Pemerintah Daerah Diminta Perhatikan Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka
Kak Seto meminta agar pemda benar-benar memperhatikan kesiapan banyak pihak sebelum memutuskan pembelajaran tatap muka. Jangan sampai pembelajaran tatap muka menambah beban tenaga medis dalam menangani pasien Covid-19.
Psikolog anak Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto meminta pemerintah daerah (pemda) memperhatikan kesiapan sekolah sebelum melakukan pembelajaran tatap muka pada Januari 2021. Mulai dari kesiapan sekolah, guru, orang tua hingga sarana dan prasarananya.
Ini sejalan dengan apa yang disampaikan pemerintah, yang mana pembelajaran tatap muka harus memperhatikan lima siap, yakni siap daerahnya, siap sekolah dan gurunya, siap sarana prasarana pendukungnya, siap orang tuanya, dan siap peserta didiknya.
-
Apa saja yang dilakukan Mahmud Yunus untuk kemajuan pendidikan Islam di Indonesia? Seorang ahli ulama dan tafsir Al-Qur'an ini begitu berjasa terhadap pelajaran Agama Islam agar bisa tercantum di kurikulum nasional melalui jabatannya di Kementerian Agama.
-
Apa yang dibahas dalam pidato lucu tentang pendidikan? Pada kesempatan ini, saya bermaksud menyampaikan tema terkait, terutama mengenai minat membaca buku.
-
Siapa yang membiayai Soeharto untuk melanjutkan sekolah? “Saya masih ingin melanjutkan sekolah, tetapi baik ayah saya mau pun keluarga lainnya tidak ada yang sanggup membiayai saya sekolah. Keadaan ekonomi keluarga saya rendah sekali,” tulis Soeharto dalam otobiografinya Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya yang ditulis oleh G Dwipayana dan Ramadhan KH
-
Apa latar belakang pendidikan Kiran, cucu Soekarno? Kiran, 18 tahun, baru lulus dari Sevenoaks School di Inggris.
-
Siapa yang berjasa membantu Mahmud Yunus dalam memperjuangkan pendidikan Islam di Indonesia? Usulan ini dibahas oleh Departemen Pendidikan dan Pengajaran dan Yunus sendiri perwakilan dari Departemen Agama.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
"Jangan sampai kejadian seperti di Jerman, yang mana begitu sekolah dibuka, seminggu kemudian banyak dijumpai anaknya yang terinfeksi Covid-19," katanya di Jakarta, Selasa (1/12).
Oleh karenanya, dia meminta agar pemda benar-benar memperhatikan kesiapan banyak pihak sebelum memutuskan pembelajaran tatap muka. Jangan sampai pembelajaran tatap muka menambah beban tenaga medis dalam menangani pasien Covid-19.
Sebenarnya, Kak Seto menambahkan, pendidikan jarak jauh (PJJ)jika dilakukan dengan baik tidak akan memiliki dampak buruk pada anak. Permasalahannya, PJJ dilakukan dengan memaksakan penuntasan kurikulum sehingga anak dibebani dengan banyak tugas.
Pembelajaran daring, katanya, idealnya sesuai dengan surat edaran yang disampaikan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim, yang mana harus berisi dengan kegiatan kecakapan hidup mengenai pandemi Covid-19, mulai dari mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, memakai masker, hingga berolahraga.
"Semua itu harus dilakukan dengan hati yang gembira," terangnya seperti dilansir dari Antara.
Kemudian, PJJ tersebut hendaknya tidak menekankan pada penuntasan target kurikulum. Jika hal itu diterapkan, lanjut Seto, maka PJJ tidak akan berdampak buruk pada psikis siswa. Permasalahannya, masih banyak guru yang fokus pada penuntasan kurikulum, padahal situasi saat ini tidak normal akibat pandemi.
Baca juga:
Sejumlah Pelajar Positif Corona, Pembelajaran Tatap Muka di Jepara Dihentikan
Temanggung Masuk Zona Merah Covid-19, Simulasi Belajar Tatap Muka di Sekolah Disetop
Kasus Covid-19 di Jateng Masih Tinggi, UMS Tunda Kuliah Tatap Muka
KPAI Ingatkan Pembelajaran Tatap Muka Jangan Sampai Jadi Kluster Baru
Ganjar Pastikan Sekolah Tatap Muka di Jateng Dilakukan Bertahap
KPAI Sebut Banyak Sekolah Belum Siap Gelar Pembelajaran Tatap Muka