Profil Sultan Hamid II, Putra Sulung Sultan Pontianak Perancang Lambang Garuda Pancasila
Putra asal Pontianak ini memiliki keturunan Arab-Indonesia yang semasa hidupnya dihabiskan berkarier di dunia militer dan politik.
Putra asal Pontianak ini memiliki keturunan Arab-Indonesia yang semasa hidupnya dihabiskan berkarier di dunia militer dan politik.
Profil Sultan Hamid II, Putra Sulung Sultan Pontianak Perancang Lambang Garuda Pancasila
Sultan Hamid II yang memiliki nama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie lahir di Pontianak, Kalimantan Barat pada 12 Juli 1913. Ia lahir dari kalangan keluarga berada dan merupakan putra sulung Sultan Pontianak ke-6, yaitu Syarif Muhammad Alkadrie.
Mengutip berbagai sumber, Sultan Hamid II dibesarkan oleh ibu angkat asal Skotlandia bernama Salome Catherine Fox dan juga Edith Maud Curteis. Berkat asuhannya, Hamid mampu berbahasa Inggris dengan fasih.
(Foto: WIkipedia)
-
Siapa Bapak Persandian Republik Indonesia? Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati lahir pada 11 Maret 1914 di Ciamis, Jawa Barat dan wafaf di usia 70 tahun pada 23 Juni 1984.
-
Di mana Halim Perdanakusuma dilahirkan? Abdul Halim Perdanakusuma lahir di Sampang Madura 18 November 1922.
-
Apa opini Hendropriyono tentang Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie II? Kelakuan yang rasis dan provokatif demikian, telah menyebar pada segolongan masyarakat Arab, sehingga begitu tega hati menginginkan Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie II, yang Jenderal Mayor tentara Belanda, dan Ajudan Istimewa Ratu Belanda diusulkan menjadi pahlawan nasional.
-
Siapa tokoh sejarah yang menginspirasi Gen Halilintar? Saat memasuki Bozdag Film Platolari, Gen Halilintar merasakan sensasi menyelami zaman sejarah perjuangan pendiri Kesultanan Utsmaniyah, Sultan Osman Ghazi, dan ayahnya, Erturul Ghazi.
-
Mengapa burung garuda digunakan sebagai lambang negara? Burung garuda digunakan sebagai lambang negara karena ini merupakan raja dari segala burung yang melambangkan kekuatan dan gerak yang dinamis dilihat dari sayapnya yang mengembang.
-
Apa yang dibangun Sultan Hasanuddin di Banten? Agar misi penyebaran agama Islam bisa berjalan maksimal, maka Sultan Hasanuddin mendirikan sebuah masjid yang ternyata bukan sekedar sebagai tempat salat dan berdakwah, namun juga simbol kerukunan dan keberagaman di Banten.
Syarif Abdul Hamid menempuh pendidikan di ELS atau Sekolah Dasar Belanda di Sukabumi. Lalu ia melanjutkan di THS Bandung tetapi tidak selesai. Hingga pada akhirnya sekolah di KMA, Breda, Belanda dan meraih pangkat letnan di Kesatuan Tentara Hindia Belanda.
Pada tahun 1937, Hamid dilantik menjadi perwira KNIL dengan pangkat Letnan Dua. Selama berkarier di bidang militer, ia pernah ditugaskan di beberapa daerah seperti Malang, Bandung, Balikpapan, dan sebagainya.
Terjun di Bidang Politik
Mengutip situs esi.kemdikbud.go.id, Hamid perdana terjun ke dunia politik berkat diangkatnya sebagai Sultan Pontianak menggantikan sang ayah pada 29 Oktober 1945. Selama menjadi Sultan, ia menghadiri Konferensi Malino serta Konferensi Denpasar.
Kemudian ia juga tidak ketinggalan untuk hadir di konferensi satuan-satuan kenegaraan atau konferensi kenegaraan Staatkundige Enheden Conferentie. Dalam konferensi tersebut, Sultan Hamid diangkat menjadi Ketua BFO atau Bijeenkomst voor Federale Overleg.
Mendukung Negara Federal
Dalam pandangan politiknya, sudah jelas jika Sultan Hamid cenderung ingin terbentuknya sebuah negara federal. Maka dari itu, pandangannya cukup bertolak belakang dengan ideologi negara Indonesia yang paham negara kesatuan.
Dengan jabatan sebagai Ketua BFO, Belanda memanfaatkannya untuk dibenturkan soal pemahaman. Posisinya yang berada di KNIL juga memperlihatkan hubungan erat dengan Belanda. Oleh karena itu, ia kurang setuju jika ibukota sementara dipindahkan ke Yogyakarta.
Ditugaskan Merancang Lambang Negara
Terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) dari hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), membuat nama Sultan Hamid masuk dalam format kabinet RIS. Kemudian Sultan Hamid ditunjuk oleh Soekarno untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan lambang negara.
Pada 10 Januari 1950 akhirnya terbentuk panitia teknis bernama Panitia Lencana Negara. Kemudian, rancangan lambang negara milik Sultan Hamid-lah yang menjadi salah satu calonnya.
Setelah melakukan seleksi, rancangan milik Sultan Hamid pun ditetapkan oleh Soekarno dan Moh. Hatta pada 8 Februari 1950. Lambang negara ini pun pertama kali dipamerkan pada Sidang Kabinet RIS.
Presiden Sukarno untuk pertama kalinya memperkenalkan lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950.