Melihat Momen Sakral Malam 1 Suro Mangkunegaran, Diakhiri Rebutan Sisa Air Jamasan Pusaka
Bagi masyarakat Jawa, malam pergantian tahun baru ini merupakan ajang perenungan diri.
Kirab pusaka Malam 1 Suro Jinawal 1957 Pura Mangkunegaran, digelar Selasa (18/7) malam.
Melihat Momen Sakral Malam 1 Suro Mangkunegaran, Diakhiri Rebutan Sisa Air Jamasan Pusaka
Puro Mangkunegaran mengirab pusaka berupa tiga tombak yang dilapisi kain berwarna kuning dan satu pusaka yang disimpan dalam jodang. Peserta kirab terbagi dalam empat rombongan. Masing - masing rombongan mengarak satu pusaka. Kirab ini diawali dengan keluarnya KGPAA Mangkunegara X menuju Pendapa Ageng. Pria yang akrab disapa Gusti Bhre melepas rombongan kirab yang dipimpin oleh kakaknya. GPH Paundrakarna yang juga cucu Bung Karno berada di barisan paling depan mengenakan pakaian beskap hitam lengkap dengan kain jarit dan blangkon khas Solo seperti peserta laki-laki lainnya. Sedangkan peserta perempuan berkebaya hitam dan bersinjang (kain) tanpa alas kaki.
- Pernikahan Unik, Orang Jawa Mendapatkan Istri Orang Sunda Seserahan Bawa Beras Tiga Karung
- Sosok Suparna Sastra Diredja Pembela Rakyat asal Garut, Tak Bisa Pulang di Negara Pengasingan hingga Akhir Hayat
- Kesaksian Juru Kunci Astana Giribangun saat Pemakaman Soeharto
- Keseruan Ganjar Pranowo Ikut Kirab Malam Satu Suro di Solo, Berlangsung Khidmat
Paundra memimpin barisan di paling depan yang disusul dengan pembawa pusaka. Di belakangnya diikuti rombongan kerabat dan abdi dalem.
Barisan berikutnya didahului dengan pusaka yang dibawa oleh abdi dalem, diikuti oleh barisan kerabat dan abdi dalem yang berjalan tanpa alas kaki. Selama kirab berlangsung, mereka tidak diperkenankan untuk berbicara. Mereka mengelilingi tembok luar Pura Mangkunegaran. Mulai dari pintu depan Pura Mangkunegaran menuju jalan Ronggowarsito, kemudian berbelok ke Jalan Kartini, Jalan RM Said, Jalan Teuku Umar dan kembali lagi ke jalan Ronggowarsito kembali ke Pura Mangkunegaran.
GPH Paundrakarna pernah sekali menjadi Cucuk Lampah saat dirinya akan diberikan gelar pangeran. Setelah itu ia tidak pernah bersedia untuk menjadi Cucuk Lampah lagi. "Ini merupakan hal yang spesial setelah beliau (GPH Paundrakarna) lama tidak pernah menjadi Cucuk Lampah," kata Pengageng Wedhana Satrio.
Pelaksanaan Kirab Malam 1 Suro tahun ini lebih banyak diikuti peserta dibandingkan tahun lalu. Tahun ini beberapa tokoh dan tamu undangan juga hadir dalam Kirab Pusaka 1 Suro tersebut.
"VIP-nya Mas Wali, kemudian Pak Gubernur (Ganjar Pranowo), tadi ada Pak Gatot Nurmantyo," kata Pengageng Wedhana Satrio.
Bagi masyarakat Jawa, malam pergantian tahun baru ini merupakan ajang perenungan diri. Ritual tapa bisu selalu dilakukan pada Malam 1 Suro sebagai bentuk perenungan diri agar menjadi lebih baik lagi. Setelah pusaka milik Puro Mangkunegaran diberangkatkan, ratusan masyarakat berebut air jamasan pusaka. Mereka terlihat berebutan sambil membawa botol untuk mengisi air sisa jamasan yang dipercaya sebagian masyarakat dapat membawa berkah. Seperti untuk pengobatan, penglaris dan membuat tanaman menjadi subur.
Edy mengaku sudah bertahun-tahun mengikuti kirab pusaka di Mangkunegaran. Dan tak ketinggalan selalu berebut air sisa jamasan yang diletakkan di 2 drum bersar di depan pendapa. "Nanti sampai rumah kita masukkan sumur, sebagian kita masak untuk minum atau disiramkan ke sawah. Biar subur sawahnya mas," ucap Edy. Selain air, masyarakat juga rela berdesakan untuk berebut udik-udik berupa uang pecahan yang dilemparkan. Di antaranya yang dibagikan dan dilempar oleh KGPAA Mangkoenagoro X dan kerabat berupa plastik berisi untaian bunga mawar dan koin. Sebagian warga mempercayai udik-udik merupakan berkah dan rejeki.
Respons Gubernur Ganjar
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi kirab pusaka di Pura Mangkunegaran. "Acara ritual tahunan, menurut saya bagus, jadi kebudayaannya masih berjalan, menjadi menarik ya. Yang mau ikut kirab jalan terus, yang tidak ikut kirab boleh berhenti di sini sambil berdoa ya. Jadi menurut saya perkawinan antara kultur, ada tradisi, agama juga berjalan. Antusiasme masyarakat juga ternyata juga luar biasa," katanya
Dengan peringatan Tahun Baru 1 Muharam 1445 Hijriyah ia berharap masyarakat bisa makin semangat, bisa merefleksikan diri.
"Tahun-tahun sebelumnya yang kurang kita perbaiki, yang sudah bagus kita genjot," kata Ganjar memungkasi.