Longsoran material Merapi ancam 2 sungai dan 3 desa
Longsoran material dari puncak Merapi langsung mengarah ke barat laut, yaitu sekitar Kali Lamat atau Magelang.
Meskipun kondisi Gunung Merapi tenang atau aktif normal, masyarakat diminta tetap waspada. Sebab sejak sepekan terakhir, sering terjadi longsoran material dari kawasan puncak gunung api teraktif di tanah air itu.
Longsoran material dari puncak gunung yang ada di dua perbatasan Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu langsung mengarah ke barat laut, yaitu di sekitar Kali Lamat atau Magelang dan Kali Apu.
"Ini harus diwaspadai untuk meminimalkan dampak negatif longsoran. Longsor besar terakhir terjadi pada Kamis (6/7) lalu. Namun, bisa saja terulang kembali karena dinding puncak sangat tipis," ujar Mujiyanto, relawan Jaringan Informasi Lingkar (Jalin) Merapi saat dikonfirmasi merdeka.com Jumat (13/7) siang tadi.
Khusus arah Kali Apu perlu diwaspadai karena mengarah langsung ke tiga desa di wilayah Kecamatan Selo, Boyolali. Ketiga desa itu adalah Desa Jrakah, Desa Klakah dan Desa Tlogolele.
"Utamanya Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele yang jaraknya paling dekat dengan kawasan puncak untuk mewaspadai terjadinya longsoran di malam hari. Kami khawatir jika terjadi longsor besar susulan, mengingat kawasan puncak masih labil. Bahkan, di lokasi itu sudah ada rekahan yang bisa longsor sewaktu-waktu," jelasnya.
Kades Tologolele, Kecamatan Selo, Budi Harsono bersama masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan ketat mengantisipasi longsoran material dari puncak Merapi yang sudah terjadi sepekan terakhir ini.
"Kami hidup berdampingan dengan Merapi, jadi harus tetap waspada. Kami juga senantiasa menjalin koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan upaya penyelamatan warga dari longsoran," tegasnya.