Pengakuan Warga Dipukul TNI di Buleleng Bali dan Berniat Lapor ke Komnas HAM
Setelah peristiwa itu, dirinya dan aparat melakukan mediasi dan tidak ada pelaporan. Namun, pihaknya meminta kepada Dandim Buleleng agar oknum-oknum aparat yang memukul dirinya untuk ditindaklanjuti.
Pria berinisial DI (24), warga yang sempat dihajar oleh anggota TNI di Buleleng, Bali. Diketahui, DI diserang TNI karena warga Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali itu diduga memukul kepala Dandim 1606/Buleleng Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto.
Peristiwa itu bermula, saat DI pergi ke kebun sekitar pukul 06.00 Wita pagi, dan pada pukul 10.00 Wita saat makan siang dirinya akan pulang ke rumahnya.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Kapan Panglima TNI menerima penghargaan? Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dianugerahi penghargaan Meritorious Service Medal dari Pemerintah Singapura.
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Di mana ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
"Saya pulang lagi ke rumah, kebetulan saya tidak tau kalau ada pemeriksaan swab. Saya kan lupa pakai masker habis dari kebun, setelah sampai di lokasi kejadian, saya dicegat sama tentara diadang dan diberhentikan," kata DI, saat dihubungi Selasa (24/8).
DI mengaku tak pakai masker dan takut melihat dua petugas yaitu TNI dan Polisi. Dia melarikan diri dan akhirnya lolos dari petugas. Namun, sekitar 40 meter ada lagi petugas dan dicegat lalu teman DI berinisial AG (23) yang diboncengnya langsung dipukul oleh petugas.
"Karena saya takut, karena saya tidak pakai masker, saya coba lari, setelah saya bisa meloloskan diri, saya hampir jatuh itu ditarik, akhirnya saya bisa lolos. Terus, sekitar 40 meter lagi ada lagi tentara, yang ada terus teman saya yang saya bonceng dipukul. (Karena) dipukul saya berhenti, saya tanya, kenapa teman saya dipukul, tidak tau kenapa (aparat) marah-marah langsung mukul, langsung cekik, terus saya diseret sejauh 30 meter ke titik lokasi yang pertama," ungkap DI.
"Sudah saya diseret, saya ditendang dari belakang. Padahal saya sudah tidak melawan karena saya tau aparat, tidak melawan tapi terus saya ditendang dan dipukul," lanjutnya.
Kemudian, setelah diseret bersama rekannya sekitar 30 meter dan sampai ke titik lokasi, DI dan AG lalu disiram dengan air yang ada di ember oleh aparat. Kemudian, paman DI datang bermaksud untuk melerai agar DI tidak dikeroyok tetapi paman DI juga menjadi sasaran pemukulan aparat.
"Setelah saya sampai di titik lokasi 30 meter, saya diduduki dan disiram pakai air berdua (dengan temannya). Setelah itu, sekitar 15 menit, barulah datang paman saya, maksud paman saya untuk melerai saya agar tidak dipukul terus. Dia (paman saya) juga jadi sasaran pemukulan oleh aparat," ujarnya.
"Kami bertiga dipukuli lagi, padahal kami tidak melawan, setelah itu datang lagi adik saya, karena adik saya tau saya dipukul sampai luka, dicekik, otomatis adik saya marah, adik saya marah, iya adik saya melawan tapi melawannya belum sampai mukul, artinya debat mulutlah. adik saya dipukuli sampai bibirnya robek dijahit itu," jelasnya.
Namun, akhirnya bapak DI datang dan peristiwa pemukulan itu berakhir. Kendati DI mengaku bapaknya kena tendang oleh aparat di bagian perut.
"Setelah itu, datanglah bapak saya membawa saya pulang ke rumah, dekat jaraknya sekitar 100 meter dari lokasi. Dibawa pulang (saya), terus tentaranya ikut kejar saya sampai di depan rumah. Setelah, di depan rumah debat lagi, Kenapa anak saya dipukuli gara-gara tidak pakai masker," ujarnya.
Ia juga membantah, bahwa dirinya tidak pernah menabrak aparat dan memukul dan menurutnya hal itu tidak mungkin, karena dirinya tau bahwa berhadapan dengan aparat.
"Tapi, dipenjelasannya pihak aparat, saya dibilang nabrak aparat. Kan tidak mungkin saya nabrak, kalau saya nabrak pasti saya jatuh, seperti itu. Berbeda dia sama fakta yang di lapangan,"
"Dibilang saya yang mengeroyok aparat, padahal saya tidak melawan saksi mata ada, sampai DPR sama kepala desa saya dilempar gitulah. (Padahal) tidak ikut-ikut," ujar DI.
Ia juga mengaku, lewat pemukulan itu dirinya mengalami luka di leher, jidat, kaki dan terasa sakit di punggung. Sementara, pamannya mengalami luka di hidung, dada terasa sakit, dan adiknya mengalami luka di bibir dan pelipis dan bibirnya dijahit.
"Bapak (saya) cuma ditendang di perut. Pas bapak datang maunya narik saya agar saya (tidak) dikeroyok lagi," ujarnya.
Saat ditanya, apakah dirinya benar menolak tes antigen yang dilakukan petugas gabungan, pihaknya membantah dan dirinya juga mengaku tidak tau kalau ada kegiatan tersebut.
"Tidak ada (menolak), saya sudah pernah swab, sudah ada buktinya, dia sosialisasi ke masyarakat itu belum merata. Artinya, masyarakat belum ada yang tau kalau sekarang itu diadakan swab itu. Saya kan takut, makannya saya lari," ujarnya.
Sementara, terkait adanya pemukulan kepada kepala Dandim 1606/Buleleng Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto, pihaknya dan juga keluarganya mengaku tidak pernah melakukan pemukulan kepada aparat.
"Tidak ada, saya tidak melawan saya dibawa duduk. Tidak ada (keluarga memukul)," ujarnya.
Setelah peristiwa itu, dirinya dan aparat melakukan mediasi dan tidak ada pelaporan. Namun, pihaknya meminta kepada Dandim Buleleng agar oknum-oknum aparat yang memukul dirinya untuk ditindaklanjuti.
"Harapan saya sih, untuk oknum-oknum yang sudah menganiaya saya, memukul saya, cuma kesalahan saya tidak pakai masker agar ditindaklanjuti," ujar DI.
Lapor ke Komnas HAM
DI mengaku akan melaporkan peristiwa tersebut ke Komnas HAM Provinsi Bali. "Saya mau lapor juga ke Komnas HAM biar ditindaklanjuti sudah berkoordinasi dengan keluarga saya," kata DI.
Pihak juga akan melapor kepada pihak kepolisian tetapi masih berunding dengan pihak keluarganya. "Iya, rencananya mau melapor masih dirunding sama keluarga," ujarnya.
Dia juga menyampaikan, dari pihak Desa Sidetapa juga tidak terima atas perlakuan para petugas.
"Kalau dari pihak desa tidak terima kepala desanya digituin (dilempar) tidak dihormatin, karena Dandim-nya arogan marah-marah, dia itu memberikan penjelasan ke masyarakat bukan secara halus tetapi secara galak. Marah-marah," ujar DI.
Seperti yang diberitakan, sebuah video viral di media sosial yang menampilkan beberapa orang berseragam TNI yang memukul remaja. Peristiwa itu, terjadi di Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali.
Dua remaja itu dihajar anggota TNI lantaran sempat memukul kepala Dandim Buleleng dari belakang. Setelah remaja tersebut memukul Dandim, anggota TNI yang lain spontan menghajar keduanya.
Baca juga:
Dandim Buleleng Laporkan Kasus Pemukulan ke Polisi
Anggota TNI Ngamuk Aniaya Ibu Lurah, Bibir & Hidungnya Sampai Berdarah-darah
Sertu SP Terancam Penjara 5 Tahun Setelah Diduga Aniaya Warga di Jaktim
2 Anggota TNI Penganiaya Bocah di Rote Ndao Bisa Terancam 5 Tahun Penjara
2 Anggota TNI Penganiaya Bocah di Rote Ndao Ditahan
Anggota TNI Penganiaya Bocah di Rote Ndao Diperiksa Denpom Kupang