LSI Denny JA: Tabungan Menipis, Warga Lebih Cemas Ekonomi dari Corona
Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, mengatakan, ada lima alasan mengapa di Indonesia juga mengalami pergeseran itu, dari kecemasan terpapar oleh virus corona beralih dan dikalahkan oleh kecemasan terpapar virus ekonomi.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, hari ini merilis hasil penelitiannya, terkait kecemasan masyarakat yang disebutkan mulai bergeser. Dari yang cemas akan virus Covid-19, menjadi cemas akan ekonomi.
Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, mengatakan, ada lima alasan mengapa di Indonesia juga mengalami pergeseran itu, dari kecemasan terpapar oleh virus corona beralih dan dikalahkan oleh kecemasan terpapar virus ekonomi.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
"Pertama, meluasnya berita kisah sukses banyak negara. Cukup massif berita media konvensional ditambah media sosial memberitakan banyak negara sudah melampaui puncak pandemi. Virus corona di negara tersebut relatif bisa dikendalikan, walau vaksin belum ditemukan," kata Rully, Jumat (12/6).
Dia menuturkan, beberapa negara yang sering diberitakan sukses adalah Selandia Baru, Jerman, Hong Kong dan Korea Selatan.
"Walau vaksin belum tersedia, contoh konkret negara yang sukses itu sudah cukup mengurangi kecemasan atas virus. Apalagi diberitakan pula kegiatan ekonomi di negara tersebut secara bertahap mulai hidup lagi. Berita ini sampai meluas kepada publik Indonesia baik melalui media konvensional ataupun media sosial," tutur Rully.
Kedua, masih kata dia, meluasnya kemampuan protokol kesehatan dalam mengurangi tingkat pencemaran virus corona. Social distancing, cuci tangan, masker adalah tiga cara paling populer dalam protokol kesehatan itu. Terbentuk pesan kuat, walau vaksin belum ditemukan, manusia punya alat lain untuk melawan, untuk melindungi diri.
"Ditemukannya protokol kesehatan yang efektif ini juga mengurangi tingkat kecemasan. Tidaklah benar kita sama sekali tak berdaya menghadapi virus walau vaksin belum ditemukan," jelas Rully.
Yang ketiga, menurut dia, tabungan masyarakat semakin menipis, karena diberlakukannya lockdown, pembatasan sosial, ditutupnya aneka dunia usaha, semakin berkurang kemampuan ekonomi rumah tangga. Di saat kecemasan atas terpapar virus corona menurun, kecemasan atas kesulitan ekonomi meninggi.
"Adapun, ini dirasakan di lapisan menengah bawah, apalagi sektor informal, bayangan akan kesulitan ekonomi, bahkan kelaparan terasa lebih mengancam dan kongkret," tutur Rully.
Keempat, masih kata dia, jumlah warga yang secara konkret terkena kesulitan ekonomi jauh melampaui jumlah warga yang terpapar virus corona.
"Dengan kata lain, yang terpapar virus ekonomi 200 kali lebih banyak dibandingkan yang terpapar virus corona. Wajar saja jika kecemasan atas kesulitan ekonomi memang lebih massif, lebih dirasakan banyak orang," ungkap Rully.
Kelima, lanjut dia, hingga Juni 2020, semakin hari grafik yang terpapar, apalagi yang wafat karena virus corona semakin landai dan menurun.
"Sebaliknya, grafik kesulitan ekonomi, diukur dari yang di PHK, yang mengambil pesangon Jamsostek bertambah dari bulan ke bulan. Grafik ini ikut juga membuat kecemasan atas terpapar virus corona melemah, sementara kecemasan atas virus ekonomi meninggi," tukasnya.
Adapun riset ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil data sekunder dari lembaga-lembaga Galup Pol, yang berpusat di Amerika Serikat. Kemudian, VoxPopuli Center. Dan mengambil responden sebanyak 240 yang semuanya mahasiswa.
(mdk/rnd)