MUI Ingatkan Dakwah Pakai Bahasa Sopan dan Mendidik Umat, Kedepankan Etika!
"Humor diberikan saat berdakwah harus yang bernilai tinggi, berbudaya dan mengedepankan etika. Tidak boleh asal membuat orang tertawa"
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ahmad Zubaidi mengingatkan pentingnya menjaga etika dalam berdakwah. Dia khawatir ada pihak memanfaatkan situasi untuk mengadu domba umat demi menciptakan konflik.
"Konteksnya supaya dakwah kita ini bisa terus berjalan dengan baik dan tentu agar para dai tetap diapresiasi oleh masyarakat," ujar Zubaidi dalam keterangannya, Sabtu (14/12).
Menurut akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini, dakwah harus mengedepankan bahasa yang baik, sopan, dan mendidik, dengan tujuan memberikan contoh kepada umat. Oleh karena itu, etika, adab atau tata krama adalah pendidikan dasar yang harus dimiliki para dai selain ilmu.
Zubaidi mengatakan, kalau hanya mengedepankan ilmu tanpa adab, maka bisa jadi akan menimbulkan sikap sombong dan angkuh dalam berdakwah.
"Kalau sudah punya tata krama, adab, etika dan akhlak Insya Allah ilmunya nanti juga akan bisa bermanfaat lagi, dan dia akan memiliki karakter yang baik," katanya.
Oleh karena itu, Zubaidi menyerukan para dai, penceramah, muballigoh harus berhati-hati dalam berdakwah karena bahasa tidak baik itu tentu akan melukai. "Sedangkan dalam berdakwah seharusnya memberikan perhatian, kasih sayang dengan nilai Islam yang luhur," tuturnya.
Sosok yang juga menjabat Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) ini mengungkapkan seorang ulama atau dai seyogyanya terus belajar, dan memperdalam ilmu dakwahnya. Penting bagi para dai untuk menyesuaikan dengan kemajuan zaman, teknologi dan juga karakter para jamaahnya.
"Tolong jangan hanya instan, jangan hanya ingin jadi penceramah, pidato tok," tegas Zubaidi.
Zubaidi menekankan penting juga untuk berlatih public speaking, retorika dakwah atau sisi humor agar dakwah agar tidak kaku. Ia mengakui bahwa humor dalam dakwah diperlukan agar jamaah tidak bosan.
"Namun, humor yang diberikan haruslah yang bernilai tinggi, berbudaya dan mengedepankan etika. Tidak boleh asal membuat orang tertawa, apalagi digunakan bahasa yang tidak baik," tandasnya.