NU Banyumas minta warga Gafatar yang pulang kampung tetap dibina
Warga di tempat asal anggota Gafatar juga diminta tidak memusuhi.
Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PC NU) Banyumas, Jawa Tengah, meminta pemerintah mendampingi mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan ke daerah asal. Mereka juga meminta warga tidak memusuhi mereka.
Permintaan dikemukakan Komandan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Banyumas, Slamet Ibnu Anshori. Slamet mengatakan, penyelesaian soal anggota Gafatar tak hanya pada upaya pemulangan saja. Karena menurut dia, ada potensi penolakan dari masyarakat dari wilayah asal mereka.
"Pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian eks anggota Gafatar dan pemulangannya, mestinya tidak berhenti pada upaya pemulangannya saja. Mestinya ada proses untuk kemudian penanganan ketika sudah di daerah lokasi tempat tinggalnya. Mestinya ada pembinaan dan sebagainya," kata Slamet di Banyumas, Jumat (22/1).
Selain kepada pemerintah, Slamet juga meminta masyarakat menerima kembali mantan anggota Gafatar ingin kembali ke daerah asal. Dia menyatakan, mantan anggota Gafatar adalah warga negara Indonesia yang berhak hidup berdampingan di tengah masyarakat.
"Saya berharap (masyarakat) kemudian tidak anarkis, kemudian tetap tidak meninggalkan kewaspadaan," ujar Slamet.
Dalam upaya asimilasi mantan anggota Gafatar, menurut Slamet, pendampingan dan pembinaan tidak bisa hanya dilakukan kepada mereka saja. "Masyarakat juga perlu mendapatkan sosialisasi yang massif, dalam merespon secara positif kembalinya eks anggota Gafatar ke daerah asal. NU Banyumas siap dilibatkan dalam upaya inklusi eks anggota Gafatar dengan masyarakat setempat," ucap Slamet.
Saat ini, pemerintah tengah melakukan upaya pemulangan ratusan eks anggota Gafatar dari Moton Panjang, Mempawah, Kalimantan Barat. Pemerintah Kabupaten Banyumas mengidentifikasi ada 17 warganya yang kini akan dipulangkan. Pemulangan dilakukan setelah terjadi pembakaran dan pengusiran terhadap ratusan mantan anggota Gafatar yang mendiami kawasan itu sejak 2012.