga ada permainan yang dilakukan oleh pihak manajemen PLN dalam hal pelayanan listrik ini," kata Ade
Masyarakat Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Anti Pemadaman Listrik Kalbar menilai kinerja PLN dalam hal pelayanan listriknya sangat buruk. Penilaian tersebut muncul akibat listrik di wilayah sekitar padam sejak awal Ramadhan.
"Sudah sebulan listrik di Kota Pontianak dan sekitarnya tanpa memandang waktu selalu padam dalam jangka yang sangat lama, di atas dua jam," kata Koordinator Koalisi Rakyat Anti Pemadaman Listrik Ade Hermanto saat melakukan protes terkait pemadaman listrik di Kantor PLN Cabang Pontianak, seperti diberitakan dari Antara, Kamis (24/7).
Ia menilai permasalahan pemadaman listrik oleh PLN hampir setiap mau menyambut bulan Ramadhan dan berlanjut sampai Lebaran.
"Kami menduga ada permainan yang dilakukan oleh pihak manajemen PLN dalam hal pelayanan listrik ini. Karena ada istilah tradisi melakukan pemadaman listrik tahunan, sehingga ada indikasi permainan dalam hal ini," ungkap Ade.
Dalam tuntutannya Koalisi Rakyat Anti Pemadaman Listrik Kalbar mendesak PLN agar segera menormalkan kembali pelayanan listrik seperti hari biasanya agar tidak merugikan masyarakat.
"Kami juga mendesak BPK untuk segera melakukan audit terkait semakin memburuknya pelayanan listrik oleh PLN sehingga pihak-pihak yang bermain dalam hal ini bisa diproses hukum," ujarnya.
Ade juga mendesak pihak Polresta Pontianak juga segera membentuk tim investigasi dalam hal ini agar tidak ada lagi pihak PLN yang main-main dalam hal pelayanan listrik itu.
Sementara itu, Manajer PLN Area Pontianak Pugi Wasi Jatmika menyampaikan permohonan maafnya kepada masyarakat terkait dilakukannya pemadaman listrik sejak awal Ramadhan hingga sekarang.
"Pemadaman dilakukan karena mesin pembangkit listrik 30 MW tenaga diesel (PLTD) Siantan mengalami kerusakan. Akibatnya kemampuan daya kami dari 155 MW, sementara pemakaian pada beban puncak 140 MW sehingga ada defisit 15 MW," katanya.
Puji berharap permasalahan itu segera selesai. "Pelayanan kami perkirakan baru akan normal kembali pada awal Oktober setelah mesin yang mengalami kerusakan itu sudah selesai diperbaiki di Pulau Jawa," ungkapnya.