Pengamat: Tak Cuma Kritik, Ibas juga Beri Solusi Pemerintah Tangani Pandemi
Ibas mengkritik kebijakan pemerintah menyumbangkan ribuan tabung oksigen untuk India. Seminggu setelah itu, terjadi kelangkaan tabung oksigen seiring meningkatnya kasus Covid-19 di Tanah Air.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio, menilai, kritikan Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) terkait penanganan Covid-19 yang dilakukan Pemerintah hal wajar. Diketahui, kritik Ibas menuai tanggapan beragam dari berbagai kalangan, termasuk dari partai politik koalisi pemerintah.
Menurut Hensat, kritikan Ibas sangat konstruktif dan solutif. Sebab, selain melakukan kritik Ibas juga memberikan masukan kepada Pemerintah. Misalnya solusi soal kelangkaan tabung oksigen.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan Partai Demokrat dideklarasikan? Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
"Tak hanya mengkritik, Ibas juga tawarkan solusi kok. Soal langkanya tabung oksigen, ia menyarankan agar lain kali pemerintah lebih antisipatif. Boleh saja menyumbang tabung oksigen untuk negara lain, tetapi pemerintah harus bisa memastikan kebutuhan dalam negeri terpenuhi saat rakyat membutuhkan. Ini bagus, ada solusi dan dukungan ke pemerintah," ujar Hensat dalam keterangan persnya kepada merdeka.com, Minggu (11/7).
Ibas mengkritik kebijakan pemerintah menyumbangkan ribuan tabung oksigen untuk India. Seminggu setelah itu, terjadi kelangkaan tabung oksigen seiring meningkatnya kasus Covid-19 di Tanah Air.
"Betul kata Ibas, kan pandemi ini sudah memasuki tahun kedua. Tidak ada yang mendadak, jadi harusnya bisa diantisipasi," tambah Hensat.
Demikian juga soal vaksin. Hensat yang juga pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI ini menambahkan, Ibas justru memberi solusi yang baik.
Ibas juga mengkritik soal vaksinasi yang dilakukan pemerintah. Sebab, ditemukan banyak orang yang telah vaksin tapi masih terpapar. Ibas menyarankan agar pemerintah memilih vaksin dengan kualitas yang lebih baik. Ibas juga meminta agar dilakukan prioritas percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrim.
"Ibas justru memberi solusi yang baik. Kan bagus sekali saran dan solusi yang diberikan Ibas. Semoga lebih banyak tokoh mau kasih masukan kritis lagi seperti Ibas, agar cepat selesai krisis ini," tutur Hensat.
Isi Kritik Ibas
Ibas, menyatakan Covid-19 makin ‘mengganas’. Keluarga, sahabat dan orang-orang di lingkungan sekitar banyak yang terpapar. Tidak sedikit yang meninggal dunia.
Ibas mempertanyakan sampai kapan bangsa ini akan terus seperti sekarang. Dia khawatir RI disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya.
"Sampai kapan bangsa kita akan terus begini? Jangan sampai negara kita disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya," ujar Ibas, Rabu (7/7).
Ibas juga menyampaikan bahwa pemerintah terlihat ‘tidak berdaya’ menangani pandemi Covid-19 yang sudah memasuki tahun kedua. Kurangnya tabung oksigen, misalnya, menurutnya menunjukkan antisipasi yang lemah dari Pemerintah.
"Bagaimana mungkin tabung oksigen disumbangkan ke negara lain, tapi saat rakyat sendiri membutuhkan, barangnya susah didapat," kata Ibas.
Kasus tabung oksigen ini, menurutnya, merupakan preseden buruk. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah seolah-olah kurang sigap mempersiapkan kebutuhan untuk menjawab gejala-gejala yang muncul sebelumnya.
"Kan ada varian baru di negara lain. Kita tahu, itu bukan tak mungkin masuk ke negara kita. Lalu muncul kasus-kasus baru. Kemudian angka yang kita khawatirkan juga terjadi, dan lain sebagainya. Itu semua gejala-gejala yang rasanya mudah dibaca dan terkait dengan kesiapan kita dalam menyediakan kebutuhan medis. Tidak ada yang mendadak. Karena pandemi kan sudah masuk tahun kedua, jadi harusnya bisa diantisipasi," papar legislator dari dapil Jawa Timur 7 itu.
Tegas soal Vaksin
Selain itu, Ibas juga meminta pemerintah tegas mengambil keputusan soal vaksin. Jika vaksin yang sebelumnya tidak cukup manjur, segera sediakan vaksin yang lebih baik. Kemudian percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrem menurutnya harus menjadi prioritas.
"Banyak yang sudah divaksin tetap terpapar varian baru virus ini. Jika vaksin yang sebelumnya digunakan dianggap kurang bagus, pemerintah tak perlu ragu menghadirkan vaksin yang ‘cespleng’ demi melindungi rakyat. Kemudian lakukan prioritas percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrim. Sehingga kita bisa hidup normal lagi seperti negara lain, seperti beberapa negara di Eropa, misalnya," tandas dia.
Baca juga:
Kritik Ibas Dinilai Mengingatkan Pemerintah supaya Optimal Menangani Pandemi Covid-19
Pengamat: Terlalu Dini Indonesia Disebut Negara Gagal Karena Pandemi Covid
PDIP Respons Ibas soal Covid-19: Komentar Nyinyir Menjatuhkan Mental Rakyat
Politisi PKB Anggap Ibas Berlebihan Khawatir Indonesia Gagal Tangani Covid-19
Demokrat: Di Bawah Ibas, Kami Sejak Awal Terjun Langsung Bantu Rakyat Susah
PKB Respons Ibas soal Covid-19: Tidak Ada Gunanya Menebar Mimpi Buruk