Parpol Andalkan Artis untuk Menang Pilkada 2024, Seberapa Efektif?
Ujang memandang fenomena majunya artis dalam Pilkada 2024 bisa jadi hanya sebagai cara Partai untuk mengejar popularitas.
Kerap kali Partai mengusung artis untuk sekedar pendompleng suara menempatkannya sebagai wakil.
Parpol Andalkan Artis untuk Menang Pilkada 2024, Seberapa Efektif?
Jelang pelaksanaan Pilkada 2024 banyak partai mulai mengeluarkan rekomendasi ke berbagai kandidat yang akan diusung sebagai bakal calon kepala daerah.
Menjadi menarik, ketika sejumlah nama artis dan publik figur ikut masuk dalam bursa kandidat.
Nama-nama tenar seperti; Marshel Widianto sebagai Bakal Cawalkot Pilkada Tangerang Selatan; Ahmad Dhani untuk Pilkada Surabaya; Desy Ratnasari Pilkada Jawa Barat; Krisdayanti Pilkada Batu; sampai teranyar Nagita Slavina untuk Pilkada Sumatera Utara.
Melihat fenomena artis ini, Founder dan CEO Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago melihat kejadian ini karena faktor dari masyarakat Indonesia yang masih melihat figur sosok dalam alasan memilih.
“Dalam pemilihan kepala daerah, berdasarkan data Voxpol rata-rata pilkada yang kita survei itu rata-rata 68-70%. Itu orang memilih cenderung memilih figure ketimbang partai pengusung, jadi lebih ke person kandidat masih besar,” kata Pangi saat dihubungi, Minggu (7/6).
Oleh sebab itu, menjadi wajar ketika Partai Politik mengusung para artis untuk menjadi kandidat Pilkada.
Karena, sosoknya telah dikenal masyarakat dengan harapan bisa untuk ikut memilih artis tersebut.
Meski sudah dikenal, namun tetap proses mengusung artis perlu maintenance yang berbeda. Karena banyak juga sejumlah kontestasi yang tidak berhasil dimenangkan, ketika mengusung artis.
“Banyak juga artis yang kepilih kemudian tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi masalah di masyarakat, soal misalnya pengangguran, kriminalitas, keamanan, soal harga tingginya sembako itu juga sering terjadi,” kata Pangi.
Namun demikian, Pangi mengakui kalau survei selama ini hanya bisa mengukur tingkat elektabilitas.
Namun soal kompetensi, kapasitas dalam survei belum bisa diketahui, karena mayoritas pemikiran masyarakat yang masih melihat sosok.
“Nah itulah yang menyebabkan partai melirik artis. Padahal kemampuan mereka untuk memitigasi isu, memitigasi masalah kemampuan mereka untuk mengatasi problem fundamental tentu mengalami persoalan tersendiri, menyimpan banyak masalah dari artis ini,” tuturnya.
Belum Tentu Dipilih
Secara terpisah, Pengamat Politik Ujang Komarudin menyoroti fenomena partai mengusung artis dalam Pilkada 2024 juga belum memastikan, akan memenangkan kontestasi politik. Karena bisa jadi hanya mengandalkan kepopuleran, belum tentu dipilih masyarakat.
“Ya banyak yang meragukan makanya banyak yang tidak dipilih. Populer tapi tidak dipilih, terkenal tapi tidak dipilih elektabilitasnya rendah. Masyarakat males, masyarakat mengelu-elukan tapi banyak yang tidak mencoblos juga,” kata Ujang.
Maka dari itu, Ujang melihat kerap kali Partai mengusung artis untuk sekedar pendompleng suara menempatkannya sebagai wakil. Guna memudahkan proses dari kandidat kepala daerah meraup elektabilitas suara.
“Tapi karena dia (Artis kerap jadi) wakil ya sebenarnya pengendali pemerintahan kan ada di walikota atau bupatinya kalau wakil ya ban serep aja,” tuturnya.
Maka dari itu, Ujang memandang fenomena majunya artis dalam Pilkada 2024 bisa jadi hanya sebagai cara Partai untuk mengejar popularitas.
Sebagai sarana untuk memudahkan menarik elektabilitas di masyarakat.
“Jadi bisa jadi pencalonan artis ini, pencalonan bisa benar nyata untuk katakan lah menambah semarak Pilkada. Tapi disatu yang sama bisa juga hanya isu saja, meramaikan pilkada bisa jadi,” ucapnya.