Menengok Dapur Rumah Tahanan di Garut dan Mencicipi Nasi Cadong
Menu makan di dalam penjara sempat menjadi salah satu perbincangan publik setelah artis senior Tio Pakusadewo memberikan pengakuan yang mengejutkan di salah satu channel YouTube. Penasaran dengan pengakuan itu, merdeka.com mencoba mendatangi salah satu penjara di Garut, Jawa Barat, Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Garut
Menu makan di dalam penjara sempat menjadi salah satu perbincangan publik setelah artis senior Tio Pakusadewo memberikan pengakuan yang mengejutkan di salah satu channel YouTube. Penasaran dengan pengakuan itu, merdeka.com mencoba mendatangi salah satu penjara di Garut, Jawa Barat, Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Garut.
Rutan Kelas IIB Garut berada di pusat kota Kabupaten Garut, hanya beberapa langkah saja dari Lapangan Otto Iskandardinata (Alun-alun Garut). Dari luar, seyogianya penjara pada umumnya sangat tertutup, dan hanya ada satu akses masuk dan keluar untuk pengunjung.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
-
Di mana kuburan viral itu berada? Lokasi kuburan itu berada tengah gang sempit RT.03,RW.04, Kelurahan Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
Bangunan Rutan Kelas IIB Garut ini adalah peninggalan Belanda dan menjadi salah satu heritage di Kabupaten Garut. Bangunan tersebut sempat dikosongkan dan akan diubah menjadi kantor pelayanan pemerintah, namun rencana tersebut belum diketahui kapan terlaksana sehingga kemudian digunakan kembali sebagai rutan.
Saat masuk ke area rutan, setelah mendapat izin masuk tujuan saya adalah dapur. Kesan pertama saat masuk cukup takjub karena yang terbayang adalah kondisi dapur yang biasa saja, namun ternyata sangat bersih dan rapi.
Area dapur Rutan Kelas IIB Garut ini tidak terlalu luas, namun juga tidak sempit dan cukup untuk aktivitas para koki yang bertugas. Ada beberapa bagian, mulai tempat untuk menyiapkan bahan, mencuci peralatan, memasak hingga penyajian.
Kebetulan saat itu sejumlah warga binaan yang bertugas di dapur tengah menyiapkan makan siang untuk warga binaan lainnya dengan menu nasi, gulai ayam, tumis kacang panjang tempe, dan pisang. Sempat kaget juga saat melihat, karena yang terbayang makannya para tahanan itu seperti di film-film yang antre, tapi ternyata disiapkan secara merata menggunakan boks makanan atau biasa disebut nasi cadong.
Dari penampilan makanan yang dimasak, mulai nasi, gulai ayam, sampai tumis tidak jauh berbeda dengan makanan rumah. Kalau pisang, tentunya tidak ada yang berbeda.
Setelah melihat penampilan, tidak lupa saya ikut mencoba icip-icip seluruh menu yang dimasak. Penjelasan rasanya saya sederhanakan, sama dengan makanan rumahan.
Gulai ayamnya enak, bumbunya terasa, kuahnya gurih. Untuk nasi cukup pulen, tidak kelebihan air sehingga lembek dan tidak juga kurang yang jadinya keras. Tumis kacang panjang tempe bumbunya enak, dimasaknya tidak over cook.
Rasa makanan tersebut seakan membuyarkan apa yang heboh diceritakan. Namun saya tidak tahu, apakah rasa makanan yang sama akan dirasakan di tempat lainnya atau tidak.
Narapidana Jadi Koki
Salah seorang warga binaan yang menjadi tukang masak di Rutan Kelas IIB Garut, Ahmad (37) mengatakan bahwa sebelum resmi menjadi tukang masak ia mendapat pelatihan khusus dalam memasak. Hal yang sama juga didapatkan warga binaan lainnya yang bertugas di dapur.
Ahmad mengatakan bahwa sebelum dipenjara karena kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dirinya memang sudah terbiasa masak. "Kemampuan itu dipoles lagi dengan pelatihan memasak di sini," katanya.
Selama mendapat pelatihan, Ahmad mengungkapkan bahwa dirinya dilatih bagaimana cara membuat nasi dan juga bumbu. Dalam pelatihan yang didominasi praktik itu pun menjadikannya lebih paham akan takaran yang diperlukan.
"Kita harus tahu kalau memasak bahan sekian kilo butuh bumbunya sebanyak apa. Kalau kurang kan jadi enggak enak, kalau kebanyakan juga malah jadi enggak baik. Yang kadang membingungkan di awal itu kalau masak sayuran, karena kan tidak boleh terlalu matang karena akan merusak tekstur. Kalau sekarang mah Alhamdulillah sudah paham," ungkapnya.
Dia menjelaskan bahwa sebagai petugas dapur setiap hari harus menyiapkan tiga kali makan untuk para warga binaan dengan menu yang berbeda. "Makannya di sini kan tiga kali, pagi, siang, malam. Jadi masaknya tiga kali sehari," jelasnya.
Untuk makan pagi, dia harus bangun lebih awal sejak subuh untuk menyiapkan berbagai bahan yang akan dimasak. Proses tersebut pun berlanjut sampai dengan penyajian dan pembagian makanan kepada para warga binaan.
Niat Buka Warung Nasi
Selama menjadi petugas di dapur, Ahmad mengaku jadi lebih mahir dalam memasak. Selain hasil dari pelatihan yang didapatkan, namun juga karena belajar dari pengalaman selama memasak.
Dalam beberapa bulan ke depan, Ahmad mengaku akan segera bebas menjalani masa tahanan.
"Setelah keluar saya kepikiran untuk jualan nasi. Mungkin karena sering memasak jadi yang kebayang pas keluar ya itu," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Rutan Kelas IIB Garut Redy Agian mengatakan bahwa untuk persoalan makanan, pihaknya selalu berprinsip untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu setiap menu makanan yang dimasak harus enak dan sesuai standar.
"Untuk melatih kemampuan memasak warga binaan yang bertugas di dapur, memang kita selalu meminta beberapa pihak bisa memberikan pelatihan. Tujuannya agar makanan tidak dimasak asal-asalan. Sebelum diberikan juga ada petugas kami yang harus nyobain, apakah enak atau tidak makanannya," kata Redy.
Selain itu, Redy juga menyebut bahwa setiap masakan selalu dilihat unsur gizinya, mulai dari kalori, karbohidrat, dan juga seratnya sebagaimana standar yang diberikan Negara untuk warga binaan.
"Nasi yang dimasak di sini juga dari beras medium tinggi," sebutnya.
Selama ini, diakui Redy, para warga binaan tidak ada yang mengeluhkan kondisi makanan yang diberikan. Yang ada adalah para warga binaan merasa puas dengan kualitas makanan yang disantap.
Setiap harinya, Redy memastikan bahwa menu makan para warga binaan berbeda-beda, namun unsur gizinya tetap harus terpenuhi. Dari banyaknya menu makan, yang paling ditunggu adalah nasi goreng dan gulai ayam.
"Untuk alat-alat masaknya juga di sini sesuai dengan standar restoran. Jadi kami selalu mengingatkan kepada yang masak, kalau standar alatnya saja sudah restoran, maka yang dimasak juga harus enak," pungkasnya.
(mdk/cob)