Mendagri ingatkan tantangan bangsa yang semakin kompleks
Tantangan yang pertama adalah radikalisme dan terorisme. Munculnya radikalisme dan terorisme tersebut dikarenakan berkembangnya paham-paham yang tidak sesuai dengan kaidah yang seharusnya.
Dalam perjalanan 73 Tahun Indonesia merdeka, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Tantangan bangsa yang muncul saat ini dianggap oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo semakin berat dan sangatlah kompleks.
"Sudah 73 Tahun Indonesia merdeka, sampai hari ini kita merdeka, tantangan yang dihadapi bangsa semakin berat dan sangatlah kompleks," jelas Tjahjo di Keuskupan Atambua, Belu, Selasa (18/9).
-
Apa itu Mendu? Mendu adalah sebuah teater rakyat dari etnis Melayu yang cukup berkembang di daerah Riau, Kepulauan Riau, hingga Kalimantan Barat.
-
Bagaimana Mendu dipertunjukkan? Pementasan Mendu tidak memerlukan panggung yang besar dan megah, cukup menggunakan dekorasi sederhana dan ditampilkan di balai desa, ruang kelas, ataupun kantor Kepala Desa.
-
Apa itu Mandi Besimbur? Mandi Besimbur merupakan ritual adat mandi yang dilakukan oleh kedua mempelai yang baru saja melangsungkan pernikahan.
-
Di mana Mandi Besimbur dilakukan? Ritual ini semakin sering dilakukan oleh masyarakat Kepulauan Pongok sejak tahun 1940-an.
-
Siapa yang terlibat dalam Mandi Besimbur? Dalam pelaksanaannya, kedua mempelai biasa didampingi oleh dukun kampung.
-
Apa yang diluncurkan oleh Mendag? "Bentuk inovasi kebijakan di bidang perdagangan Aset Kripto adalah pembentukan ekosistem kelembagaan. Dengan ekosistem yang lengkap, masyarakat akan merasa aman berinvestasi sehingga industri perdagangan Aset Kripto memberikan manfaat bagi perekonomian nasional".
Dalam keterangannya, Tjahjo membagi tantangan Bangsa tersebut menjadi empat bagian utama. "Ada 4 tantangan utama yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini," terang Tjahjo.
Tantangan yang pertama adalah radikalisme dan terorisme. Munculnya radikalisme dan terorisme tersebut dikarenakan berkembangnya paham-paham yang tidak sesuai dengan kaidah yang seharusnya. Minimnya ajaran agama dan berkurangnya iman seseorang adalah alasan utama di balik berkembangnya paham radikalisme dan terorisme.
"Berkembangnya paham radikalisme dan terorisme dikarenakan kurangnya peran tokoh agama dan tokoh adat dalam upaya mengajarkan ilmu keagamaan dan penekanan atas norma norma sosial di kalangan masyarakat. Perlu adanya forum komunikasi umat beragama untuk memperkuat keimanan," tukas Tjahjo
Tantangan yang kedua adalah narkoba. Menurut data terbaru dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tercatat setiap hari 60 orang meninggal karena narkoba. Papua menjadi salah satu provinsi yang memiliki penyebaran pengguna terbanyak, mencakup seluruh distrik yang ada di Papua.
"Pertumbuhan narkoba di Indonesia sangatlah luar biasa. Tokoh agama dan tokoh masyarakat harus mampu untuk mengingatkan bahaya narkoba ini dalam setiap forum, agar tidak semakin berkembang dan membahayakan generasi masa depan Indonesia," lanjut Tjahjo.
Tantangan ketiga adalah korupsi. Di setiap kegiatan Bapak Mendagri Tjahjo Kumolo, topik korupsi menjadi hal wajib yang harus disampaikan. Korupsi menjadi penyakit yang sangat mudah menular dan susah untuk dihilangkan. Hal ini terjadi karena penyakit korupsi sudah masuk mendarah daging dalam sistem pemerintahan negara Indonesia.
"Di setiap paparan saya, pasti saya selalu mengingatkan bahaya korupsi yang sudah mendarah daging. Seluruh masyarakat juga harus memahami area rawan korupsi, mulai dari perencanaan anggaran, dana hibah, bansos, pembelian barang dan jasa. Itu harus diperhatikan," tambah Tjahjo.
Tantangan yang terakhir adalah ketimpangan sosial. Di provinsi NTT, Gubernur harus segera bergerak bersama dengan masyarakat untuk berusaha menjadikan masyarakat sehat, angka kematian ibu hamil menurun, air bersih lancar, tidak ada lagi difteri dan malaria. "Saya yakin jika Gubernur bergerak bersama dengan masyarakat, berbagai masalah ketimpangan sosial akan segera dapat teratasi," kata Tjahjo.
Lebih lanjut Tjahjo menyampaikan bahwa berbagai tantangan yang muncul sebenarnya dapat diantisipasi jika ada sinergitas baik dalam sistem Pemerintahan. Pemerintah Daerah harus mampu membangun sinergi dengan forkopimda, organisasi masyarakat, tokoh agama dan adat dalam rangka mengorganisir masyarakat dalam menanggulangi tantangan tersebut.
"Sinergitas yang baik harus dibangun, jangan sampai program Gubernur yang bagus tidak dibarengi dengan dukungan sinergitas dari pihak pihak terkait," tutup Tjahjo.
Baca juga:
Mendagri: Tokoh agama dan tokoh adat adalah kunci jaga stabilitas nasional
Pendidikan politik diperlukan untuk capat target partisipasi politik
Monumen Soekarno akan dibangun di perbatasan RI-Timor Leste
Mendagri beri semangat kepada pelajar di Atambua
Mendagri ungkap capaian pembangunan di perbatasan