Pasien minta Ang Kim Soei tak dihukum mati karena sembuhkan penyakit
Dia menceritakan, saat itu Kim diasisteni dua napi yang juga memiliki kemampuan pengobatan sebelum ditanganinya.
Indriyati (65), salah satu pasien terpidana mati di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Besi Nusakambangan Jawa Tengah, mengaku kali pertama mengunjungi Ang Kim Soei sekitar akhir 2003. Dia saat itu ingin menyembuhkan anaknya yang punya penyakit kista.
"Saat itu, anak saya punya penyakit kista. Dari teman saya, menyarankan agar berhenti menggunakan obat-obatan kimia dan mulai beralih ke pengobatan lain," ujarnya saat ditemui di depan gerbang pelabuhan penyeberangan Wijayapura Cilacap, Jumat (16/1).
Saat itu, dia mengaku tertarik untuk ikut berobat kepada Kim karena banyak cerita mantan pasiennya yang sembuh. "Teman saya bilang, 'tapi jangan kaget kalau berobatnya antre'. Saya waktu itu tanya apa pasiennya banyak? Teman saya menjawab 'bukan banyak, tetapi berobatnya ke penjara di LP Besi'. Saat itu saya kaget karena berobatnya ke penjara," ucapnya.
Tetapi, Indriyati mengaku mengikuti saran temannya. Kemudian, dia menyeberang ke pulau penjara tersebut. "Saat saya datang, ternyata pasiennya yang datang sangat banyak sekali. Mereka telah antre sejak pagi. Kami sendiri mengantre berdasar urutan yang datang, tanpa nomor urut," jelasnya.
Dia menceritakan, saat itu Kim diasisteni dua napi yang juga memiliki kemampuan pengobatan sebelum ditanganinya. "Kata teman saya, Kim bukan tabib atau dokter. Dia tidak pernah meminta bayaran. Setelah saya buktikan memang benar, kami tidak pernah diminta bayaran," kenang Indriyati.
Usai berobat, dia kemudian membawa beberapa ramuan tradisional seperti minyak dan beberapa kapsul. "Pertama saya buka kapsulnya seperti rumput yang dikeringkan. Saya saat itu tidak percaya, tetapi saya tetap ikuti," ujarnya.
Setelah datang tiga kali, anaknya yang diketahui kena kista kemudian sembuh. "Saya mulai percaya pengobatan herbal dari Bapak Kim," jelasnya.
Pengalaman serupa juga diakui pasien lainnya, Jeni Noviana (58). Dia yang datang bersama Indriyati dan beberapa pasien lainnya mengaku sangat berharap Kim tidak dieksekusi mati.
"Dia sangat membantu kami untuk menyembuhkan penyakit. Kami minta pemerintah bisa mengevaluasinya," katanya.
Baca juga:
Tran Thi Bich Hanh minta tak diborgol saat ditembak mati
1 dari 7 terpidana mati di Jatim pengedar heroin asal Spanyol
Eksekusi terpidana mati, Polri kerahkan 4 regu tembak & pengamanan
Jelang dihukum mati, Rani Andriani puasa 40 hari
Terpidana mati asal Nigeria siap jalani eksekusi
Kepada pendeta, Daniel Enemuo minta segera dieksekusi mati
Polda Jateng siapkan 84 personel Brimob untuk eksekusi tembak mati
-
Kapan Teuku Nyak Makam wafat? Teuku Nyak Makam meninggal pada 21 Juli 1896. Tepat pada hari ini adalah 128 tahun wafatnya Teuku Nyak Makam yang patut dikenang oleh masyarakat Indonesia.
-
Apa isi dari Buku Mati? Buku yang memiliki judul ganda, ‘The Spells of Coming Forth by Day,’ atau dikenal dengan sebutan Buku Mati, ternyata menyimpan makna mendalam dalam dunia gaib. Selain memuat berbagai mantra, buku ini juga dipenuhi dengan kidung yang diyakini memiliki kekuatan gaib.
-
Kapan bintang-bintang mati? Setiap Tahun, Ada Segini Bintang yang Mati di Galaksi Bima Sakti Bintang pun bisa hancur setiap tahunnya dan melakukan "regenerasi". Komposisi bintang di langit terus berganti seiring dengan perkembangan waktu.
-
Siapa yang menemukan 'Gua Orang Mati'? Para arkeolog pertama kali menemukan gua ini pada tahun 2008 yang terletak di sebuah desa di Catalonia yang berjarak sekitar 580 km ke arah timur laut dari Madrid dan dekat perbatasan dengan Andorra dan Prancis.
-
Kapan Choirul Huda meninggal? Ia bertabrakan dengan rekan satu timnya pada Liga 1 2017 silam saat melawan Semen Padang.
-
Apa ciri-ciri E-Materai? E-Materai Rp10 ribu sendiri berbentuk persegi dan memiliki dominan warna merah muda. Pada materai elektronik ini, terdapat ciri-ciri e-materi yang menunjukkan keasliannya. Di mana masing-masing e-materai mempunyai kode unik berupa nomor seri. Selain itu, setiap E-Materai juga terdapat keterangan tertentu yang terdiri atas gambar lambang Garuda Pancasila, tulisan “MATERAI ELEKTRONIK” serta angka dan tulisan yang menunjukkan tarif bea materai, yaitu angka 10000 dan tulisan “SEPULUH RIBU RUPIAH”.