Pengguna ganja lebih rendah beresiko terkena diabetes
Hasil itu didapatkan dari penelitian yang dilakukan di Prancis terhadap pasien hepatitis.
Sebuah toko yang menjual brownies berbahan ganja di Blok M Plaza dibongkar oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) awal April 2015. Bisnis haram yang diotaki IR (38) telah berjalan selama enam bulan secara berpindah-pindah.
Dokter spesialis saraf Fritz Sumantri Usman mengatakan, efek mengonsumsi brownies ganja dapat mengakibatkan kerusakan saraf. Menurutnya, ganja dapat menstimulasi kerja di otak kita dan hasilnya menyenangkan.
Meski penggunaan ganja masih menjadi perdebatan di dunia medis, sebuah penelitian di Prancis melaporkan jika penggunaan ganja terbukti memiliki hubungan dengan resiko resistensi insulin (IR) yang lebih rendah pada pasien yang terkoinfeksi HIV/ Hepatitis C. Resistensi insulin adalah salah satu penyebab utama diabetes tipe 2.
Seperti dikutip merdeka.com dari thedailychronic.com, Rabu (15/4), peneliti telah mengevaluasi hubungan penggunaan ganja terhadap pasien Hepatitis C selama 60 bulan. Dari evaluasi tersebut didapatkan, pasien tersebut memiliki kemungkinan tiga kali lebih kecil untuk resistensi terhadap insulin dibanding dengan mereka yang tidak menggunakan ganja.
"Penggunaan ganja ternyata memiliki hubungan dengan risiko IR yang lebih rendah bagi pasien yang memiliki ko-infeksi HIV/HCV," ujar peneliti.
Peneliti menambahkan, terapi obat yang berasal dari ganja bermanfaat bagi pasien yang khawatir akan resiko resistensi insulin yang meningkat. Diabetes perlu untuk dievaluasi dalam penelitian klinis dan praktis.
Sementara itu, data uji coba observasi yang dipublikasikan pada 2012 di dalam British Medical Journal melaporkan bahwa, orang dewasa yang menggunakan ganja memiliki prevalensi diabetes tipe 2 yang lebih rendah. Mereka juga memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengidap penyakit tersebut.