Masih terasa aroma mistis di Gerbong Maut
Pejuang zaman dulu harus mati di dalam gerbong kereta lantaran disekap penjajah Belanda.
Gerbong ini menjadi saksi bisu kelamnya masa penjajahan dan agresi Belanda. Ada tiga gerbong yang pernah digunakan penjajah untuk mengangkut pejuang Indonesia dari Bondowoso ke Rutan Bubutan di Surabaya.
Setiap gerbong kala itu berisi seratusan pejuang. Agar pejuang tak coba kabur, penjajah memutuskan penutup pintu gerbong sementara mereka harus menempuh perjalanan sejauh 220 km dan memakan waktu lebih kurang 16 jam.
Ada tiga kali perjalanan yang dilakukan. Di perjalanan ketigalah, terjadi peristiwa itu. Minimnya sirkulasi udara membuat satu per satu pejuang yang ada di dalam gerbong itu meninggal dunia.
Lebih kurang ada 46 pejuang yang tak bisa bertahan hidup di dalam gerbong itu. Sisanya ada yang mengalami sesak parah dan sakit biasa.
Berawal dari cerita kelam pada 28 Desember 1948 itulah kemudian gerbong ini disebut gerbong maut.
Singkat cerita, pasca penjajahan, tiga kereta itu diletakkan terpisah. Ada yang di Malang di halaman depan museum Brawijaya, Bondowoso dan Surabaya.
Dihimpun dari berbagai sumber yang pernah berkunjung ke Museum Brawijaya di Malang, memang aura mistis begitu terasa saat pengunjung melihat-lihat kereta usang itu. Terasa sekali aura kelam para pejuang yang coba bertahan hidup di sana.
Konon katanya, di gerbong maut itu sering muncul penampakan sosok menakutkan.