Lorong Waktu Perjalanan Musik Indonesia
Di antara lemari etalase berisi kaset dan piringan hitam, Eva Putri Yuliana (21) bersenandung. Suaranya lirih mengiringi lagu ikonik Jhon Lennon bertajuk 'Imagine'. Lagu perdamaian dan syair bagi idealisme yang didengar oleh Eva itu, terekam dalam format plaatgramofoon atau piringan hitam.
Di antara lemari etalase berisi kaset dan piringan hitam, Eva Putri Yuliana (21) bersenandung. Suaranya lirih mengiringi lagu ikonik Jhon Lennon bertajuk 'Imagine'. Lagu perdamaian dan syair bagi idealisme yang didengar oleh Eva itu, terekam dalam format plaatgramofoon atau piringan hitam.
Eva memilih album Imagine dari 3000-an lebih koleksi piringan hitam yang tersimpan di Museum Musik Indonesia (MMI) Malang, Jawa Timur. Ia merasa penasaran. Menurutnya, piringan hitam adalah lokomotif yang menarik rangkaian gerbong perjalanan sejarah industri rekaman. Mendengar lagu dalam rekaman piringan hitam, bagi Eva, seakan memasuki lorong imajinasi ke masa lampau.
-
Kapan Hari Musik Nasional dirayakan di Indonesia? Hari Musik Nasional dirayakan setiap tanggal 9 Maret di Indonesia.
-
Siapa yang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia? Sebuah momen menarik terekam oleh kamera televisi ketika penjaga gawang Maarten Paes dengan penuh rasa hormat menyanyikan lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' dalam pertandingan Timnas Indonesia melawan Australia pada Selasa malam (10/9/2024).
-
Mengapa warga di Jurang Sempu senang memutar musik keras? Karena letaknya yang saling berjauhan, banyak warga di rumahnya yang suka menyetel musik dengan suara keras. Mereka pun memiliki perlengkapan audio sendiri.
-
Apa makna mendalam dari lagu Kembang Gadung? Lagu Kembang Gadung jadi tetembangan nenek moyang yang masih dilestarikan, dengan makna keagungan Tuhan. Dinyanyikan oleh Sinden dalam Setiap Pertunjukan Budaya Kesakralan lagu Kembang Gadung akan membawa para masyarakat yang mendengarkannya ikut terhanyut.
-
Siapa saja musisi yang terlibat dalam konser "Dunia Saat Mata Terpejam" Aksan Sjuman di Bali? Konser menawan ini didukung oleh musisi handal, antara lain Indra Lesmana dan SB Acoustics. Aksan Sjuman memimpin orkestra, membimbing penonton dalam perjalanan musik yang memikat dengan melodi memukau yang dihasilkan oleh Sjuman + Renanda The Awakening Grand Concert Piano.
-
Kapan Hari Musik Nasional dirayakan? Di Indonesia, Hari Musik Nasional diperingati setiap tanggal 9 Maret
"Ini pengalaman pertama saya mendengar lagu dari piringan hitam lewat alat pemutar turntable," kata Eva.
Musik memang mempunyai tempat istimewa dalam hati Eva. Mahasiswi di salah satu universitas swasta Yogyakarta ini bercerita, ayahnya dulu kerap memperdengarkan lagu-lagu Koes Plus, The Rollies, serta band-band asal Inggris mulai dari The Beatles, The Rolling Stones dan Queen. Lagu-lagu itu dahulu kerap diputar oleh ayahnya di kediamannya dalam format kaset. Saat ini, Eva sesekali memutar lagu-lagu tersebut untuk bernostalgia tetapi lewat layanan streaming musik digital.
Pada akhir Desember 2019 lalu, Eva berlibur ke Malang dan memutuskan mengunjungi MMI yang berlokasi di Gedung Kesenian Gajayana, Jl Nusakambangan, Kelurahan Kasin, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Tujuannya, berwisata sembari belajar tentang kepingan-kepingan sejarah musik di Indonesia yang diarsipkan oleh MMI dalam beragam format rekaman.
"Bagi saya MMI ini seperti rekaman waktu perjalanan musik di Indonesia," ujar Eva.
Perjalanan musik di Indonesia, menurut pengamat musik Denny Sakrie dalam buku 100 Tahun Musik Indonesia (2015), dimulai sejak tahun 1900. Saat itu, berbagai label rekaman mulai masuk ke Indonesia yang masih disebut Hindia Belanda. Perusahaan rekaman lantas mulai didirikan oleh saudagar keturunan Tionghoa.
Musik-musik Indonesia mulai direkam dalam format piringan hitam. Umumnya berbahasa melayu, dalam irama keroncong serta stambul. Catatan paling bersejarah yakni pada tahun 1929, ketika perusahaan Tio Tek Hong Records merekam dan merilis lagu 'Indonesia raya' karya Wage Rudolf (W.R.) Supratmaan untuk kali pertama.
Denny Sakrie mencatat, perjalanan musik di Indonesia memuat jati diri bangsa yang pernah terbelenggu oleh penjajahan, berada dalam problematika pencarian identitas nasional di masa awal kemerdekaan, serta berhadapan dengan pergeseran paradigma dalam tatanan industri musik seiring mencuatnya teknologi musik digital. Sayangnya, musik yang juga merekam gejolak perjalanan budaya populer bangsa ini sangat minim dokumentasi, pengarsipan dan catatan.
Ikhtiar mendokumentasikan dan mengarsipkan produk-produk musik di Indonesia dari generasi ke generasi inilah yang salah satunya dilakukan oleh MMI. Kerja pengarsipan ini dimulai oleh MMI pada tahun 2009 bermula dari 253 kaset dan piringan hitam. Sepuluh tahun berjalan, jumlah koleksi MMI di tahun 2019 sebanyak 35.935 mulai dari 18 ribu lebih koleksi kaset, 3 ribu lebih piringan hitam, 5 ribu lebih CD serta ada pula koleksi buku musik, alat musik serta memorabilia.
"Modal utamanya adalah niat dan rasa cinta terhadap musik," kata Hengki Herwanto, Ketua Museum Musik Indonesia saat ditemui merdeka.com pada akhir Desember 2019 kemarin.
Sebagian besar koleksi MMI, dikatakan Hengki, berasal dari sumbangan masyarakat. Profil penyumbang bervariasi mulai dari anak-anak berumur 10 tahun sampai kakek-nenek berusia 70 tahun, dari pedagang kaki lima di pasar sampai mantan presiden (mantan), juga dari penyanyi yang baru muncul sampai penyanyi legendaris yang telah memiliki puluhan album rekaman.
Lokasi penyumbang pun dari berbagai wilayah yakni dari Tondano di Sulawesi Utara sampai kota megapolitan New York di Amerika. Sedang koleksi yang disumbangkan mulai dari 1 buah kaset sampai 2.500 kaset.
"Ibu kandung saya, mengeluarkan uang pensiunnya untuk membeli 3 buah CD Indonesia dan disumbangkan ke museum," kenang Hengki di masa-masa awal pendirian MMI.
Hengki mengenang, gerilya mencari koleksi memang diawali dengan meyakinkan sanak saudara dan rekan kerjanya. Masa-masa itu, ia sebut sebagai ujian kesabaran. Hengki kerap terharu saat mengingat sejumlah sahabatnya yang sedang tugas ke luar negeri menyempatkan mampir ke music store membeli CD untuk penambahan koleksi.
Demi memperluas ikhtiar menyatukan kepingan-kepingan sejarah yang beragam tentang musik di Indonesia, MMI memperluas jejaring di komunitas musik dan membangun komunikasi dengan label rekaman. Pada tahun 2011, MMI terhubung komunikasi dengan Lokananta, label dan produser piringan hitam bersejarah milik Pemerintah Indonesia yang didirikan pada tahun 1956.
"Kerja jejaring bersama Lokananta berlanjut dengan meluncurkan Program G-2000. Ini adalah kegiatan untuk membuat 20.000 cover PH dari karton untuk melindungi koleksi di Lokananta," kata Hengki.
"Lokananta pun menyumbangkan beberapa piringan hitam. Salah satunya adalah rekaman lagu Indonesia Raya," lanjut Hengki.
Saat ini, delapan orang terlibat dalam pengelolaan MMI. Mereka bahu membahu, merawat kepingan-kepingan sejarah musik di indonesia, memperdengarkan musik bagi telinga generasi masa kini yang ingin melihat peta musik Indonesia dari masa ke masa. Di MMI gugusan kreatifitas musisi Indonesia tetap menyimpan potensinya untuk terus terdengar mulai dari musik keroncong, folk, dangdut, rock, pop bahkan lagu anak-anak.
Selain itu, MMI adalah rumah bersama bagi karya para musisi Indonesia mulai dari Benyamin Sueb, Guruh Gipsy, Dara Puspita, Iwan Fals, Chrisye, Elpamas hingga musisi indie yang marak di masa kini semisal White Shoes & The Couples Company.
Mengusung visi pengarsipan, keberadaan Museum Musik Indonesia di Malang ini telah meniti langkah membangun lorong waktu merekam perjalanan sejarah panjang musik Indonesia. Kerja tersebut tentu tak mudah dan tak terwujud dalam waktu sekejap, apalagi di tengah-tengah puing-puing kelesuan dan kelungkrahan negeri ini yang acapkali tak terlalu menganggap penting dokumentasi.
Baca juga:
Mengunjungi Lorong Waktu Musik Indonesia di MMI Malang
Jarang Tersorot, Ini 5 Kabar Terbaru Teguh Vagetoz yang Masih Aktif Bermusik
Tukang Gendang Didi Kempot Sampai Nangis, Lagu 'Kangen Nickerie' Menyayat Hati
Ini Potret Studio Musik Pribadi 5 Artis Indonesia, Bikin Melongo!
Lagunya Masih Curi Perhatian, Ini Cerita Mawang Soal 'Kasih Sayang Kepada Orangtua'
Indonesia Diprediksi Punya Warisan Budaya Musik Klasik Berusia 1.200 Tahun