Penambangan kapur ancam keberadaan situs purbakala Gua Pawon
Di tempat itu pernah ditemukan fosil orang purba, diduga leluhur Orang Bandung. Kawasan itu juga menjadi resapan air.
Situs Gua Pawon, terletak di kawasan karst Citatah, Kabupaten Bandung Barat, kini kondisinya terancam. Sebab, kegiatan penambangan kapur di sekitar kawasan itu membikin situs itu rentan lenyap.
Padahal, menurut peneliti Cekungan Bandung yang juga Ketua Masyarakat Geografi Indonesia, T Bachtiar, kawasan Gua Pawon adalah tempat ditemukannya kerangka manusia purba. Diduga, mereka adalah nenek moyang suku Sunda.
"Setidaknya beberapa gua di kawasan Karst Citatah dalam kondisi kritis. Gua itu ada di Pasir Bancana, Pasir Masigit, dan Gunung Hawu," kata Bachtiar di Jakarta, seperti dilansir dari Antara, Senin (2/11).
Bachtiar menyampaikan, saat ini, salah satu gua di kawasan, Gua Bancana, sudah tidak bisa ditemukan sejak tahun lalu. Sebab gua terletak di Pasir (bukit) Bancana itu sudah tertimbun akibat penambangan kapur.
Saat ini, gua itu cuma bisa dilihat melalui dokumentasi seperti foto dan peta saja. Seharusnya, kata Bachtiar, keberadaan kawasan karst itu dipertahankan, dan area termasuk zona dilindungi diperluas.
"Citatah setidaknya dapat dijadikan laboratorium atau kampus lapangan," ujar Bachtiar.
Situs Gua Pawon sudah dijadikan kawasan cagar lindung arkeologi atau kepurbakalaan, setelah ditemukannya kerangka manusia purba pada 2009. Selanjutnya ditemukan juga fragmen (potongan) tulang kaki manusia dengan panjang antara 20 sampai 30 centimeter.
"Usia tulang diperkirakan sama dengan usia manusia Pawon," lanjut Bachtiar.
Peneliti dan pemerhati karst Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB), Budi Brahmantyo menyatakan, mata air dan sungai di kawasan karst Citatah, Kabupaten Bandung Barat, juga semakin memprihatinkan akibat pertambangan kapur.
"Dari penelitian saat ini tinggal tersisa sedikit mata air dan sungai di kawasan karst Citatah," kata Budi yang juga pengajar di Departemen Geologi Institut Teknologi Bandung.
Sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cahyo Rahmadi, menyebutkan pertambangan kapur di Citatah berpotensi memutus pasokan air di kawasan karst itu.
"Penambangan di karst berpotensi memutus fungsi karst sebagai pendistribusi air melalui gua. Jika distribusi air terputus menyebabkan mata air hilang dan pemulihan seperti sediakala sangat sulit," ucap Cahyo.
Kawasan karst, tambah Cahyo, merupakan bentang alam di batuan mudah larut seperti batu gamping. Proses pembentukannya memakan waktu puluhan ribu tahun. Karst memiliki jaringan gua sebagai 'pipa' air alami yang menghubungkan zona resapan, zona simpanan, dan mata air yang penting bagi masyarakat di kawasan itu.