Paham radikal marak, Nusron sebut peran santri NU sangat sentral jaga keberagaman
Nusron Wahid mengatakan, di tengah agresifnya penyebaran paham radikal, peran santri dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) menjadi sangat sentral dan strategis dalam upaya menjaga nilai-nilai Islam yang ramah, damai, dan menghargai keberagaman.
Mantan Ketua Umum GP Ansor, Nusron Wahid mengatakan, di tengah agresifnya penyebaran paham radikal, peran santri dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) menjadi sangat sentral dan strategis dalam upaya menjaga nilai-nilai Islam yang ramah, damai, dan menghargai keberagaman. Karena itu, tokoh muda NU ini mengajak kalangan santri untuk bisa mewarnai semua sektor dan lini dengan paham Islam yang rahmatan lil 'alamin.
"Makanya harus ada semangat bahwa santri harus bisa masuk dalam semua lini kehidupan bangsa untuk ikut mengawal gagasan para ulama pendahulu," kata Nusron di hadapan ratusan hadirin dalam acara Hari Santri Nasional yang diselenggarakan PCNU Kabupaten Bekasi, di Win Grand Hotel Bekasi, Sabtu (21/10).
Di acara yang bertema "Membangun Santri yang Menghargai Keberagaman untuk Membagkitkan Peradaban Bangsa Menuju NKRI Hebat" itu, hadir 500 peserta yang berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Bekasi. Hadir juga sejumlah tokoh NU Kabupaten Bekasi di antaranya; KH Bagus Lukhito, KH Sholahuddin Al-Hadi, dan KH Ahmad Syauqi.
Nusron menyatakan, saat ini banyak komunitas di berbagai instansi yang berpaham radikal diakui atau tidak karena kurangnya kaderisasi di kalangan NU. Artinya, mereka yang bisa mewarnai paham keagamaan di berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta sekarang ini bukan dari kalangan santri atau kalangan NU.
"Itu terjadi karena para kiai NU, santri yang pulang mondok merasa cukup dengan hanya bisa ngajar ngaji di kampung-kampung. Sehingga basis dakwah di kalangan profesional, di instansi-instansi tidak diperhatikan," ujarnya.
Nusron pun mengajak seluruh hadirin untuk kembali memaknai Hari Santri Nasional sebagai resolusi jihad dalam arti jihad menegakkan paham keagamaan dalam bingkai NKRI dan ideologi Pancasila. Hari Santri Nasional, lanjut Nusron, harus dimaknai sebagai gerakan politik untuk terus menanamkan dan menyuburkan paham ahlu sunah wal jamaah dan semangat untuk menebarkan nilai kasih sayang terhadap sesama.
"Dan itu bisa diperjuangkan secara efektif ketika para santri bisa mewarnai diskursus dan dakwah-dakwah atau khutbah di berbagai sektor di institusi, baik instansi pemerintah, swasta, dan instansi-instansi strategis," katanya.