Nasihat Inggit untuk Soekarno: Kus, jangan lupakan rakyat
Inggit yang menjadi saksi jatuhnya kejayaan Soekarno semakin pilu ketika cinta lamanya pergi mendahului dirinya
Setelah diceraikan Soekarno tahun 1943, Inggit Garnasih kembali ke Bandung. Inggit tak mau dipoligami, maka dia memilih dikembalikan ke Bandung. Inggit hidup sederhana dengan menjual kosmetik buatan sendiri.
Soekarno mengunjungi Inggit tahun 1960. Kala itu Inggit sudah berumur 72 tahun. Sementara Soekarno yang berumur 59 tahun sedang berada di puncak kekuasaannya setelah mengeluarkan dekrit presiden tahun 1959 dan membentuk sistem pemerintahan presidensial.
Inggit menatap Soekarno yang berdiri dengan jas kebesarannya. Wanita tua yang 20 tahun mendampingi Soekarno itu kemudian memegang bahu Soekarno. Dalam bahasa Sunda, Inggit menyampaikan nasihatnya. Sama seperti yang selalu dilakukannya dulu sejak berkenalan dengan Soekarno di Bandung tahun 1921. Inggit juga selalu memanggil Soekarno dengan Kusno, nama kecilnya.
"Kus, ini baju pemberian rakyat. Kus harus ingat dan harus bisa menjaganya. Jangan sampai melupakan mereka," kata Inggit seperti ditulis Tito Zeni Asmara Hadi dalam pengantar buku Kuantar ke Gerbang karangan Ramadhan KH yang diterbitkan Bentang.
Inggit berumur panjang. Dia melihat Orde Lama tumbang dan digantikan Orde Baru. Soekarno yang dulu jaya, diasingkan Soeharto dalam Wisma Yasoo di Jl Gatot Soebroto, Jakarta. Jika Belanda mengasingkan Soekarno ke Flores dan Bengkulu, maka kini Soekarno dibuang oleh bangsanya sendiri.
Dalam kesendirian Soekarno meninggal tahun 21 Juni 1970. Inggit terisak sedih melihat cinta lamanya pergi mendahului dirinya.
"Kus, gening kus teh miheulaan, ku Inggit didoakeun..." artinya kira-kira "Kus, Ternyata Kus pergi lebih dulu. Inggit mendoakanmu.."
Kelak istri-istri Soekarno justru rajin mengunjungi Inggit di Bandung. Fatmawati, Hartini, hingga Ratna Dewi. Semuanya menghormati sosok wanita tua yang luar biasa ini.
Inggit meninggal tanggal 13 April 1984 dan dimakamkan di Pemakaman Babakan Ciparay Bandung. Saat meninggal usia Inggit 96 tahun.
Tugasnya menemani Soekarno dan baktinya untuk negaranya selesai hari itu. Di tengah kerimbunan pohon dan sejuknya Bandung, si geulis ini beristirahat selamanya.
Baca juga:
Soekarno minta maaf sakiti hati Inggit
Cerita cinta Soekarno dan 9 istrinya
Jejak cinta Soekarno dan Inggit di Jl Ciateul Bandung
Surat cerai Soekarno untuk Inggit
Inggit, istri kedua Soekarno yang jadi rebutan pria Bandung
Inggit Garnasih, wanita setia pendamping Soekarno saat susah
Inggit Garnasih, wanita yang menaklukkan hati Soekarno muda
-
Siapa yang melahirkan dan membesarkan Bung Karno? Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, menjadi orang hebat salah satunya berkat peran besar sang ibu, Ida Ayu Nyoman Rai. Sadar betapa besarnya jasa sang ibu, Bung Karno selalu menghormati perempuan yang melahirkan dan membesarkannya itu.
-
Di mana rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu berada? Lokasi rumah ini berada di Jalan Jeruk yang kini berganti nama menjadi Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.
-
Apa saja yang disimpan di rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu? Di dalam bangunan, banyak sekali barang-barang peninggalan Bung Karno yang sampai saat ini masih awet. Di antaranya yaitu sepeda onthel, satu set kursi yang ada di ruang tamu, lemari makan, bahkan surat cinta yang ia tulis untuk Fatmawati, dan beberapa perabotan klasik lainnya.
-
Bagaimana bentuk dan ukuran rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu? Rumah ini memiliki luas bangunan 162 meter persegi dengan bangunan 9 x 18 meter. Bentuknya persegi panjang, tidak berkaki serta memiliki halaman yang cukup luas.
-
Kapan Bung Karno merenovasi Masjid Jamik? Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, dari catatan sejarah yang ada, di balik keberadaan Masjid Jamik rupanya ada peran Bung Karno semasa pengasingan di Bengkulu pada 1938 sampai 1942.
-
Bagaimana cara Bung Karno menghabiskan waktu di Istana Gebang? Di Rumah Gebang, Bung Karno muda menghabiskan waktu libur sekolah dan berdiskusi secara informal tentang kemerdekaan Indonesia dengan sahabat, keluarga dan pekerja rumah tangga di sana.