Panglima TNI: Jangan jadikan Indonesia ajang konflik agama
Jenderal Gatot menyampaikan bahwa setiap agama pasti mengajarkan kebaikan, sehingga tidak ada alasan menjadikan agama sebagai alat permusuhan dan perpecahan.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengingatkan kepada seluruh komponen bangsa dan Aparatur Sipil Negara (ASN) agar tidak menjadikan Indonesia ajang konflik agama.
Dalam pengarahannya kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) Inspektorat Jenderal Kementerian Agama di acara Workshop yang mengambil tema "Peneguhan Pancasila Bagi Aparatur Sipil Negara" di Jakarta, Rabu (31/5), mengajak seluruh ASN berperan aktif dalam mencegah maraknya provokasi dan adu domba di tengah masyarakat.
"ASN harus bisa mengajak seluruh masyarakat dalam menghapus sentimen negatif atas dasar Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA)," katanya seperti dikutip Antara.
Jenderal Gatot menyampaikan bahwa setiap agama pasti mengajarkan kebaikan, sehingga tidak ada alasan menjadikan agama sebagai alat permusuhan dan perpecahan.
"Saya seorang muslim, di dalam agama saya, Islam adalah agama yang paling baik, namun di agama lainnya, mereka juga berpikir yang paling baik. Jadi tidak usah diperdebatkan tentang perbedaan agama. Lakum diinukum waliyadin (untukmu agamamu, untukku agamaku), semua agama mengajarkan perdamaian dan kebaikan. Jangan jadikan negeri ini ajang konflik agama," katanya.
Di hadapan peserta para pimpinan Kementerian Agama se-Indonesia, Panglima TNI mengingatkan bahwa, Pancasila sebagai pandangan hidup, harus menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Cara beragama di Indonesia sudah ditetapkan dalam Sila Pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Bila tidak ada Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu, maka itu bukan Indonesia," tuturnya.
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan bahwa, saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan kompetisi global. Dalam menghadapi tantangan tersebut, bangsa Indonesia harus menjadi bangsa pemenang bukan bangsa pecundang.� Untuk menjadi bangsa pemenang, Jenderal bintang empat ini menyampaikan sejumlah tantangan dan peluang yang akan dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi.
Panglima TNI mengatakan bahwa, energi yang dipakai saat ini akan habis, produksi minyak menurun, dan teori selanjutnya gaya hidup akan berubah juga.
"Perubahan juga terjadi dalam konteks bisnis, saya ilustrasikan, perusahaan taksi online, tapi perusahaan tersebut tidak memiliki armada taksi atau sepeda motor, juga bisnis berbasis online lainnya, kekuatan ekonomi bukan pada besarnya negara tapi siapa cepat negara tersebut memiliki inovasi," ujar Gatot.
Kompetisi yang tadinya antar negara menjadi antar manusia, inilah salah satu kompetisi global. Orang yang tinggal di luar negara-negara ekuator akan mengalami krisis pangan, energi dan air, sehingga akan melakukan migrasi menuju daerah ekuator seperti Indonesia.
Negara yang kalah dalam kompetisi akan menjadi negara multi krisis dan berimbas pada krisis sosial dalam bentuk migrasi lintas negara.
"Migrasi tidak sama seperti pengungsi, karena migrasi perpindahan manusia antar negara untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Bila kita lengah menjaga bangsa ini, tidak menutup kemungkinan bangsa Indonesia akan terkena dampak migrasi tersebut," tuturnya.
Konflik antar negara di seluruh dunia saat ini, kata Gatot, sejatinya dilatarbelakangi oleh perebutan energi, salah satu contohnya adalah konflik yang terjadi di wilayah Arab. "Ke depan, konflik di dunia akan bergeser ke daerah ekuator, yang tadinya berlatar belakang energi, berubah karena alasan pangan, air dan energi," ucapnya.
Panglima TNI juga mengingatkan, sebagai pembina umat (ASN Kemenag) Pancasila juga tidak luput juga akan digoyang. Dia menegaskan, bila Pancasila hilang, tidak ada keadilan, padahal dalam Pancasila hak dijunjung tinggi.
Panglima TNI pun menyampaikan perspektif ancaman terhadap NKRI. Ancaman pertama adalah migrasi, dan selanjutnya ancaman narkoba. Menurutnya, ada hampir 5 juta atau 2 persen penduduk kita terkena narkoba.
"Kita ini sudah berada dalam darurat narkoba," ujar Gatot seraya menambahkan ancaman lainnya adalah terorisme dan radikalisme, juga penjajahan media sosial.
Atas fenomena penjajahan media sosial ini, Panglima mengaku prihatin, ia menilai yang dijajah tidak merasa dijajah, bahkan rela mengeluarkan uang untuk penjajah, dan penjajahan tersebut sampai ke rumah, bahkan menokohkan penjajah sebagai pahlawan. "Ini mengancam persatuan kesatuan bangsa," kata tegasnya.
Baca juga:
Kapolri sebut TNI punya banyak kemampuan cegah aksi terorisme
Galaknya Panglima TNI habisi komplotan jenderal korup
Pesan nasionalisme Panglima TNI di hadapan kader Partai Golkar
Panglima TNI bersama rombongan tiba di Markas Sesko Bandung
Ketegasan Jenderal Gatot sampai rela korbankan diri amankan Jakarta
Panglima TNI ungkap 7 ancaman serius bagi bangsa Indonesia
Panglima TNI: Waspadai kelompok yang merasa paling benar sendiri
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Kapan Hari Lahir Pancasila diperingati? Hari Lahir Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, adalah momen penting dalam sejarah Indonesia.
-
Apa nama penghargaan yang diterima Panglima TNI? Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dianugerahi penghargaan Meritorious Service Medal dari Pemerintah Singapura.
-
Kapan Panglima TNI menerima penghargaan? Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dianugerahi penghargaan Meritorious Service Medal dari Pemerintah Singapura.
-
Siapa yang merancang lambang negara Garuda Pancasila? Terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) dari hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), membuat nama Sultan Hamid masuk dalam format kabinet RIS. Kemudian Sultan Hamid ditunjuk oleh Soekarno untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan lambang negara.
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.