Motif-Motif Penyebar Hoaks yang Bikin Geger
Rata-rata motif penyebar hoaks untuk membuat resah masyarakat
Berita bohong atau berita hoaks yang tersebar di media sosial semakin meresahkan masyarakat. Namun sayangnya masyarakat dengan mudah mempercayai berita tersebut tanpa mengecek terlebih dahulu berita tersebut.
Polisi dengan cepat menangkap pelaku hoaks tersebut. Rata-rata motif penyebar berita hoaks untuk membuat resah masyarakat. Berikut motif penyebar berita hoaks yang bikin resah masyarakat:
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa yang diklaim sebagai tersangka yang dilepaskan dalam berita hoaks? Berita yang beredar mengenai kepolisian yang membebaskan tersangka pembunuhan Vina Cirebon bernama Pegi karena salah tangkap adalah berita bohong.
-
Bagaimana cara mengecek kebenaran berita hoaks tersebut? Penelusuran Mula-mula dilakukan dengan memasukkan kata kunci "Menteri Amerika klaim: Kominfo Indonesia sangat bodoh, Databesa Negaranya dihacker tidak tau, karena terlalu sibuk ngurus Palestina" di situs Liputan6.com.Hasilnya tidak ditemukan artikel dengan judul yang sama.
-
Apa yang Soeharto katakan tentang berita hoaks yang mengarah ke Tapos? Memberitakan dengan tujuan negatif, karena mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Tapos ini," jelas Soeharto dikutip dari akun Instagram @jejaksoeharto. Karena memikirkan ini peternakan dari Presiden, padahal bukan peternakan Presiden, ini sebenarnya punya anak-anak saya yang saya mbonceng untuk mengadakan riset dan penelitian," kata Soeharto menambahkan.
-
Bagaimana Gatotkaca dari Sukoharjo melawan hoaks? Danar mengatakan, tempat paling tepat untuk menanyakan kebenaran terkait berita yang mereka peroleh adalah tempat di mana mereka menuntut ilmu, seperti melakukan diskusi atau sharing dengan guru terkait berita yang mereka dapatkan.
-
Siapa yang dipolisikan terkait dugaan penyebaran hoaks? Polda Metro Jaya diketahui mengusut dugaan kasus menyebarkan hoaks Aiman lantaran menuding aparat tidak netral pada Pemilu 2024.
Demo TKA di Kabupaten Morowali
Isu adanya demo tenaga kerja asing (TKA) China di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah menjadi viral di media sosial. Faktanya demo tersebut adalah demo buruh meminta kenaikan upah. Adapun narasi yang ditulis berbunyi:
"Hari ini Morowali bergejolak TKA CHINA sudah semena-mena merendahkan PRIBUMI Keresahan Tenaga Lokal Morowali, Sulteng. Sudah Mulai Bergejolak Dengan Adanya TKA Asal China Yang Berprilaku Semena-Mena Dan Digajih Lebih Besar Dari Warga Lokal Bibit Komunis China Harus Dihilangkan Dari Indonesia, Sebelum Negara Kita Dijajah Seperti Muslim Uyghur #NegaraMabokUtang."
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menangkap tersangka pembuat sekaligus penyebar hoaks terkait demo tenaga kerja asing (TKA) di Kabupaten Morowali. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, penangkapan dilakukan setelah tim menelusuri akun Facebook tersangka.
Pelaku bernama Indrawan (23) yang merupakan pedagang batagor itu ditangkap di Bogor, Jawa Barat, Selasa (29/1) sore. Motif pedagang batagor itu memproduksi hoaks untuk membuat kegaduhan di masyarakat. "Membuat gaduh di medsos. Dia yang membuat narasi. Foto diambil dari FB dan seolah-olah melakukan unras warga negara asing," ujar Brigjen Dedi Prasetyo di Gedung Tribrata, Jakarta Selatan, Rabu (30/1).
Dedi mengungkapkan, pelaku mengambil video dari Facebook tentang demo buruh di Morowali yang menuntut kenaikan upah. Video tersebut kemudian diunggah kembali di akun Facebooknya dengan tambahan narasi seolah-olah demo TKA.
7 Kontainer Surat Suara Tercoblos
Publik dihebohkan dengan adanya kabar 7 kontainer surat suara Pilpres dari China sudah tercoblos untuk pasangan nomor urut 01 Jokowi- Ma'ruf Amin. Surat suara itu kabarnya tersimpan di Tanjung Priok.
KPU bersama Bawaslu langsung mengecek ke lokasi dan Ketua KPU Arief Budiman menegaskan informasi tujuh kontainer surat suara asal Tiongkok yang sudah tercoblos untuk pasangan nomor 01 tidak benar alias hoaks.
"Kami memastikan tidak bahwa ada 7 kontainer berisi masing-masing 10 juta surat suara yang sudah tercoblos untuk nomor 01. Tidak benar juga ada TNI AL yang menemukan itu. Tidak benar juga KPU menyita satu kontainer yang sudah terbuka tersebut. Semua berita itu bohong," jelas Arief di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Sementara itu polisi langsung bergerak cepat menangkap pelaku bernama Bagus Bawana Putra alias BBP ditetapkan sebagai tersangka. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan Bagus Bawana mengaku sengaja menyebarkan kabar palsu itu untuk menimbulkan kegaduhan di tahun politik.
"Setelah (dinilai) kurang viral, dia niat lagi, membuat lagi dia dalam bentuk narasi yang lebih masif lagi berupa voice (suara). Nah voice ini yang disebarkan melalui WA (WhatsApp) grup," tuturnya.
Hingga akhirnya rekaman suara Bagus yang menyebutkan ada tujuh kontainer surat suara tercoblos tersebut viral. Menyadari ulahnya menjadi sorotan serius publik, Bagus berusaha menghilangkan barang bukti dengan menghapus akun Twitternya, membuang kartu seluler, dan ponselnya.
Hoaks Penganiayaan Ratna Sarumpaet
Sebuah foto wajah aktivis perempuan Ratna Sarumpaet dengan muka bengkak beredar di media sosial. Kecaman dan kutukan pun mengalir dari para politikus koalisi Prabowo-Sandiaga. Tuduhan kekerasan karena perbedaan politik sempat mencuat.
Dalam pengakuannya kepada sejumlah pihak, Ratna Sarumpaet mendapat kekerasan fisik pada 21 September 2018 usai menghadiri sebuah acara di Bandung. Dia mengaku diseret dari taksi yang ditumpangi, dipukuli oleh sejumlah orang, dan dibuang tak jauh dari Bandara Husein Sastranegara. Kabar itu baru heboh 10 hari kemudian saat foto itu beredar.
Polisi yang melakukan penyelidikan, akhirnya mengungkapkan kebohongan Ratna. Berdasarkan penelusuran, Ratna ternyata melakukan operasi plastik di sebuah rumah sakit di Jakarta Pusat pada tanggal kejadian yang dia sebut. Ratna bahkan tidak pernah ke Bandung seperti yang diakuinya.
Ratna akhirnya mengakui berbohong telah dianiaya. Dalam jumpa pers (3/10) di rumahnya, Ratna pertama menuturkan pertama kali mengarang cerita itu kepada anaknya saat mengetahui wajahnya lebam. Ratna mengatakan saat itu anaknya bertanya mengapa wajahnya lebam. Dia langsung menjawab dipukuli orang.
"Saya ditanya anak saya, saya jawab dipukuli orang. Jawaban pendek itu terus dikorek karena anak lihat ibunya lebam-lebam. Saya tak pernah membayangkan kebodohan ini," kata Ratna.
Penyidik Polda Metro Jaya akhirnya menetapkan ibunda artis Atiqah Hasiholan sebagai tersangka kasus penyebaran informasi bohong atau hoaks. Polisi menahan Ratna (5/10/2018) saat hendak terbang ke Chile untuk menghadiri konferensi internasional atas sponsor dari Pemprov DKI Jakarta.