Mengintip Kisah Menarik Ikut Digital Talent Scholarship Lalu Banjir Job Setelahnya!
DTS merupakan pelatihan pengembangan kompetensi yang telah diberikan kepada talenta digital Indonesia sejak tahun 2018.
Seperti kata pepatah, genggam dunia dengan teknologi. Siapa yang menguasai teknologi, maka bisa menangkap peluang. Tidak tergilas kemajuan zaman. Demikian pula yang harus dilakukan saat dunia memasuki revolusi industri 4.0, ketika semua serba internet. Kemampuan digital jadi kunci.
Pepatah itu pula yang dibuktikan dua gadis ini: Nurul Uswatun dan Zahra Nabila Falenanda. Mereka mampu menangguk peluang di era digital setelah mendapat bekal dalam Digital Talent Scholarship. DTS. Keduanya bahkan kebanjiran job saat banyak orang mengeluh susah dapat pekerjaan.
-
Apa itu DPTb? DPTb atau Daftar Pemilih Tetap Tambahan adalah daftar pemilih yang ditambahkan setelah DPT (Daftar Pemilih Tetap) selesai disusun dalam pemilu.
-
Apa itu DPT dan apa tujuannya? Daftar Pemilih Tetap (DPT) merujuk pada daftar yang berisikan nama-nama warga negara yang memenuhi syarat untuk memberikan hak suara dalam sebuah pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah. DPT menjadi bagian penting dalam proses demokrasi, karena melalui daftar ini, setiap warga negara yang memenuhi syarat dapat terdaftar dan berpartisipasi dalam menentukan pemimpin dan wakilnya.
-
Kapan DPTb disusun? DPTb disusun dalam tahapan pendaftaran pemilih, dan dapat mencakup pemilih yang baru berusia 17 tahun, pemilih yang telah pindah domisili, atau pemilih yang sebelumnya tidak terdaftar dalam DPT.
-
Kapan DPT disusun? DPT disusun oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setiap lima tahun sekali sebelum pemilihan umum dilaksanakan.
-
Apa yang dimaksud dengan DBD? Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang pernah terkena DBD tidak akan terinfeksi lagi karena sudah kebal terhadap virus dengue.
-
Mengapa DPTb dibuat? DPTb digunakan untuk memasukkan pemilih yang terlambat mendaftar atau mengubah data mereka setelah Daftar Pemilih Tetap (DPT) disusun.
Nurul dan Zahra mengikuti program beasiswa pelatihan yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika itu pada 2020. Nurul masuk bulan Juni, Zahra menyusul tiga bulan kemudian. Kala itu keduanya masih jadi mahasiswi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. UIN Jakarta.
“Kami sama-sama ikut TSA –Talent Scouting Academy. Ikut pelatihan cloud computing,” tutur Nurul, dalam video YouTube Digitalent Media Kominfo.
TSA merupakan salah satu rangkaian program DTS. Berkat pelatihan itu, keahlian digital Nurul dan Zahra meningkat. Bekal ilmu yang didapat dalam kursus bersertifikat itu ternyata berguna bagi mereka. Nurul yang kini sudah bekerja di sebuah bank swasta punya side hustle, pekerjaan sambilan untuk menambah penghasilan.
“Saya sudah kerja di salah satu bank swasta, sambil freelance juga sih. Masih ngambil itu juga,” tutur Nurul.
Pengalaman serupa juga dituturkan Zahra. Dia bahkan sudah mendapat job freelance meski belum lulus kuliah. Dia mendapat permintaan untuk mengerjakan media sosial sebuah kampus saat menyusun skripsi. Dia tinggal pandai-pandai membagi waktu saja.
- Telkom Ajak Pelajar Indonesia Kembangkan Talenta Digital Lewat Telkom DigiUP 2024
- Bulan Ini Pemerintah Buka Lowongan 60.000 CPNS untuk Penempatan di IKN, Ada Jalur 'Khusus' Bagi Warga Kalimantan
- Menkominfo: Indonesia Digital Hanya Terwujud jika NU Sudah Digital
- Rekrutmen CPNS 2024 Segera Diumumkan, Banyak Lowongan untuk Fresh Graduate dan Talenta Digital
“Manfaatin waktu yang ada, perbanyak pengalaman, kembangin skill ya kayak ikut pelatihan. Output-nya bisa dapat sertifikat, bisa dapat portofolio. Itu berguna banget mau jadi freelance maupun buat cari kerja,” tutur Zahra.
Nurul dan Zahra mungkin sulit mendapat peluang side hustle itu tanpa ditunjang kemampuan digital. Beruntung mereka mengikuti program DTS yang digelar Kemenkominfo –sekarang Kementerian Komunikasi dan Digital. DTS telah menjadi kawah candradimuka talenta-talenta digital Indonesia.
Besarnya Potensi Ekonomi Digital di Indonesia
Potensi ekonomi digital memang besar. Kini semua memang serba internet. Miliaran orang meriung di sana. Data We Are Social menyebut pengguna internet global mencapai 5,35 miliar pada Januari 2024. Jumlah itu setara 66,2 persen populasi dunia yang totalnya 8,08 miliar. Sementara, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat pengguna internet di Tanah Air pada 2024 mencapai 221,56 juta orang.
Catatan itu bukan cuma angka mati. Data-data itu menunjukkan betapa besarnya kue ekonomi digital dunia. Saat menghadiri Festival Ekonomi Keuangan Digital dan Karya Kreatif Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan pada 1 Agustus lalu, Presiden Joko Widodo mengatakan potensi ekonomi digital mencapai Rp5.800 triliun.
“Saya sudah berulang kali menyampaikan soal potensi, peluang digital Indonesia ke depan. Ekonomi digital akan tumbuh empat kali lipat di tahun 2030, mencapai USD210-360 billion atau kalau dirupiahkan bisa di angka Rp5.800 triliun,” kata presiden yang beken dengan sapaan Jokowi itu.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menambahkan, pembayaran digital juga akan tumbuh 2,5 kali lipat di tahun 2030, mencapai USD760 billion atau setara Rp12.300 triliun. Pertumbuhan tersebut, kata dia, bisa dicapai karena Indonesia didukung oleh puncak bonus demografi di tahun 2030, yaitu 68 persen berusia produktif.
Selain itu, lanjut dia, saat ini jumlah ponsel aktif di Indonesia mencapai 354 juta, artinya melebihi jumlah penduduk saat ini yang mencapai 280 juta. “Artinya, satu orang bisa memiliki ponsel lebih dari satu. Dengan jumlah pengguna internet yang sudah mencapai 185 juta, juga jumlah yang sangat besar sekali. Potensinya besar sekali,” ujar Jokowi.
Besarnya potensi ekonomi digital itu berarti peluang terbuka lebar. Pada 2016, Bank Dunia menyampaikan bahwa Indonesia membutuhkan sekitar sembilan juta talenta digital antara tahun 2015 hingga 2030 untuk mendongkrak ekonomi digital. Sedangkan survei World Economic Forum pada 2023 menunjukkan lebih dari 75 persen perusahaan berencana mengadopsi teknologi seperti big data, cloud computing, dan artificial intelligence, dalam lima tahun ke depan.
“Kontribusi ekonomi digital terhadap PDB bisa lebih tinggi kalau digital talent bisa kita siapkan dengan baik,” kata Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria.
Secara global, tambah Nezar, kontribusi ekonomi digital didominasi negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan China yang sudah mencapai di atas 50 persen terhadap PDB. Sedangkan, kontribusi ekonomi digital Indonesia pada PDB masih sangat kecil, bahkan di bawah 10 persen.
“Dengan negara-negara ASEAN sekali pun kontribusi kita juga masih di bawah Singapura, Vietnam, dan di bawah Thailand,” imbuh Nezar.
Namun Nezar yakin Indonesia punya potensi besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi digital. Pada tahun 2030, kontribusi ekonomi digital ASEAN diproyeksikan mencapai kurang lebih USD1 triliun.
“Dan dari Indonesia sendiri itu berkontribusi hampir 40 persen, sekitar USD366 miliar. Jadi kita bisa bayangkan bahwa kita adalah kekuatan yang besar di ASEAN,” tandas Nezar.
Hadir untuk Penuhi Kebutuhan Talenta Digital
Program DTS hadir untuk memenuhi kebutuhan talenta digital lewat pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing, produktivitas, serta profesionalisme SDM bidang teknologi informasi dan komunikasi, kepada berbagai lapisan masyarakat seperti, angkatan kerja muda, masyarakat umum, aparatur sipil negara, hingga entrepreneur.
DTS merupakan pelatihan pengembangan kompetensi yang telah diberikan kepada talenta digital Indonesia sejak tahun 2018. Program ini berperan penting mencetak talenta digital Indonesia. Lewat pelatihan ini, peserta dapat mengembangkan kompetensi di area baru, khususnya di bidang digital, untuk bekal dalam menghadapi tantangan industri 4.0 dan otomatisasi yang semakin luas.
Ada delapan Akademi dalam program DTS, yaitu Fresh Graduate Academy (FGA), Vocational School Graduate Academy (VSGA), Thematic Academy (TA), Professional Academy (ProA), Government Transformation Academy (GTA), Digital Entrepreneurship Academy (DEA), Digital Leadership Academy (DLA), dan Talent Scouting Academy (TSA).
DTS punya target 100 ribu peserta saban tahun. Program ini telah bekerja sama dengan 130 lebih mitra pelatihan, seperti Glotech, Edutech, serta perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri. Sejak diluncurkan pada 2018, telah ribuan peserta ikut DTS.
Menurut data Kemenkominfo, sebanyak 964 peserta mengikuti DTS. Pada 2019 naik menjadi 26.826 peserta, setahun berselang menjadi 58.116 peserta, pada 2021 meningkat lagi menjadi 123.412 peserta.
Tahun 2022, peserta DTS melonjak menjadi 242.862. Pada tahun 2023, peserta DTS tercatat sebanyak 11409 dan hingga Agustus 2024, peserta DTS tercatat 94.533 peserta.
Lihat pula data-data statistik para lulusan DTS. Menurut catatan Kemenkominfo, 25 persen alumni DTS telah berubah status dari tidak bekerja menjadi bekerja. Sementara 6 persen alumni yang sudah bekerja saat ikut DTS beralih untuk mempersiapkan usaha.
Program DTS juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan penghasilan para alumninya. Setidaknya sekitar 64,2 persen alumni DTS mengalami kenaikan penghasilan. Rata-rata penghasilan alumni DTS mengalami kenaikan 9,7 hingga 11 persen atau sebesar Rp457.000 hingga Rp549.000.
Cerita Nurul dan Zahra telah membuktikan bahwa angka-angka itu bukan hanya laporan di atas kertas belaka. Dua dara itu telah mampu menangkap peluang setelah mengikuti DTS pada 2020. Pelatihan itulah yang mengantarnya ke dunia kerja.
“Pelatihan ini yang justru mengantar ke dunia kerja, karena kan kalau dunia kerja kita tidak ada pengalaman apa-apa atau skill yang ada sertifikatnya, ibaratnya kan kayak kurang dipandang gitu,” tutur Nurul.
Demikian pula Zahra. Meski selama di kampus selalu berkutat dengan mata kuliah IT, dia mendapat ilmu baru lewat program DTS. Dia bisa belajar ilmu desain. Dan inilah yang membuatnya kini banjir job.
“Saya minatnya di desain, terus belajar-belajar sedikit, terus bikin portofolio, jadi orang-orang tahu kalau saya ini bisa desain. Dari situ orang-orang minta tolong,” tutur Zahra.
Itulah dunia digital. Kini kesempatan terbuka lebar bagi semua orang, tanpa kecuali. Siapa saja punya kesempatan luas ikut menikmati kue ekonomi digital bila punya ilmu yang mumpuni.