Mengemis di Masjid Istiqlal, kalau malu enggak dapat duit
Anak-anak kecil dijadikan alat bagi para pengemis untuk meraup rupiah dari para jemaah.
Petuah bijak 'Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah' atau 'Lebih baik memberi daripada menerima' tentu tidak berlaku bagi para pengemis ini. Jika tidak gesit dan malu-malu, tak akan ada uang yang didapat.
Meski begitu, sebenarnya ada sebersit rasa malu seperti yang dirasakan Atika (40). Sudah 10 tahun dia mengemis di kawasan Masjid Istiqlal, Jakarta. Jika dulu dia langsung meminta kepada para jemaah, sekarang dia mengerahkan anak-anaknya untuk meminta. Apalagi sebagai pengemis 'senior' wajahnya sudah dihapal para jemaah. Cara lain yang dipakai adalah mengemis sambil pura-pura menjual plastik kresek untuk menyimpan alas kaki jemaah.
"Dulu saya minta-minta 3 tahun. Tapi sekarang anak sudah gede. Malu minta-minta lagi," ujarnya ketika ditemui merdeka.com, Rabu (17/7).
Namun rasa malu ini rupanya belum sepenuhnya dihayati Atika. Sekejap kemudian, dia menyuruh beberapa anak-anaknya untuk menjual plastik ke jemaah masjid. Sedangkan dia sendiri tiduran di pelataran masjid.
Hal yang hampir sama dilakukan Devi. Pengemis pendatang baru ini mengaku menanggalkan rasa malunya karena desakan ekonomi.
"Ini karena bapaknya saja sudah nggak ada. Bingung mau gimana lagi akhirnya minta-minta," kata Devi mengamini Atika.
Tidak seperti anak-anak Atika, anak Devi justru kelihatan belum terbiasa dan bahkan malu. "Anak saya yang gede saya ajak gak mau, katanya malu," terangnya.
Sedangkan anak yang paling kecil, Zaki, memang terlihat terus mengikuti anak-anak Atika. Seperti belajar bagaimana meminta yang benar.
"Zaki itu ikut tuh sama Diki (anak Atika) minta," perintah Devi, sambil berkipas-kipas.
"Kalau malu-malu mah suka enggak dapat duit banyak. Kayak itu tuh (menunjuk anak perempuan) dia minta ngejar-ngejar sampai orangnya masuk mobil. Makanya sebentar saja dapat Rp 100 ribu," terang Devi.
Bukan hanya Devi dan Atika. Ibu-ibu yang lain juga memperlakukan anaknya tak jauh berbeda. Bahkan di antaranya tidak dijaga sang ibu. Orangtua mereka hanya datang di malam hari untuk menjemput sekaligus tempat menyetor uang hasil mengemis anak. Meski mengaku malu, mereka tetap mengemis dan memperlakukan anaknya seperti pekerja.