Menko Puan: Pendidikan bukanlah untuk pencitraan
"Tapi pendidikan adalah upaya untuk membangun kepribadian anak bangsa agar memiliki ketahanan budaya," kata Puan.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani, sangat meyakini salah satu faktor keberhasilan dalam pembangunan bidang pendidikan adalah dengan mengutamakan kualitas guru.
Menurutnya, Indonesia sudah seharusnya mempunyai lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK) yang hebat, yang mampu memproduksi tenaga pendidik/guru profesional dengan kualitas terbaik, sehingga mampu melakukan lompatan dalam pembangunan manusia dan budaya.
“Saya ingin menegaskan bahwa pendidikan harus dapat dinikmati secara merata bagi seluruh anak bangsa (education for all) dari Sabang sampai Merauke, dari Sangir hingga Pulau Rote. Inilah salah satu tekad kita bersama agar tak satu pun anak Indonesia yang tidak masuk sekolah," ujar Puan.
Hal itu dikatakan Puan dalam Forum Ilmiah dan Seminar Internasional Fakultas Ilmu Pendidikan-Jurusan Ilmu Pendidikan yang diselenggarakan di Universitas Negeri Gorontalo, seperti siaran pers, Rabu (9/9).
"Pendidikan bukanlah untuk pencitraan, tapi pendidikan adalah upaya untuk membangun kepribadian anak bangsa agar memiliki ketahanan budaya berlandaskan Pancasila,” imbuh cucu proklamator Bung Karno ini.
Menurut Puan, posisi pendidik menjadi penting dalam konteks pembangunan karakter bangsa. Pendidik berperan mulai dari bagaimana sang anak didik pada saat usia dini sudah bangga dengan Indonesia, agar para mahasiswa memiliki semangat cinta tanah air dan bertekad memajukan bangsanya.
"Banyak pengalaman di negara lain dengan memajukan pendidikan karakter bangsa, maka bangsa tersebut akan menjadi lebih maju dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Itulah sebabnya kita harus memperkuat pembangunan karakter bangsa," ujarnya.
"Nawa Cita sebagai sendi kebijakan pemerintahan sekarang sangat menekankan pada perbaikan karakter bangsa, yang lebih dikenal dengan Revolusi Mental. Revolusi Mental merupakan gerakan kolektif yang melibatkan seluruh bangsa dengan memperkuat peran semua institusi pemerintahan dan pranata sosial-budaya yang ada di masyarakat,” papar Puan.
Menurut Puan, pendidikan menjadi kunci untuk mengantarkan bangsa Indonesia sukses memasuki dekade strategis. Dalam tempo 30 tahun ke depan Indonesia akan memasuki masa 100 tahun Indonesia merdeka yaitu pada tahun 2045.
Namun, saat ini ada tantangan berat karena dunia pendidikan Indonesia masih mengalami kekurangan dengan masih tingginya angka anak usia sekolah yang putus sekolah karena alasan ekonomi atau geografis atau budaya. Belum lagi status tingkat pendidikan tenaga kerja. Pada tahun 2013, sebanyak 50% tenaga kerja hanya berpendidikan SD ke bawah, atau 70% tenaga kerja berpendidikan setingkat SMP ke bawah, atau sekitar 90% tenaga kerja hanya berpendidikan setingkat SMA ke bawah.
Puan sangat berharap agar para pendidik menjadi bagian utama untuk mencapai pembangunan manusia seutuhnya. Pendidikan yang berkualitas menyebabkan manusia menjadi mampu berbudaya dan dapat mengembangkan dirinya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup yang sejahtera. Bangsa Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Finlandia berhasil bangkit setelah Perang Dunia II karena sejak awal kemerdekaan memperkuat pembangunan pendidikan dan karakter anak bangsanya.
Politikus PDI Perjuangan ini mengatakan Forum Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan ini mengambil langkah yang tepat untuk terus menyegarkan cara pandang, cara pikir, cara kerja dan cara merespon dinamika budaya yang berkembang saat ini. Kemenko PMK memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui intervensi perguruan tinggi terutama yang ada di lingkungan lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK).
“Saya juga berharap Universitas Negeri Gorontalo tampil sebagai yang terdepan dalam pengembangan pendidik dan tenaga pendidikan di kawasan Timur Indonesia,” ujar Puan.
Tak lupa dalam kesempatan itu, Puan berpesan kepada para dosen untuk menanamkan tiga nilai Revolusi Mental, yaitu integritas, etos kerja keras, dan budaya gotong royong. Menurut Puan, bila nilai-nilai itu telah melekat pada diri pendidik, lalu ditanamkan pula kepada para calon pendidik, maka diyakini nilai-nilai itu pun akan mengalir sampai ke peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa.
Turut hadir dalam acara itu antara lain Rektor Universitas Negeri Gorontalo, Syamsu Qamar Badu, Ketua Asosiasi Profesi Pendidikan Se-Indonesia dan peserta Forum Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan seluruh Indonesia.
Baca juga:
Puluhan siswa SD Bukit Jengkol belajar di gedung yang nyaris roboh
Kadisdik DKI: Tak ada buku pelajaran bertentangan sama ajaran agama
Larangan Kadisdik DKI siswa bawa kendaraan ke sekolah dikecam
Jika Ahok gusur Bukit Duri, bagaimana nasib SMA Negeri 8?
Indonesia gencar beri beasiswa buat pelajar Timor Leste
Survei: 1 dari 8 mahasiswi Inggris jual badan demi kuliah
Guru-guru ini hajar muridnya hingga berdarah-darah
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Apa yang menjadi harapan Puan Maharani mengenai praktik demokrasi di Indonesia? Puan berharap praktik demokrasi di Tanah Air akan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
-
Kapan Putri Ariani memutuskan untuk kuliah di UGM? “Banyak pertimbangan. Setahun ini banyak berpikir untuk kelanjutan pendidikan putri, akhirnya memilih di UGM. Putri pikir, UGM menjadi the right choice for me,” katanya.
-
Siapa yang mendampingi Putri Isnari di pengajian? Ditemani oleh keluarga besarnya yang mengenakan baju berwarna hijau yang seragam, Putri Isnari terlihat begitu cantik menjelang hari besar yang sudah di depan mata.
-
Kapan Putri Handayani mulai mendaki? Ia sudah dekat dengan dunia mendaki sejak ia berusia 13 tahun atau pada saat menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
-
Apa yang diputuskan oleh Puan Maharani mengenai rapat paripurna? Ketua DPR Puan Maharani menjelaskan alasan rapat paripurna DPR tidak lagi menyebutkan jumlah kehadiran anggota dewan secara virtual. Padahal, sebelumnya selama masa pandemi Covid-19 anggota dewan diperbolehkan hadir secara virtual.