Meninggal di Mina, Junaidi sudah pamit tidak pulang
"Semua pekerjaan sudah selesai, pelaporan keuangan diselesaikan dan uangnya diserahkan ke kepala sekolah."
Jelang keberangkatan ke Tanah Suci awal bulan lalu, almarhum Junaidi Sjahrudin Marjun seolah sudah berpamitan tidak akan kembali lagi ke Tanah Air. Kalimat itu diucapkan berkali-kali kepada keluarga maupun teman di tempatnya mengajar.
"Almarhum sudah pamitan pada teman-temannya di sekolahnya. Semua pekerjaan sudah selesai, pelaporan keuangan diselesaikan dan uangnya diserahkan ke kepala sekolah," kata beberapa orang petakziah yang mengenakan baju PNS di rumah almarhum di Batu, Senin (28/9) sore.
Keluarga juga membenarkan hal tersebut. Beberapa kali anggota keluarga dan tetangga mendengar almarhum seolah berpamitan. Namun pesan itu dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja.
"Kata orang-orang tua di Madura, pergi berhaji itu seperti akan pergi mati, karena bisa saja tidak kembali. Orang berangkat haji pamitnya pamit mati," kata Zulfan Abdul Halim, anak pertama almarhum sambil menirukan.
Junaidi sendiri berdarah Madura, tetapi lahir di Makassar, sebelum kemudian tinggal di Jalan Teratai Nomor 11, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu. Almarhum yang bekerja sebagai Guru Agama di SMP Negeri 3 Beji seharusnya berangkat pada 2014, tetapi karena pengurangan kuota, akhirnya mundur satu tahun.
Junaidi menjadi salah satu korban meninggal dunia dalam insiden Mina. Jenazahnya telah teridentifikasi dan diumumkan oleh Kementerian Agama (Kemenag), Senin (28/9).
Keluarga mengaku ikhlas atas peristiwa tersebut, dan meyakini sebagian dari takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Pihaknya akan mengikuti semua proses yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi.
"Insya Allah semua keluarga sudah ikhlas. Kita mengikuti apa yang menjadi ketetapan saja, ikut di sana saja," katanya.
Kepala Kemenag Kota Batu, Jamal mengatakan almarhum berangkat bersama istrinya, Umi Sholihah dan 184 jemaah haji lainnya asal Kota Batu. Tanggal 14 Oktober para jemaah diperkirakan akan sampai di Kota Batu.
Ada tiga warga Batu yang menjadi korban insiden Mina. Korban atas nama Mulyono dan Siti Aisyah, warga Dadaprejo masih berstatus hilang hingga kini. Selain itu, jemaah lain atas nama Susi meninggal karena sakit setelah kecapekan.
"Semoga Pak Mulyono dan istrinya, Ibu Siti Aisyah masih sehat dan segera kembali dalam kondisi sehat ," harapnya.
Baca juga:
Junaidi korban Mina asal Batu teridentifikasi, 2 lain masih hilang
Ini pesan terakhir Eti, korban tragedi Mina pada anaknya
Korban insiden Mina: Misteri ponsel Otong yang tak kunjung dijawab
Istri meninggal, suami hilang akibat tragedi di Mina
Salah satu WNI korban Mina seorang koki di Arab Saudi
-
Di mana tragedi ini terjadi? Hari ini, 13 November pada tahun 1998 silam, terjadi demonstrasi besar-besaran di kawasan Semanggi, Jakarta.
-
Kapan tragedi ini terjadi? Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998. Kejadian ini menyebabkan tewasnya 17 warga sipil.
-
Kapan Tragedi Bintaro terjadi? Tragedi Bintaro 1987 terjadi karena kecelakaan kereta api yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Kronologi kejadian dimulai saat dua kereta api bertabrakan di Stasiun Pondok Ranji, Bintaro pada 19 Oktober 1987.
-
Apa yang terjadi di Tragedi Semanggi 1? Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998. Kejadian ini menyebabkan tewasnya 17 warga sipil.
-
Dimana tragedi ini terjadi? Tragedi Bintaro 1987 terjadi karena kecelakaan kereta api yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Kronologi kejadian dimulai saat dua kereta api bertabrakan di Stasiun Pondok Ranji, Bintaro pada 19 Oktober 1987.
-
Kapan tragedi Kanjuruhan terjadi? Puncaknya meletus pada Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022.