Mengenang Artidjo Alkostar, Sosok Tanpa Kompromi dan Tak Suka Basa-Basi
Anggota Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Artidjo Alkostar telah tutup usia pada Febuari 2021 lalu. Ia meninggal karena penyakit yang dialaminya yakni jantung dan paru-paru.
Anggota Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Artidjo Alkostar telah tutup usia pada Febuari 2021 lalu. Ia meninggal karena penyakit jantung dan paru-paru.
Meninggalnya mantan hakim agung ini ternyata meninggalkan kenangan bagi setiap orang, salah satunya yakni Direktur LBH Yogyakarta 1991-2001, Budi Santoso. Menurutnya, Artidjo merupakan orang yang sangat profesional.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa yang dilakukan Edric Tjandra saat mengantar jenazah ayahnya? Dia berusaha keras menahan sedih dan air matanya saat mengantar jenazah ayahnya. Hanya bisa terduduk dan terdiam, memandangi peti mati.
-
Siapa yang mengantar jenazah ayah Edric Tjandra ke peristirahatan terakhir? Edric sangat berterima kasih kepada keluarga, saudara, dan teman-teman yang turut mendampingi ayahnya sampai ke peristirahatan terakhir.
-
Kapan Alimin bin Prawirodirjo lahir? Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1889, pria yang kerap disapa Alimin ini terlahir dari kalangan keluarga miskin.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
"Saya itu sering sekali ditelepon, terutama pada saat saya jadi direktur ya mengenai kasus-kasus tertentu yang kita tangani bersama. Dan Pak Artidjo secara tidak terduga menelepon, itu kasus itu sampai di mana? Kalau misalnya harus menyiapkan eksepsi, misalkan kita rapat pakai eksepsi, mengajukan eksepsi, eksepsinya sudah dikerjakan belum," kata Budi dalam secara virtual dalam diskusi yang bertema 'Obituari Artidjo Alkostar: Menyelami Rekam Jejak, Pemikiran dan Nilai-Nilai Etika Pejabat Publik', Minggu (7/3).
"Kemudian kalau merekap keterangan saksi, apakah saksi-saksi itu sudah direkap. Sampai dengan terakhir mengajukan pleidoi misalnya, jadi mengajukan pleidoinya juga dicek, itu bagaimana. Jadi saya menangkap pesan Pak Artidjo ini, mungkin banyak yang tak terekspose publik ya. Sebenarnya Pak Artidjo orang yang menjaga profesionalitas," sambungnya.
Budi menambahkan, apa yang dilakukan oleh Artidjo itu karena mereka tak ingin terlihat belum siap mulai dari dokumen serta materi lainnya saat berhadapan dengan hakim dalam menangani atau membela suatu kasus.
"Jadi beliau ingin ketika tampil di pengadilan itu sudah siap semuanya, itu yang pertama. Saya kira ini yang belum banyak terekspose," ujarnya.
Tidak Suka Basa Basi
Selain itu, Artidjo yang dinilainya sebagai orang yang sederhana ini juga bukan orang yang terlihat basa-basi dan juga tidak banyak bicara.
"Jadi beliau ini mungkin point yang kedua, beliau ini menunjukkan value atau nilai-nilai yang diyakini dengan tindakan, lebih banyak dengan tindakan. Tidak pernah istilahnya memberi narasi-narasi yang basa basi itu Pak Artidjo ini kayanya jauh deh, mungkin anti dengan basa basi, jadi selalu lugas, to the point," ujarnya.
Selain itu, Artidjo juga dinilai mempunyai sikap yang tidak berkompromi dan bahkan dengan aparat penegak hukum sekalipun atau lainnya.
"Jadi ini satu contoh kecil kemarin yang waktu di Koran Tempo juga saya tulis di situ, waktu itu di Pengadilan Negeri Sleman, ini pertama kejadiannya, setelah itu banyak, ini pertama kejadiannya di Pengadilan Negeri Sleman itu kan ada ruang pengacara yang disediakan pengadilan, Pak Artidjo itu enggak mau, enggak pernah mau duduk di ruang pengacara, ini pengalaman dengan saya," ungkapnya.
Saat itu sekitar tahun 1990-an, Budi mengaku melihat pengacara yang akrab dengan hakim. Bahkan sampai bermain atau olahraga tenis berbarengan.
"Begitu hakim datang itu akrab banget saling cipika-cipiki, terus nyeritain tenis bareng-bareng. Saya waktu itu juga agak terkesiap aja, ini kok sama hakim bisa akrab banget, maksudnya cipika-cipiki, nyeritakan tenis bareng-bareng. Saya berpikir ini kalau kliennya lihat apa enggak kaget itu ya, pengacaranya sama hakim begitu akrabnya, kaget bisa, senang bisa sebaliknya," ungkapnya.
Dengan adanya hal itu, Artidjo tidak ingin menjadi beban terhadap dirinya. Oleh karena itu, ia lebih memilih berada di luar pengadilan sambil menunggu giliran sidang kliennya atau sampai panitera pengadilan memanggilnya.
"Jadi akhirnya kita hapal, setiap sidang itu kita hanya berdiri di bawah pohon rindang sambil baca koran, sambil ngobrol ke sana kemari," ucapnya.
Ternyata, di balik sifat Artidjo yang dinilai tak basa-basi dan tidak berkompromi ini juga mempunyai kepribadian yang senang membaca, baik itu koran atau majalah.
Karena, sebelum berangkat menuju tempat persidangan. Artidjo selalu membeli koran, majalah atau tabloid harian yang terbit pada hari itu terlebih dahulu dalam jumlah yang cukup banyak.
"Jadi kadang-kadang kalau beli itu zaman itu sudah ratusan ribu ya, waktu itu koran itu kalau sekali beli itu berapa puluh ribu, atau kadang berapa ratus ribu kalau ada majalahnya. Karena di rumah, di kantor itu penuh dengan tumpukan, ya saya enggak tahu apakah beliau sempat baca semuanya atau dipilih yang menarik. Beliau dari pengalaman saya memang beliau sangat suka membeli koran, sangat suka membeli buku," sebutnya.
Baca juga:
Begini Kondisi Artidjo Alkostar Sebelum Meninggal Dunia
Sosok Artidjo Alkostar di Mata Teman Kampus: Sangat Jujur dan Berintegritas Tinggi
KPK Sebut Penunjukan Pengganti Artidjo Alkostar Sebagai Dewas Kewenangan Jokowi
Rutin Salat dan Makan Bareng, Ini Kenangan Manis Mahfud MD dan Hakim Artidjo Alkostar
Ketua KPK Kenang Pesan Artidjo: Pak Firli Jaga Integritas dan Tetap Berani