Maulid Nabi Muhammad, gamelan keramat Keraton Surakarta ditabuh
Nanti selepas Salat Zuhur akan kita tabuh, nunggu utusan dari keraton dulu," ujar Winarno.
Sepasang gamelan pusaka Keraton Kasunanan Surakarta, Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari, Sabtu (27/12) siang akan ditabuh. Kedua gamelan tersebut saat ini sudah berada di Bangsal Pradangga yang berada di halaman Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta. Ditabuhnya dua gamelan tersebut sebagai pertanda puncak perayaan Sekaten dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW atau Grebeg Maulud.
Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KP Winarno Kusumo mengatakan dua gamelan Kyai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari dikeluarkan dari tempat penyimpanannya di Langen Katong, Sabtu (27/12) pukul 9.00 WIB. Menurut dia, dua gamelan itu sering disebut gamelan sekati atau sekaten.
"Gamelannya sudah kita keluarkan dari keraton pagi tadi. Nanti selepas Salat Zuhur akan kita tabuh, nunggu utusan dari keraton dulu," ujar Winarno, saat ditemui merdeka.com, di Komplek Masjid Agung Keraton.
Sebelum ditabuh, lanjut pria yang akrab disapa Kanjen Win ini, akan dilakukan upacara pembukaan dan doa bersama. Kiai Guntur Madu yang berada di Bangsal Pradangga Selatan mendapat giliran ditabuh pertama kali. Baru kemudian Kiai Guntur sari mendapatkan giliran selanjutnya. Sepasang gamelan tersebut rencananya akan ditempatkan di dan siap ditabuh sebagai tanda dimulainya Grebeg Maulud.
"Saat alunan gendhing ciptaan Sunan Kalijaga berbunyi, biasanya masyarakat akan berebut janur kuning yang sudah dipasang di kedua bangsal. Janur tersebut dipercaya membawa keberuntungan bagi yang memperolehnya," katanya.
Terkait makna dan pesan dalam tabuh gamelan tersebut, Kanjeng Win menjelaskan, maknanya adalah mengingatkan manusia agar memiliki rasa tanggung jawab. Selain itu juga bermakna sebagai pembersihan diri, sesuai dengan gending khusus yang dimainkan, yaitu Gending Rambu dan Gending Rangkung yang memiliki makna doa dan penyucian diri.