Meneladani Umar Septono, jenderal polisi yang rendah hati
Umar Septono bukan polisi rendahan. Pangkatnya inspektur jenderal alias bintang dua. Dia tidak sombong. Jabatan baginya hanya titipan. Layak dijadikan teladan oleh koleganya di Korps Bhayangkara.
Umar Septono bukan polisi rendahan. Pangkatnya inspektur jenderal alias bintang dua. Dia tidak sombong. Jabatan baginya hanya titipan. Layak dijadikan teladan oleh koleganya di Korps Bhayangkara.
Sikap rendah hati ditunjukan Kakor Sabhara Baharkam Polri ketika mendapat musibah. Mobilnya ditabrak oleh seorang dosen di Tol Cipali, 21 Juni lalu. Umar tidak marah. Dia malah suruh ajudan cari alamat penabrak bernama Suyatim.
Nah, pada Selasa (4/7), Umar melakukan kunjungan kerja ke Direktorat Polisi Satwa di Kelapa Dua Depok. Usai salat Zuhur, Umar menuju kediaman Suyatim di Perumahan Pura Bojong Gede Tajur Halang. Dia didampingi sang ajudan.
Umar datang bukan untuk marah-marah. Apalagi minta ganti rugi. Pertemuan berlangsung hangat dengan diselingi canda tawa. Puncaknya ketika Suyatim meminta maaf langsung kepada Umar.
"Sebelum bapak meminta maaf, sudah saya maafkan," ujar Umar kepada Suyatim dikutip merdeka.com dari ntmcpolri.info, Kamis (6/7)..
Umar merasa walau memiliki pangkat bintang dua, dirinya tidak boleh menyakiti rakyat. "Saya polisi pelayan masyarakat, lagi pula tidak ada yang menginginkan kejadian seperti ini," kata mantan Kapolda NTB itu.
"Pertama kali dalam hidup saya, jenderal bintang dua, mantan Kapolda NTB ke rumah saya. Semoga beliau sehat dan sukses selalu," ujar Suyatim.
Saat bertugas di NTB, Umar tidak membeda-bedakan soal profesi. Hal ini bermula ketika seorang tukang sapu yang telah mengabdi lama membersihkan markas komando dihadirkan secara khusus saat apel Senin pagi kemarin (29/6) di lapangan Gajah Mada Polda NTB.
Umar sengaja menghadirkan tukang sapu sebagai contoh tauladan untuk yang lain. "Di mata dunia tukang sapu mungkin adalah strata terendah, tapi di mata Tuhan beliau ini lebih tinggi dari saya, bahkan mungkin dari kalian semua" ungkap Kapolda seperti dikutip dari laman Facebook Polda NTB yang dikutip merdeka.com, Selasa (30/6).
Dilanjutkan oleh Umar Septono bahwa hanya dengan gaji Rp 500 ribu per bulan, tukang sapu tersebut sejak pukul 4.30 WITA sudah ada di Mapolda. "Walau pun rekan-rekan sebar sampah, dia diam saja. Apa kita tidak malu seperti itu? bahkan kita telah menzalimi beliau," imbuh Kapolda.
Lalu, Umar juga sempat memanggil dua bintara yang berani menghentikan mobil dinasnya ketika melaju. Dua polisi itu saat apel berdiri di belakang sang jenderal.
Bintara itu merupakan anggota Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Polsek Praya Barat Daya, Nusa Tenggara Barat (NTB), Brigadir Ketut Surya Ningrat dan Brigadir Indra Jaya Kusuma. Saat apel ternyata malah ini yang terjadi.
Umar menanyakan kenapa berani kendaraannya, padahal saat itu dirinya memakai seragam dinas lengkap. Kedua polisi itu beralasan ingin menyeberangkan seorang nenek yang membawa kelapa.
"Karena saya bekerja untuk masyarakat. Saya diberikan tugas untuk melindungi dan mengayomi masyarakat, bukan melayani pimpinan," kata Ketut, disambut riuh tepuk tangan rekan-rekannya.
Video ini diunggah ke akun youtube pada 30 Juni lalu oleh Idho Rahaldi. Dia memberi judul 'video aksi dan jawaban nekat Bhabinkamtibmas hentikan mobil dinas Kapolda NTB'.
Mendengar jawaban dari anak buahnya, Umar ternyata sama sekali tidak marah. Umar justru dibuat kagum. Ia pun segera menggerakkan tangan kirinya, yang masih memegang tongkat komando, mengangkat topi. Umar ingin menunjukkan penghormatan atas dedikasi dua anggotanya itu.
"Saya pun merinding," kata Umar. Umar lalu memuji keduanya di hadapan seluruh jajaran Polda NTB.
"Kenapa dia tidak takut, sebab dia mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia tahu, nasibnya tergantung kepada Tuhan, bukan kepada Kapolda," katanya.
Umar juga membuat hati anak buahnya bergetar. Demi salat tepat waktu, dia rela mempertaruhkan pangkat dan jabatan yang disandangnya.
Pernyataan itu terekam dalam video berdurasi 1 menit 1 detik, yang diunggah akun Facebook Herman Juli Prasetyo, Jumat (14/10). Bagi dia, panggilan tertinggi hanyalah panggilan untuk salat lima waktu, atas alasan itu dia rela meninggalkan kesibukannya di dunia.
"Lima waktu saya di awal waktu, berjemaah, di masjid, di saf depan sebelah kanan. Itu harga mati," ucap Umar.
Ketika azan berkumandang, Umar mengaku akan meninggalkan kegiatan apapun yang sedang dijalaninya, termasuk rapat yang dihadiri siapa pun petingginya. Demi itu pula, dia rela mempertaruhkan pangkat dan jabatannya.
"Dunia saya pertaruhkan, pangkat, jabatan ini," tegas dia.
"Karena panggilan paling tinggi hanya satu, Allahuakbar, Allahuakbar. Mau panggilan mana lagi yang lebih tinggi," tandasnya.
Baca juga:
'Jenderal Widodo, Kapolri terbaik yang pernah dimiliki Polri'
Jenderal Widodo Budidarmo, Kapolri baik & punya selera humor
Jenderal polisi jujur ini diangkat jadi penasihat Bakamla RI
Cerita Kapolri tolak suap dari korban pencurian saat masih bujang
Istri jenderal main tampar harus malu lihat teladan Lena Soekanto
Kisah Brigadir Kresna jadi guru warga perbatasan RI-Timor Leste
Cerita Irjen Umar ditabrak malah datangi rumah pelaku tanpa emosi
-
Mengapa polisi cepek semakin banyak di Jakarta? Munculnya polisi cepek sejalan dengan perkembangan wilayah perkotaan di Indonesia, terutama di Jakarta, yang kini dikenal sebagai salah satu kota metropolitan dengan tingkat kemacetan tertinggi dan durasi kemacetan terlama di Indonesia.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan Kota Tua Jakarta didirikan? Sejarah Kota Tua Jakarta berawal pada 1526, ketika Fatahillah, seorang komandan dari Kesultanan Demak, menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan milik dari Kerajaan Pajajaran.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Bagaimana polisi tersebut disekap? Saat aksi percobaan pembunuhan itu dilakukan, korban memberontak sehingga pisau badik yang dipegang pelaku N mengenai jari korban dan mengeluarkan darah. "Selanjutnya tersangka N melakban kedua kaki agar korban tidak berontak.
-
Siapa yang ditangkap polisi di Bandung? Pegi Setiawan adalah satu dari tiga orang yang yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) kasus pembunuhan Vina. Pegi Setiawan ditangkap tim Ditreskrimum Polda Jabar dan Bareskrim Mabes Polri di Kota Bandung. Momen itu terjadi saat dirinya pulang bekerja sebagai buruh bangunan.