Luhut sebut pesawat T50i jatuh punya teknologi canggih
"Sedih karena Letkol Marda itu adalah anak dari Bintara pleton saya waktu di Kopassus yang gugur di Timor-Timor."
Dua pilot TNI Angkatan Udara pesawat T50i Golden Eagle, Letnan Kolonel Penerbang Marda Sarjono dan Kapten Penerbang Dwi Cahyadi meninggal dunia akibat insiden saat acara Gebyar Dirgantara di Yogyakarta, kemarin. Namun ada kisah tersendiri yang diceritakan oleh Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan terhadap Letkol Pnb Marda Sarjono.
"Sedih karena Letkol Marda itu adalah anak dari Bintara pleton saya waktu di Kopassus yang gugur di Timor-Timor," kata Luhut di Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (21/12).
Menurut Luhut, Marda salah satu teman anaknya di SMA Cijantung pada beberapa tahun lalu. Marda juga termasuk siswa pintar saat duduk di bangku sekolah.
"Ini anak-anak pintar dan pilot terbaik TNI AU. Saya bicara dengan Kasau tadi malam, memang semua pesawat sampai tadi malam dalam keadaan baik dan pilot dalam keadaan prima," ujar dia.
Lanjut dia, saat ini investigasi terhadap jatuhnya pesawat produksi Korea Selatan tersebut terus dilakukan TNI AU. Sebab, pesawat tersebut merupakan alutsista yang canggih dalam penerbangan.
"Jadi sekarang investigasi mengenai kejatuhan ini masih terus dilakukan karena pesawat ini bisa dikatakan cukup baru dan teknologinya bagus," tandasnya.
Seperti diketahui, Letkol Penerbang Marda Sarjono merupakan Komandan Skadron Udara Tempur 15 yang bermarkas di Lanud Iswahjudi, Magetan. Dia menjabat sebagai Danskadron Udara 15 sejak 29 September 2014.
Skadron Udara 15 sendiri, merupakan tempat yang khusus mengoperasikan pesawat tempur ringan T-50I Golden Eagle, hasil pengembangan industri penerbangan Korea Selatan bersama perusahaan penerbangan AS Lochkeed Martin.
Marda merupakan alumnus Akademi Angkatan Udara tahun 1997. Sebelum menjadi Komandan Skadron Udara 15, dia menjabat Kepala Standardisasi dan Evaluasi (Kastandeval) Wing 3 Lanud Iswahjudi dan Kabinlat Wing 3 Lanud Iswahjudi.
Dia meninggalkan seorang istri bernama Dian Ambarwati dan tiga orang anak. Yakni, Nabila Shafa Nur Aliyyah (12), Asyifa Dianda Nur Aliyyah (5), dan Hanif Fadhlurrahman Nur Sarjono (4).
Baca juga:
Jatuh satu, TNI AU belum berencana tambah pesawat Golden Eagle
Pemakaman Co-Pilot T-50i Golden Eagle di TMP Kusumanegara
Tim dari Korsel belum tiba, TNI AU jalan terus usut T-50i jatuh
Jenazah Co-Pilot T-50i Dwi Cahyadi dimakamkan di TMP Kusumanegara
Kasau ingatkan penerbang utamakan keselamatan saat beratraksi
MPR-DPR bela sungkawa insiden pesawat jatuh & minta tak terjadi lagi
Jenazah pilot T-50I Golden Eagle dimakamkan secara militer
-
Kapan penyerahan pesawat C-130J-30 Super Hercules ke TNI AU? Acara serah terima dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo Subianto. Momen Menarik Kasad Hormat ke Prabowo
-
Apa yang nyaris digunakan oleh TNI AU sebagai pesawat tempur? Jet tempur terbaru itu nyaris memperkuat TNI AU. Batal di saat-saat terakhir.
-
Mengapa B-25 Mitchell menjadi pesawat andalan TNI AU? Pesawat itu adalah B-25 Mitchell buatan North American Aviation. B-25 Mitchell Menjadi Pesawat Pengebom Andalan AS dan Sekutu Saat Perang Dunia II Bomber ini dilengkapi 12 senapan mesin berat 12,7 mm dan bisa mengangkut 1,5 ton bom. Terbang jauh untuk menghajar wilayah lawan.
-
Kapan Pesawat B-25 Mitchell milik TNI AU digunakan untuk menumpas pemberontakan? Sejak itu, dia tidak pernah absen dalam setiap operasi militer TNI AU. Bomber B-25 ditugaskan untuk membombardir lokasi kubu pertahanan pasukan Kahar Muzakar di pegunungan Sulawesi Selatan.
-
Bagaimana pesawat nirawak baru milik TNI AU bisa digunakan untuk pertempuran? Tonny Harjono usai acara HUT ke-78 TNI AU di Lapangan Dirgantara AAU, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin, menjelaskan pesawat terbang tanpa awak itu berteknologi satelit sehingga mampu mendukung pertempuran "beyond visual range" (BVR) atau pertempuran udara jarak jauh.
-
Mengapa Prabowo membeli F-15EX untuk TNI AU? Pembelian pesawat ini untuk memperkuat TNI AU.