Menebar 'virus' Turn Back Crime
Dalam dua pekan baju Turn Back Crime pernah habis terjual 2.000 potong.
Masyarakat Indonesia tengah dilanda demam Turn Back Crime yang digaungkan polisi dunia atau Interpol (International Criminal Police Organization) sejak 2014. Direktorat Reserse dan Kriminal Umum Polda Metro Jaya termasuk salah satu yang cukup massif menebar virus Turn Back Crime.
Virus tersebut dengan mudah menyebar lantaran semua anak buah Direktur Kriminal Umum (Dirkrimum) Kombes Krisna Murti kompak memakai baju bertuliskan 'Turn Back Crime' pada bagian dada kanan. Ditambah wajah Krishna Murti belakangan cukup sering mondar mandir di berbagai media massa.
-
Bagaimana upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan di Jakarta? Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih mengkaji rencana perubahan jam kerja di DKI Jakarta yakni masuk pada jam 08.00 WIB dan 10.00 WIB dengan harapan dapat mengurangi kemacetan hingga 50 persen.
-
Mengapa polisi cepek semakin banyak di Jakarta? Munculnya polisi cepek sejalan dengan perkembangan wilayah perkotaan di Indonesia, terutama di Jakarta, yang kini dikenal sebagai salah satu kota metropolitan dengan tingkat kemacetan tertinggi dan durasi kemacetan terlama di Indonesia.
-
Bagaimana polisi menangani kasus pencabulan ini? Adapun barang bukti yang berhasil diamankan oleh polisi antara lain hasil "visum et repertum", satu helai celana panjang jenis kargo warna hitam, dan satu buah jepit berwarna pink. Akibat perbuatan tersebut, pelaku dijerat Pasal 82 Ayat (1) Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Juncto Pasal 76 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman 15 tahun penjara dan atau Pasal 6 C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Kekerasan Seksual dengan ancaman maksimal pidana penjara paling lama 12 tahun.
-
Apa yang dilakukan penerus para jenderal polisi? Penerus Sang Jenderal Putra para Jenderal Polisi ini mengikuti jejak sang ayah.
-
Bagaimana polisi menangani kasus perundungan ini? Polisi akan menerapkan sistem peradilan anak terhadap kedua pelaku. Kedua pelaku terancam pidana penjara selama tiga tahun dan denda Rp72 juta.
-
Apa yang dilakukan oleh personel TNI-Polri di Pemalang untuk membantu warga terdampak banjir rob? “Patroli ini kami lakukan agar personel TNI-Polri dapat menyampaikan woro-woro terkait kamtibmas secara door to door dengan menyambangi rumah warga, sekaligus membagikan sedikit bantuan sembako,”
Krishna sengaja menyebarkan virus itu ke masyarakat sejalan dengan kampanye yang digalakkan Interpol yakni mengajak masyarakat melawan kejahatan. Staf Krishna Murti, Putri Oktavia menuturkan, kampanye Turn Back Crime tidak begitu sulit. Dengan penampilan harian menggunakan kaos bertuliskan Turn Back Crime, otomatis bagian dari kampanye tersebut.
Awalnya, kata Putri, hanya polisi dan orang terdekat yang menggunakan kaos tersebut. Namun, masyarakat justru terlanjur jatuh hati dengan kaos tersebut. "Banyak yang nanya, 'Pak Krishna itu bajunya keren banget', pengen bajunya. Tadinya dibagi-bagikan hanya ke teman-teman dekat, tapi lama kelamaan dia (Krishna) kerepotan," ujar Putri kepada merdeka.com, Jumat (29/1).
Putri menceritakan, Turn Back Crime mulai booming sejak Agustus 2015. Tingginya antusiasme warga membuat Polda Metro Jaya langsung berfikir menyebarkan 'virus' ini lebih luas lagi. Alhasil ide kampanye dengan media kaos dan pernak pernik muncul. Tepatnya pada November tahun lalu.
Semakin banyak masyarakat yang menanyakan cara memiliki baju Turn Back Crime. Krishna menunjuk Putri mengawal kampanye Turn Back Crime dengan media aksesoris seperti baju dan pernak-pernik lain.
Dara cantik berusia 21 tahun itu belakangan semakin direpotkan dengan membludaknya pesanan baju dari seluruh Indonesia. Penjualan baju bahkan pernah menembus angka fantastis. "Dalam dua pekan baju Turn Back Crime pernah habis 2.000 potong," ungkapnya.
Baju Turn Back Crime dan pernah-pernik lainnya, seperti jaket, jam, boneka dan sebagainya, kini bisa bebas dibeli masyarakat. Untuk produk asli, Putri menyarankan untuk membeli langsung di Markas Polda Metro Jaya.
Sedangkan masyarakat tidak sempat ke Mapolda, bisa mendatangi langsung pos polisi dekat Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, setiap Minggu. Harga pernak-pernik Turn Back Crime dibanderol mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 300.000. "Dengan membeli sama saja mendukung kampanye," terangnya.
Kampanye Turn Back Crime sebenarnya bukan hanya di Indonesia saja. Bagi dunia internasional aksi ini juga menjadi bagian penting. Untuk berpartisipasi atau ingin mengetahui seluk beluk kampanye Turn Back Crime, masyarakat bisa mengakses website www.turnbackcrime.com. Selain itu, kampanye ini juga aktif di sosial media, seperti Facebook dan Instagram.
(mdk/noe)