Mengenal Komunitas Sibat, Masyarakat Tanggap Bencana di Banyuwangi
Masyarakat tanggap bencana tersebut kemudian tergabung dalam komunitas Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) Sibat.
Palang Merah Indonesia (PMI) bekerjasama dengan American Red Cross menggandeng dua kelurahan Taman Baru dan Mojopanggung di Kabupaten Banyuwangi untuk menjadi masyarakat tanggap bencana, khususnya banjir dan gempa bumi. Masyarakat tanggap bencana tersebut kemudian tergabung dalam komunitas Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) Sibat.
Ketua Sibat Kelurahan Tamanbaru, Novian Dharma Putra mengatakan, terdapat 40 orang terpilih di Taman Baru dan Mojopanggung yang menjadi anggota Sibat. Para anggota bakal belajar soal mitigasi bencana, koordinasi tanggap bencana, hingga membuat arsitektur bangunan tahan gempa di bawah arahan PMI selama setahun ke depan.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Dimana insentif diserahkan kepada Banyuwangi? Insentif tersebut diserahkan langsung Menteri Keuangan, Sri Mulyani, kepada Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, di Jakarta, Senin (6/11).
Saat simulasi di Kelurahan Tamanbaru, Komunitas Sibat bersama warga menyediakan properti mural bergambar banjir, warga kemudian memotret peristiwa evakuasi untuk diupload di media sosial dan kemudian di tag di petabencana.id yang terintegrasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi. Lewat peta tersebut, masyarakat akan tahu titik rawan bencana di Banyuwangi yang telah ditandai.
"Dari peta tersebut, masyarakat akan tahu titik titik rawan bencana di Banyuwangi, dan ini sudah terintegrasi dengan BPBD, karena setiap ada bencana, masyarakat yang di lokasi perlu tahu apa yang harus dilakukan," kata Novian di sela simulasi tanggap bencana di samping kelurahan Tamanbaru, Selasa (11/2). Simulasi tersebut juga dihadiri PMI Banyuwangi dan polisi.
Selama setahun, komunitas sibat bakal mendapat penguatan SDM hingga praktek untuk menjadi pionir tanggap bencana di masyarakat. Bila terjadi bencana gempa maupun banjir, komunitas Sibat bakal koordinasi dengan kelurahan setempat. Komunitas tersebut secara struktur di bawah naungan kelurahan.
"Terjadi bencana beneran, ada pak lurah stay di kelurahan, dia akan memimpin kondisi apapun yang dibutuhkan. Sibat membantu teman teman warga untuk menggiring ke tempat aman. Kemudian Pak lurah koneksi ke pemda, BPBD, sama dinsos. Jadi ini sifatnya masyarakat siaga bencana berbasis masyarakat," katanya.
Sementara itu, Tim Relawan PMI Banyuwangi, Muhammad Hardiyanto mengatakan, idealnya masing-masing desa maupun kelurahan memang harus ada Sibat-nya. Selain penguatan SDM, para anggota Sibat juga melakukan pendataan jumlah warga lanjut usia, posyandu, hingga toko bangunan.
"Kalau terjadi gempa kita sudah tahu jumlah korban dan lansia, dan yang dibantukan. Nanti di setiap kelurahan ada contoh rumah gempa, masing masing kelurahan akan dibangun dua, semua yang bangun warga dari hasil pelatihan. Program ini berlangsung selama satu tahun dari American Red Cross," katanya.
Simulasi tanggap bencana ini juga dilakukan di Taman Blambangan di kawasan ramai agar masyarakat tahu apa yang perlu dilakukan saat terjadi bencana.
"Sementara ini kita lakukan untuk peristiwa banjir terlebih dahulu, selanjutnya untuk yang gempa bumi," kata Novian.
Sementara itu, warga Tamanbaru, Khoirul Anwar tertarik untuk datang dan mengetahui apa yang harus dilakukan bila terjadi bencana. Anwar mengetahui bakal ada latihan simulasi bencana dari siaran masjid pagi tadi.
"Tadi pagi disiarkan lewat masjid, jadi kalau ada apa apa memang seringkali siaran lewat masjid. Tahu ada komunitas seperti ini saya jadi tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi bencana," kata Anwar.
(mdk/hrs)