Muhammadiyah Bela Din Syamsudin, Sebut Tudingan Radikal Salah Alamat
Hal itu menyusul laporan yang dibuat oleh Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Dalam laporan itu pelapor menduga Din melakukan pelanggaran kode etik dan perilaku dengan tuduhan radikalisme.
Tudingan radikal kepada Din Syamsudin menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti merupakan hal yang keliru. Mu'ti menganggap tudingan tersebut salah alamat.
Pasalnya menurut Mu'ti, sebagai orang dekat Din Syamsudin ia melihat sosok yang juga tokoh Muhammadiyah itu merupakan seorang yang secara konsisten mendorong moderasi beragama.
-
Kapan Syeikh Ahmad Yassin dibunuh? Tanggal 22 Oktober 2004, saat itu Syeikh Ahmad Yassin baru meninggalkan masjid setelah Salat Subuh. Jet Tempur F-16 Israel sengaja terbang di atas Gaza untuk menyamarkan suara Helikopter Apache yang akan melakukan misi pembunuhan.
-
Siapa Pak Sadimin? Di Desa Gempol hiduplah seorang saksi sejarah yang diperkirakan sudah berusia 105 tahun bernama Pak Sadimin.
-
Apa yang diduga dikorupsi oleh Sirajuddin? Sirajuddin Machmud diduga terlibat dalam kasus korupsi yang berhubungan dengan pembangunan gereja pada tahun 2015.
-
Apa yang disita dari Syahrul Yasin Limpo? Kali ini tim penyidik Lagi-Lagi menyita sebuah minibus merk Mercedes Benz yang sempat disembunyikan SYL."Mobil tersebut ditemukan di Perumahan Bumi Permata Hijau, Kelurahan. Rappocini, kecamatan. Rappocini, Kota Makassar, provinsi. Sulawesi Selatan dan diduga sengaja disembunyikan," kata Kabag Pemberitaan KPK, Ali Fikri kepada wartawan, Selasa (21/5).
-
Di mana Fuad Muhammad Syarifuddin dibunuh? Udin dianiaya hingga tewas di depan rumah kontrakannya pada 13 Agustus 1996 silam usai diduga memberitakan adanya korupsi di Bantul, Yogyakarta.
-
Kapan Surat Yasin sering dibaca? Yasin adalah salah satu surat yang sering dibaca oleh umat Islam, terutama dalam acara-acara keagamaan atau ketika seseorang sedang sakit atau meninggal dunia.
"Tuduhan itu jelas tidak berdasar dan salah alamat. Saya mengenal dekat Pak Din sebagai seorang yang sangat aktif mendorong moderasi beragama dan kerukunan intern dan antar umat beragama baik di dalam maupun luar negeri. Pak Din adalah tokoh yang menggagas konsep Negara Pancasila Sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah di PP Muhammadiyah sampai akhirnya menjadi keputusan resmi Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makassar," papar Mu'ti dalam laman media sosial pribadinya dan dikonfirmasi Liputan6.com, Jumat (12/2).
Hal itu menyusul laporan yang dibuat oleh Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Dalam laporan itu pelapor menduga Din melakukan pelanggaran kode etik dan perilaku dengan tuduhan radikalisme.
Mu'ti membeber, semasa menjadi utusan khusus presiden untuk dialog dan kerja sama antar agama dan peradaban, Din disebut memprakarsai dan menyelenggarakan pertemuan ulama dunia di Bogor. Pertemuan tersebut melahirkan Bogor Message yang berisi tentang Wasatiyah Islam, Islam yang moderat.
"Bogor Message adalah salah satu dokumen dunia yang disejajarkan dengan Amman Message dan Common Word. Pak Din adalah moderator Asian Conference of Religion for Peace (ACRP), dan co-president of World Religion for Peace (WCRP). Tentu masih banyak lagi peran penting Pak Din dalam forum dialog antar iman. Jadi sangatlah keliru menilai Pak Din sebagai seorang yang radikal," tegas Din.
Menurutnya sebagai akademisi dan ASN, Din adalah seorang guru besar politik Islam yang terkemuka. Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Din adalah satu-satunya guru besar pada Program Studi Hubungan Internasional di sana.
"Secara akademik, FISIP UIN sangat memerlukan sosok Pak Din. Saya tahu persis, di tengah kesibukan di luar kampus, Pak Din masih aktif mengajar, membimbing mahasiswa, dan menguji tesis atau disertasi," sebut Mu'ti.
Bagian Panggilan Iman
Menurut Mu'ti jika Din kerap melontarkan kritik terhadap pihak tertentu, semua itu tak lebih dari sebuah panggilan keimanan dirinya. Kritik merupakan hal yang wajar, terlebih lagi Mu'ti memandang kritik sebuah obat yang begitu diperlukan dalam ekosistem demokrasi.
"Kalau Pak Din banyak melontarkan kritik itu adalah bagian dari panggilan iman, keilmuan, dan tanggung jawab kebangsaan. Kritik adalah hal yang sangat wajar dalam alam demokrasi dan diperlukan dalam penyelenggaraan negara. Jadi semua pihak hendaknya tidak anti kritik yang konstruktif," paparnya.
Terakhir ia berpesan agar dalam situasi penuh masalah ini, mestinya semua pihak bisa lebih bijak dan tak meradang akan kritik.
"Dalam situasi negara yang sarat dengan masalah, sebaiknya semua pihak berpikir dan bekerja serius mengurus dan menyelesaikan berbagai problematika kehidupan. Semua pihak hendaknya tidak sesak dada terhadap kritik yang dimaksudkan untuk kemaslahatan bersama," tandasnya.
Reporter: Yopi Makdori
Sumber : Liputan6.com
Baca juga:
Keterlibatan Masyarakat Dinilai Bisa Deteksi Dini Gerakan Radikal Intoleransi
Peran Ormas, Polri dan Masyarakat Penting Cegah Radikalisme
Perlu Kerja Keras Cegah Masyarakat Tak Tertarik Ideologi Radikal Mengarah Terorisme
Pimpinan Tegaskan Tak Ada Radikal dan Taliban di KPK
Bertemu Wapres, Menag Minta Dilibatkan Susun Materi Seleksi CPNS Cegah Radikalisme
BNPT Ingatkan Waspada Konten Propaganda Paham Radikalisme di Media Sosial