Momen-momen di menit terakhir hilangnya AirAsia QZ8501
AirAsia QZ 8501 hilang kontak lima menit setelah ATC mempersilakan pesawat naik ke ketinggian 38 ribu kaki.
Pesawat AirAsia penerbangan QZ 8501 dengan rute Surabaya-Singapura dilaporkan hilang di sekitar Selat Karimata. Pesawat ini membawa 155 penumpang serta tujuh orang kru, dan dipiloti Kapten Irianto.
Dari penyelidikan sementara, pesawat diketahui hilang tidak lama setelah meminta izin kepada kontrol lalu lintas udara (ATC) di Bandara Djuanda untuk naik ke 38 ribu kaki dari sebelumnya 36 ribu kaki.
Hanya berselang lima menit, pesawat ini tiba-tiba hilang dan tidak terpantau lagi dari radar, padahal permintaannya baru saja disetujui dua menit setelahnya. Jika mengikuti jadwal sesungguhnya, QZ 8501 seharusnya sudah mendarat pukul 08.15 WIB di Singapura.
Berikut momen-momen di menit terakhir hilangnya AirAsia:
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
Hindari cuaca buruk
Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmodjo mengatakan, Air Traffic Controller (ATC) di Bandara Djuanda mengatakan hingga pukul 06.10 WIB, pesawat masih berada di ketinggian 32 ribu kaki, dan melewati jalur M635.
Baru kemudian ketika AirAsia melewati wilayah ATC Jakarta, pilot menghubungi otoritas di Soekarno-Hatta pada 06.12 WIB. Ada cuaca buruk sehingga idealnya harus keluar jalur normal.
"Pesawat kontak ATC dan di radar ada masalah, pada saat kontak pesawat menyatakan menghindari awan dari arah 35, meminta naik ke ketinggian 38 ribu kaki," kata Djoko.
Lima menit kemudian, atau tepatnya pada pukul 06.17 WIB pesawat hanya tampak sinyal di antara Tanjung Pandan-Pontianak.
"Lalu 06.18 WIB hilang dari radar hanya terlihat flight plan saja. Jadi pesawat itu ada rencana terbang ke mana, realisasinya juga ada sampai mana. realisasinya itu yang hilang," ungkap Djoko.
Pemerintah memastikan bahwa pesawat AirAsia yang mengudara berada dalam kondisi prima. Hanya saja, Djoko mengakui kondisi cuaca di sekitar lokasi hilangnya pesawat buruk. "Pesawat jelas baik, cuaca jelas sedang tidak baik. Makanya pilot minta left take," tandasnya.
Karena hilang kontak, maka tindakan ATC sesuai prosedur menyatakan tahap awal pesawat hilang kontak 07.00 WIB, 50 menit setelah dicari. Hingga saat ini tim SAR dan Basarnas masih terus melakukan pencarian.
AirAsia juga mengeluarkan nomor darurat agar keluarga dan kerabat dapat memperoleh informasi tentang hilangnya pesawat tersebut, yaitu 021-29270811.
Ada 7 pesawat di dekat AirAsia QZ 8501
Direktur keselamatan dan standar AirNav Indonesia Wisnu Darjono menyatakan ketika pesawat AirAsia QZ 8501 meminta berpindah jalur, kondisi lalu lintas udara sedang padat. Terdapat sekitar tujuh pesawat yang melintas waktu itu.
"Kondisi jalurnya padat. Ada sekitar tujuh pesawat yang melintas," kata Wisnu saat dikonfirmasi, Senin (29/12).
Namun, jalur penerbangan di ketinggian 32.000 kaki saat itu hanya digunakan oleh pesawat AirAsia QZ 8501 saja. Tak ada pesawat lain yang sejalur dengan pesawat tersebut.
"Ya cuma QZ 8501 itu, pesawat AirAsia (sendiri). Pesawat AWQ 550 satu jalur dengan UAE 502, dan AWQ 550," terang dia.
Berikut nama-nama pesawat yang berada pada satu traffic dengan pesawat Air Asia QZ 8501:
GIA 500 itu dari Jakarta-Pontianak ketinggain 35.000 kaki
LNI Lion 320 dari Jakarta-Pontianak, level 35.000 kaki
Lion 626 Jakarta-Balikpapan, level 36.000 kaki
UAE 409, Melbourne-Kuala Lumpur, level 36.000 kaki
AWQ 502 (AirWagon, sama Airasia), Denpasar-Singapura, 38.000 kaki
Indonesia GIA 602 Jakarta-Manado level, 29.000 kaki
AirAsia (AWQ) 550, Denpasar-Kuala Lumpur, 34.000 kaki.
Topik pilihan: AirAsia | Maskapai Penerbangan
Ada Garuda di atas QZ 8501
Pesawat AirAsia QZ 8501 jurusan Surabaya-Singapura sampai saat ini belum diketahui kondisi dan posisinya. Dugaan terakhir, bangkai pesawat berada di Selat Karimata.
Direktur Utama AirNav Bambang Tjahjono menyatakan bahwa pilot AirAsia tersebut sempat meminta menyimpang dari rute awalnya 32.000 feet. Sedangkan permintaan untuk ketinggian 38.000 feet belum dapat disetujui lantaran kondisi jalur penerbangan cukup padat.
"Yang lewat daerah situ enam pesawat. Ada Garuda, Lion, Uni Emirat Arab di depannya kan," kata Bambang di kantor otoritas Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Senin (29/12).
Namun, dia menyebutkan pesawat-pesawat tersebut pada ketinggian yang berbeda-beda. Di atas Air Asia QZ 8501 itu terdapat pesawat Garuda pada ketinggian 34.000 feet.
"Tetapi ini ketinggian berbeda-beda (pesawat-pesawat itu). Di atasnya (AirAsia QZ 8501) ada (pesawat) Garuda," terang dia.
Topik pilihan: AirAsia | Maskapai Penerbangan
Naikkan pesawat demi hemat bahan bakar
Direktur keselamatan dan standar AirNav Indonesia Wisnu Darjono menyatakan jika ada masalah cuaca maka pesawat akan meminta bergeser dari jalur. Hal itu dilakukan melalui perizinan terlebih dulu kepada ATC.
"Deviasi (perpindahan jalur)sepanjang meminta air traffic control, sepanjang jelas. Misal cuaca ketika ada kendala cuaca deviasi ke kanan atau ke kiri 5 sampai 10 mil itu biasa," kata Wisnu di kantor otoritas bandara Soekarno Hatta Tangerang, Senin (29/12).
Menurutnya permintaan AirAsia QZ 8501 untuk naik ke ketinggian 38.000 kaki adalah sesuatu yang lumrah. Bahkan, biasanya pesawat guna menghindari awan cumulonimbus lebih tinggi lagi.
"Request to 38.0000 itu normal. Biasanya (pesawat) minta lebih tinggi mendekati ekonomic level, ketinggian paling ekonomis bahan bakar," terang dia.
Masih menurutnya, jika pada ketinggian economic level akan mengakibatkan bahan bakar yang digunakan lebih efisien. Namun, jika terbang pada ketinggian rendah akan membuang banyak bahan bakar.
"Setiap 1.000 feet economic level maka bahan bakarnya bertambah 2 persen (lebih irit). Semakin rendah dari economic level semakin boros, setiap pesawat wajar," pungkas dia.
Topik pilihan: AirAsia | Maskapai Penerbangan
Hilang kontak setelah permintaan disetujui ATC
Direktur keselamatan dan standar AirNav Indonesia Wisnu Darjono menyatakan ada jeda waktu lama antara ATC dengan Pesawat AirAsia QZ 8501 sebelum hilang kontak. Jeda waktu tersebut kurang lebih sekitar lima menit antara pukul 6.12 WIB sampai 6.17 WIB.
"( Pesawat AirAsia QZ 8501) Jam 06.12 WIB itu meminta naik ketinggian 38.000 tadi di suruh stand by. Pada jam 6.14 WIB dipanggil (diperbolehkan) ke 38.000 tapi tidak dijawab," kata Wisnu di kantor otoritas bandara Soekarno Hatta Tangerang, Senin (29/12).
Menurutnya walaupun AirAsia QZ 8501 tak ada respons tetapi di dalam radar masih terpantau. Kemudian ada upaya meminta pesawat AirAsia lain untuk menghubunginya dengan seizin ATC.
"Di radar masih ada lalu minta tolong pesawat AirAsia yang lain (untuk menghubungi tapi tak ada respon juga). Jam 6.17 WIB (statusnya) hilang kontak," terang dia.
Lanjut dia, pada saat bersamaan ada tujuh pesawat yang melintas pada jalur penerbangan Air Asia QZ 8501. Tiga di antaranya berada pada jalur yang sama.
"Pada saat bersamaan ada tujuh pesawat di sekitar (Air Asia QZ 8501). Tiga pesawat satu jalur searah dan 3 pesawat crosing 34.000 feet, 35.000 feet, dan 38.000 feet," pungkas dia.