Mengenal T2, ransum untuk serdadu
Pernah lihat T2, ransum khusus tentara? Seperti apa rasanya? Bagaimana memasaknya? Enak atau tidak?
Bagi tentara yang bertugas di wilayah berpenduduk, tentu tidak ada permasalahan dengan kebutuhan makanan. Makanan banyak dijumpai di mana-mana. Namun apa jadinya jika tentara harus bertugas di medan pertempuran atau di alam terbuka, yang tidak dijumpai penjual pecel lele atau nasi rawon.
Itulah yang coba ditunjukkan oleh tentara kepada wartawan dalam acara outbond, yang diselenggarakan Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara di Lanud Abdulrahman Saleh di Malang, tanggal 30-31 Mei 2012.
Sebagian besar puluhan wartawan peserta outbond masih merasa asing dengan T2, makanan wajib bagi tentara di medan perang.
Bungkusnya terbuat dari kaleng, hampir menyerupai kaleng kornet. Beratnya 400 gram dengan banyak pilihan menu, di antaranya nasi ikan, nasi daging, hingga gudeg daging. T2 diproduksi oleh TNI dengan kelayakan dikonsumsi hingga satu tahun. Cara mengolahnya cukup mudah. Sebelum dimakan, terlebih dahulu dihangatkan. Rasanya? Ya, begitulah. Masih jauh lebih enak gudeg di Jl Wijilan, Yogya.
"Ini makanan a la tentara yang bertugas di medan perang. Bentuknya kecil, tapi dapat menghasilkan energi banyak," kata Kapuspen TNI AU, Marsekal Pertama TNI AU, Azman Yunus kepada wartawan di Malang, Rabu (30/5).
T2 yang hanya memiliki berat bersih 400 gram dan telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001 itu, mampu menghasilkan kalori hingga 900. Porsinya cukup besar, sebenarnya malah bisa untuk jatah dua orang.
Sehingga setelah para wartawan makan, mereka tetap semangat mengikuti rangkaian acara 'Pesiar' atau jelajah malam.
Namanya saja pesiar. Padahal dalam jelajah malam itu, para wartawan diharuskan berjalan menelusuri pemakaman umum, melewati ladang, hingga telusuri sungai.
Namun ketika kedua kalinya wartawan memakan T2, banyak yang tidak sampai menghabiskannya. Sudah merasa kenyang hanya lima hingga tujuh suapan.
"Kenyang, tidak kuat," kata wartawan.