Masyarakat Harus Memiliki Ketahanan Ideologi Melawan Terorisme
Untuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat, salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid.
Untuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat, salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid.
Masyarakat Harus Memiliki Ketahanan Ideologi Melawan Terorisme
Masyarakat harus memiliki ketahanan ideologi yang baik dalam menghadapi infiltrasi ancaman radikal terorisme. Untuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat, salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid.
"Kenapa? Karena takmir masjid yang menentukan siapa yang mau jadi khatib, siapa yang mau jadi imam, siapa yang mau ceramah di masjid tersebut," kata Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar (PB) Al Washliyah KH. Yusnar Yusuf Rangkuti dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, dikutip Kamis (14/9).
- Densus 88 Tangkap Satu Teroris Jaringan Anshor Daulah di Kalbar dan 5 Jamaah Islamiyah di Sumsel
- Kasus Terduga Teroris Karyawan BUMN, Waspadai Jaringan Sosial untuk Cegah Radikalisme
- Densus 88 Polri Tangkap Karyawan BUMN Terafiliasi ISIS di Bekasi
- Wamenkum HAM: Kehidupan Masyarakat Tak Boleh Bertentangan dengan Ideologi
Menurut Yusnar, masyarakat siaga harus terwujud baik di level desa, tempat ibadah, sekolah, dan lingkungan sosial serta warganet yang siaga bila ingin memiliki ketahanan ideologi yang baik.
Dia menjelaskan bahwa para pengurus atau takmir harus didekati dan diarahkan agar masjid tidak memberi ruang kepada dai serta penceramah yang menjadikan mimbar agama untuk menyebarkan ideologi ekstrem.
"Misalnya, saya atau orang lain mau jadi khatib di masjid itu, takmirnya lalu bilang ‘oh jadwal-nya sudah penuh, kamu tidak bisa masuk’. Lalu ada pengajian ‘takmirnya bisa menanyakan, kenapa ada pengajian, lalu apa temanya, lalu siapa yang memberikan atau menyampaikan pengajian itu," imbuh Yusnar.
Yusnar mengatakan, masih banyak takmir masjid tidak tahu atau tidak memahami bahaya dakwah yang menjurus ke ideologi atau ajaran ekstrim karena masjid dibiarkan jalan sendiri tanpa ada panduan dari pemerintah.
Yusnar menyampaikan bahwa untuk membentuk ketahanan ideologi perlu dilakukan upaya duduk bersama antara pemerintah dengan ulama, serta pihak terkait untuk membicarakan masalah tersebut secara bersama-sama agar tidak kontra produktif.
"Selama ini mau duduk bersama itu sulit sekali, dengan alasan waktu tidak ada dan sebagainya. Jadi kapan itu keselarasan itu bisa tercapai? Ya harus duduk bersama. Kita bicarakan apa yang menjadi permasalahan," ucap Ketua Ikatan Persaudaraan Qari dan Qariah Hafiz dan Hafizah (IPQAH) Pusat ini.
Yusnar berpendapat bahwa saat ini penyebaran ideologi ekstrim ini banyak melalui media sosial (medsos). Seperti, misalnya, menyatakan kebencian terhadap pemerintah, menyebut pemerintah bohong, dan sebagainya.
Untuk meredam penyebaran ideologi ekstrim itu menurut Yusnar, caranya memberikan kepada Ormas. Karena ormas punya kekuatan sampai di daerah untuk meredam ideologi ekstrim tersebut.
Selain itu, Yusnar melanjutkan, mencegah penyebaran ideologi ekstrim ini harus dimulai dari tingkat madrasah, dari para guru karena mereka adalah pendakwah nomor satu yang dapat menjadi pemicu seorang anak terpapar paham radikal.
"Al Washliyah, misalnya, kami punya 1.700 sekolah, ada 9 universitas. Guru-guru itu kita berikan pemahaman dan penjelasan, 'tolonglah kalian didik anak-anak itu secara baik dan bagus.' kan ada itu namanya pendidikan psikologi, bimbingan konseling. Tentunya itu bisa sampai kepada anak-anak itu. Ajarkan agama yang baik, kan banyak sekolah agama dan banyak juga pesantren. Begitu saja selesai itu," ujar Yusnar.