Masuki Musim Kemarau, Debit Air Irigasi di Banyuwangi Masih Aman
Memasuki musim kemarau sejumlah petani di Kabupaten Banyuwangi mulai menggunakan alternatif penyedotan sumber mata air untuk pengairan tanamannya. Meski demikian, kondisi pengairan di sungai-sungai untuk kebutuhan irigasi pertanian tercatat masih mencukupi.
Memasuki musim kemarau sejumlah petani di Kabupaten Banyuwangi mulai menggunakan alternatif penyedotan sumber mata air untuk pengairan tanamannya. Meski demikian, kondisi pengairan di sungai-sungai untuk kebutuhan irigasi pertanian tercatat masih mencukupi.
Kepala Dinas Pengairan, Kabupaten Banyuwangi, Guntur Priambodo mengatakan, debit air sungai untuk irigasi di sejumlah sungai di Kabupaten Banyuwangi memang terpantau mengalami penurunan, namun masih bisa mencukupi kebutuhan irigasi pertanian hingga 30 persen, sesuai standar kemampuan.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
"Sisa debit yang ada masih cukup, asalkan dengan pola tanam yang tepat," kata Guntur, Senin (8/7).
Dia menjelaskan, pola pertanian yang tepat sesuai ketentuan dari dinas pertanian sangat menentukan kecukupan irigasi. Seperti diketahui, jumlah pola tanam dibagi menjadi tiga jenis tiap tahunnya.
"Tiap tahun dinas pertanian menetapkan tiga musim. Pertama musim hujan, kemarau satu dan kemarau dua," katanya.
Bila kondisi saat ini sedang memasuki masa kemarau, namun tetap memaksakan dengan tanaman padi, maka bisa berakibat kekurangan pembagian air.
"Kekeringan bisa karena tidak dapat jatah air, atau sesuai gilirannya tapi harus menunggu lebih lama," paparnya.
Hingga saat ini, kata Guntur kondisi irigasi di Dam besar seperti di Karangdoro, Kecamatan Tegalsari masih mencapai 11,5 meter kubik, dan masih siap mengairi 16.000 hektar sawah.
"Irigasi desa yang kecil juga masih cukup, tambahan embung juga banyak membantu," katanya.
Kemudian di Dam Blambangan, Kecamatan Srono, kata Guntur, saat ini masih mencapai 600 liter per detik , dengan kondisi normal saat musim hujan 3000 liter per detik.
"Memang debitnya turun. Tapi Dam Blambangan masih bisa melayani 1500 hektar persawahan," katanya.
©2019 Merdeka.com
Pemerintah sendiri, kata Guntur memiliki kewajiban untuk memberikan irigasi 30-50 persen dari total area persawahan seluas 65 ribu hektare di Banyuwangi, terutama persawahan yang menggantungkan tadah hujan.
"30 persen yang kewajiban kita di padi. Kemungkinan bisa sampai 50 persen," paparnya.
Kondisi kemarau diprediksi berlangsung hingga bulan Agustus dan September nanti. Dia berharap petani bisa mematuhi aturan pola tanam yang tepat agar kebutuhan air bisa tercukupi.
"Puncaknya Agustusan, sampai September. Kemarin masih ada hujan di beberapa wilayah selama dua hari sangat membantu," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, Arief Setiawan menambahkan, hingga saat ini pihaknya terus melakukan sosialisasi melalui petugas lapangan untuk mensosialisasikan pola tanam yang tepat agar tidak gagal panen.
"Pola tanam masyarakat sudah diatur. Cuma yang melanggar masih banyak, terutama daerah Bangorejo, Purwoharjo, kalau dulu tanam kedelai, dan dipaksakan tanam padi, selain jeruk dan buah naga," katanya.
Pihaknya, mengaku sudah membuat aturan pola tanam dari musim kemarau pertama dan kedua (MK1 dan 2).
"Teman teman di lapangan sudah menyampaikan, ada MK 1 dan MK 2," ujarnya.
(mdk/hhw)