BMKG: Musim Kemarau April 2022 dari Wilayah Timur Indonesia
Sebagian wilayah Indonesia diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memasuki musim kemarau pada April 2022 mendatang. Daerah yang memasuki kemarau itu Nusa Tenggara, Bali dan sebagian Jawa.
Sebagian wilayah Indonesia diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memasuki musim kemarau pada April 2022 mendatang. Daerah yang memasuki kemarau itu Nusa Tenggara, Bali dan sebagian Jawa.
"Dari total 342 zona musim di Indonesia, sebanyak 29,8 persen diprediksi akan mengawali musim kemarau Pada bulan April 2022," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (18/3).
-
Kapan KM Rezki tenggelam? Peristiwa tenggelamnya KM Rezki diperkirakan terjadi sekira pukul 13.25 WITA, Sabtu, 2 Desember 2023.
-
Bagaimana MKMK dibentuk? Ketiga orang ini dipilih secara aklamasi oleh seluruh hakim konstitusi.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Dimana BMKG memprakirakan cuaca cerah? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di Jakarta dan Kepulauan Seribu cerah dan cerah berawan pada Sabtu (30/9).
-
Kapan pelantikan MKMK? Ketiga anggota MKMK akan dilantik dan mengucapkan sumpah pada 8 Januari 2024.
-
Bagaimana KM Soneta tenggelam? Saat kejadian kondisi ombak sedang besar setinggi 2,5 meter dengan angin kencang dan arus deras. Sebanyak sembilan ABK yang terombang ambing diselamatkan oleh kapal KM Bintang Barokah yang sedang melintas.
Dwikorita mengatakan sebanyak 22,8 persen wilayah akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei 2022, meliputi sebagian Bali, Jawa, sebagian Sumatera, sebagian Kalimantan, Maluku dan sebagian Papua.
Sementara itu sebanyak 23,7 persen wilayah akan memasuki musim kemarau pada bulan Juni 2022 meliputi Sumatera, sebagian Jawa, Kalimantan, Sulawesi, sebagian kecil Maluku, dan sebagian Papua.
Sedangkan untuk 23,7 persen wilayah lainnya, awal musim kemarau tersebar pada bulan Januari, Maret, Juli, Agustus, September, dan Oktober.
"Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis awal musim kemarau, yaitu rerata klimatologis mulai tahun 1991 sampai 2020, terkait dengan awal musim kemarau, maka awal musim kemarau Tahun 2022 di Indonesia diperkirakan mundur 163 zona musim atau 47,7 persen zona musim mengalami awal musim kemarau mundur," kata Dwikorita.
Sedangkan 90 zona musim atau 26,6 persen zona musim Indonesia mengalami musim kemarau yang sama dengan rerata musim kemarau di tahun 1991 hingga 2020. Kemudian sebanyak 89 zona musim atau 26,0 persen zona musim akan mengalami musim kemarau maju, bahkan sebagian sudah dimulai.
"Sifat hujan pada musim kemarau tahun ini dibandingkan terhadap rerata klimatologis, akumulasi curah hujan musim kemarau periode 1991 hingga 2020, maka secara umum kondisi musim kemarau tahun 2022 diprakirakan normal, sama dengan rerata klimatologisnya pada 197 zona musim atau 57,6 persen normal," kata dia.
Namun pada sejumlah 146 zona musim atau 30,4 persen mengalami kondisi kemarau di atas normal, atau musim kemarau lebih basah dari rerata klimatologisnya yaitu curah hujan musim kemarau yang lebih tinggi. Dan 41 zona musim, atau 12 persen zona musim akan mengalami musim kemarau di bawah normal, atau lebih kering yaitu curah hujan lebih rendah dari reratanya.
"Puncak musim kemarau di wilayah Indonesia umumnya terjadi pada bulan Agustus 2022, yaitu sebanyak 52,9 persen zona musim," ujar dia.
Terdampak La Nina
Dwikorita menyimpulkan dalam prakiraan musim kemarau tahun 2022, musim kemarau pada tahun ini akan datang lebih lambat dibandingkan normalnya, dengan intensitas yang mirip dengan kondisi musim kemarau biasanya.
Dia mengatakan La Nina masih bertahan hingga pertengahan 2022, sehingga 47 persen zona musim (ZOM) di Indonesia diprediksi terlambat memasuki musim kemarau.
"Artinya potensi peningkatan curah hujan masih dapat terjadi hingga pertengahan 2022," ujar Dwikorita.
Dwikorita mengatakan dari hasil pemantauan perkembangan musim hujan di tahun 2021-2022, hingga awal Maret menunjukkan hampir seluruh zona musim di wilayah Indonesia atau 97,08 telah memasuki musim hujan. Kondisi iklim di Indonesia, kata Dwikorita , sangat tergantung pada kondisi di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
"Hingga pertengahan Februari 2022, pemantauan terhadap anomali iklim global di dua samudra tersebut yaitu di Samudra Pasifik ekuator, menunjukkan La Nina masih berlangsung, dan Samudra Hindia menunjukkan Indian Ocean Dipole (IOD) Mode dalam kondisi netral," kata dia.
Kemudian indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan wilayah Pasifik atau Pasifik tengah dalam kondisi La Nina, demikian dengan IOD Mode dalam kondisi negatif. Kondisi ENSO fase dingin ini, atau La Nina diprediksi akan terus melemah, dan beralih menuju netral pada periode Maret, April, dan Mei 2022.
Selanjutnya, pemantauan kondisi IOD Mode diprediksi akan kembali netral pada bulan Maret hingga Agustus 2022. "Prediksi ini akan terus kami perbarui setiap sepuluh harian," kata dia.
Selain itu kedatangan musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin Barat atau monsun Asia, menjadi angin Timuran ata monsun Australia.
Hingga Februari 2002, aliran angin monsun Asia masih cukup kuat sesuai dengan normalnya, dan diperkirakan masih berlaku hingga Maret 2022, kata dia.
BMKG memprediksi peralihan angin monsun terjadi seiring aktifnya monsun Australia pada akhir April 2022, dan mulai mendominasi wilayah Indonesia pada bulan Mei hingga Agustus 2022.
(mdk/gil)